.
.
Malam ini Jiyu memilih untuk tidur di pondok. Mengingat bagaimana Taehyun adalah salah satu yang membuat pondok ini dulu. Rasanya seperti ia masih bisa merasakan keberadaan laki-laki itu. Well, Jiyu memang agak dramatis beberapa waktu ini, semenjak kepergian Taehyung.
Kendati ia bahkan tak tahu jelas bagaimana perasaannya saat ini.Jiyu langsung menekan saklar lampu begitu selesai menutup pintu. Ia berjalan menuju pantry untuk mengambil sebotol air yang berada di lemari samping atas kompor. Lantas menenggak air tersebut hingga tandas tanpa jeda. Selanjutnya ia berjalan menuju tempat tidur, dan segera membaringkan diri. Hari ini badannya terasa lebih lelah daripada biasannya.
Jiyu terlalu overthinking, sehingga membuat setres dan berpengaruh pada kualitas kesehatan tubuhnya.Tengah malamnya hujan mendadak turun deras disusul gemuruh petir yang terus berdatangan, dan berlanjut saling bersahutan. Lampu yang mati menyadarkan Jiyu perlahan dari tidur lelapnya. Matanya mengerjap beberapa kali sambil di usap.
Tidak ada suara lain yang terdengar selain petir dan hujan yang menghantam segala sesuatu yang ada dibawahnya. Tanpa bisa melihat apapun, Jiyu perlahan bangun dan berjalan mencari ponselnya. Butuh beberapa waktu sampai dia akhirnya sadar bahwa ponselnya tertinggal di rumah. Membuatnya harus beralih mencari senter, atau sesuatu apapun yang dapat menghasilkan cahaya.
Dengan keadaan gelap membuat Jiyu tidak sengaja menginjak sesuatu yang keras hingga ia meringis kesakitan. Tanpa berhati-hati Jiyu menghindar dari benda tersebut dengan mundur beberapa langkah, yang berakhir ia menginjak sesuatu yang lain hingga terpeleset dan terjatuh dengan keras ke lantai. Terdengar suara krek sebelum akhirnya Jiyu berteriak dengan sangat keras, di iringi petir yang menggelar.
***
Dengan wajah lesu Jiyu duduk di kursi roda dengan kepala memiring sedikit kesamping. Pandangan matanya kosong. Pergelangan kaki kanannya patah dan harus di lapisi gips. Seharusnya dia bisa menggunakan tongkat, tapi Jiyu menolak tanpa alasan.
Sudah dua hari ia tidak pergi ke sekolah. Hidupnya mulai terasa payah dan tanpa gairah. Dirinya yang dulu bahkan seperti hilang begitu saja layaknya ditelan bumi."JIYUUU!" Lukas berteriak memenuhi ruangan yang kini Jiyu tempati. Sisi sudah tidak heran dan memaklumi bagaimana tingkah Lukas. Jika saja ada Braham di rumah, jelas Lukas tak akan berani berteriak-teriak seperti di hutan.
Jiyu tak menjawab panggilan Lukas hingga kedua sahabatnya tersebut datang menghampirinya. Semenjak ketidakhadirannya di sekolah, Arga dan Lukas beralih tugas datang sepulang sekolah untuk mengantarkan tugas sekolah Jiyu yang nantinya akan mereka bawa lagi ke sekolah dan diberikan ke guru.
"Gue bawa martabak Mesir kesukaan lo nih." Arga menaruh plastiknya di atas meja yang terletak tepat ditengah-tengah empat sofa yang berhadapan. Sementara kursi roda Jiyu berada menghadap jendela, membelakangi Lukas dan Arga.
KAMU SEDANG MEMBACA
GANGSTA : Dangerous Boyfriend [Completed]
Fiksi Remaja[] "Ngapain senyum-senyum. Masih kelas sepuluh udah berani bolos." "Kelas sebelas kak." Taehyun meralat. "Kak Jiyu dihukum ya?" Ia turut bertanya balik. "Kok malah nanya balik? Tahu darimana nama gue?!" "Kan aku cenayang," candanya. "Aku juga tahu t...