#25

74 8 0
                                    

.

.

Jiyu berjalan dengan kepala menunduk lesu. Memandangi sepatu Conversenya yang sudah sedikit kotor karena dia lupa mencucinya kemarin saat hari Minggu.
Tangannya sibuk bergoyang memegang tali ransel yang menjuntai.

Matahari sudah menghilang, bersembunyi tertutupi awan. Langit mendung, tinggal menunggu hujan untuk turun.
Jiyu berjalan memasuki gang. Ia langsung berhenti melangkah begitu melihat gerombolan anak cowok SMA sebelah sedang berdiri menatapnya. Jika dilihat dari kehadiran Rafa disitu, jelas mereka disini memang untuk menunggunya.

"Shit." Bibir tipisnya berucap lirih.

Jiyu membawa kakinya melangkah mundur. Belum sempat ia berlari, sebuah tangan sudah lebih dulu mencegatnya. Dia menatap pergelangan tangannya yang kini di genggam erat oleh seorang pria, salah satu orang Rafa. Lantas mendongak guna melihat cowok dengan seragam abu-abu tersebut.

"Mau kemana cantik?" Dia mengerling genit.

"Lepasin!" Jiyu berusaha melepaskan diri dari cengkraman, yang kendati terus gagal dan malah membuat tangannya memerah dan sakit.

"Kok buru-buru, kita kan mau main dulu," ujar cowok itu seraya menarik Jiyu paksa menuju presensi di dekat tembok pagar rumah orang.

Punggung Rafa bersandar di dinding. Satu tangannya masuk kedalam saku, sementara satunya lagi sibuk menimang kaleng Coca-Cola yang sekarang isinya tinggal setengah. Matanya memandang Jiyu dari bawah hingga ke atas. Merendahkan. Sementara lidahnya bermain didalam mulut.

Jiyu melemparkan tatapan tajam saat dirinya sudah berada tepat dihadapan laki-laki itu. Rafa maju selangkah. Tangannya keluar dari saku dan beralih mengelus rahang Jiyu yang membuat cewek itu emosi bukan main. Berusaha keras untuk melepaskan diri, meski tidak bisa.

"Lo udah ngambil hak gue," kata Rafa membuka percakapan. "Jadi sekarang gue mau nagih balik hak yang udah lo curi."

"Cuih.." Jiyu meludah di tepat di wajah Rafa. "Lily bukan hak lo, dia manusia yang punya hak untuk dirinya sendiri."

PLAK...

Kontan wajah Jiyu terhempas ke samping saat tamparan kuat itu mengenainya. Dengan alis menukik kesal, Rafa mengelap ludah Jiyu diwajahnya dengan lengan jaket jeansnya.

PLAK...

Rafa kembali menampar pipi yang satunya karena belum merasa puas. Harga dirinya serasa di injak oleh cewek jadi-jadian ini.

Dengan kepala panas dipenuhi emosi yang terus melonjak, Rafa mendekat dan mencoba membuka kancing seragam Jiyu dengan paksa.
Laki-laki yang mencengkramnya tadi bertugas menutup mulutnya yang tengah berusaha berteriak meminta tolong.

BUGH..

Begitu kancing terakhir seragam Jiyu hendak di buka, tiba-tiba Rafa terjatuh karena pukulan dari seseorang. Jiyu mendongak, mendapati Jeka yang kini sudah melemparkan bogeman keduanya pada si cowok dibelakangnya, sehingga cengkraman ditangannya lepas. Semuanya seolah berlalu dengan cepat  begitu saja.

GANGSTA : Dangerous Boyfriend [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang