#35

72 9 0
                                    

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

Jiyu langsung menarik tangan Taehyun begitu mereka turun dari mobil dan menyeretnya ke pondok, padahal dia sendiri kesusahan berjalan karena harus dibantu tongkat.

Tidak ada dari mereka yang berbicara. Taehyun tidak mau membuka suara, takut-takut jika nanti Jiyu nengamuk, melihat bagaimana masamnya wajah gadis itu sekarang. Setelah mendudukkan Taehyun di sofa, Jiyu mengambil kotak P3K dan es batu. Kemudian duduk di meja depan sofa, tepat di hadapan si lelaki. Mengobati beberapa bagian wajah yang berdarah, sementara sebelumnya ia sudah menyuruh Taehyun untuk mengompres lebamnya sendiri menggunakan es batu.

Manik terang Taehyun tak luput memandang lamat sang kekasih. Tersenyum karena bisa melihat betapa cantiknya pacarnya dari jarak sedekat ini. Kakinya yang sedikit mengangkang  dengan kedua kaki Jiyu yang berada ditengah-tengah, dirapatkan sehingga menjepit kedua kaki kecil si gadis yang hanya di baluti rok seragam sedikit di atas lutut. Kontan membuat mata Jiyu yang awalnya sibuk, beralih menatapnya tajam. Namun bukannya merasa bersalah, Taehyun malah menyengir tak jelas.

"Apa?" tanya Jiyu agak sedikit tidak senang. Pasalnya dia masih marah.

Laki-laki itu menggeleng, lantas menampilkan senyum kotaknya. Membuat sang kakak senior mengangkat alis bingung. Tak tahu- menahu bagaimana cowok ini bisa mendadak tersenyum tanpa alasan seperti ini, persis seperti orang gila.

"Lo kenapa? Mabok?"

Tidak menjawab. Si pria hanya menggeleng tanpa mau melunturkan senyumannya.

"Terus kenapa senyum-senyum?"

"Kakak cantik." Taehyun memberi sedikit kekehan di akhir, "hehehe.."

JIyu kicep.

"Awsss.." ringis Taehyun saat Jiyu menekan lukanya. Ia mengerucutkan bibir dengan wajah sedih dibuat-buat yang makin menekan emosi Jiyu.

"Nggak usah monyong. Bibir lo kaya pantat ayam."

"Kakak jahat!"

"Suka-suka gue."

"Tapi aku cinta."

"Serah." Jiyu ,melanjutkan kegiatan sebelumnya. Matanya juga kembali memandang pada luka di wajah cowok itu.

"Udahan dong marahnya." Wajahnya memalas. Kali ini serius. "Kakak nggak boleh lama-lama marahnya. Nanti rindunya makin berat," rengeknya sambil memggoyang-goyangkan tubuh.

Jiyu diam. Memilih abai. Saat tangannya terulur untuk memegang bahu Taehyun agar berhenti bergerak, terdengar ringisan ynag keluar dari bibir cowok itu. Sontak Jiyu mengangkat alis, menatap Taehyun bertanya-tanya. Lantas ia bangun, menaruh kapas yang ia pengang ke atas meja, lalu naik ke atas sofa disamping si laki-laki, menumpu badannya dengan lutut yang bertekuk di atas sofa. Kemudian memukul bahu itu pelan.

GANGSTA : Dangerous Boyfriend [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang