#29

76 9 1
                                    

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

Setelah mendung memenuhi beberapa hari terakhir, akhirnya cuaca siang ini cerah. Langit berwarna biru tanpa ditutupi awan. Matahari bersinar terik. Air sungai mengkilap akibat pantulan sinar yang begitu cerah. Secerah senyuman Jiyu siang ini. Gadis itu duduk di pinggir sungai tanpa mempedulikan tanah yang menempel di celananya. Kursi roda miliknya berada tepat di belakangnya. Dia turun sendiri dengan susah payah tadi. Tempatnya duduk sedikit teduh karena pohon yang berada tak jauh di belakangnya. Daun pohon itu rimbun menutupi sekelilingnya sebelum mencapai sungai.

Nayla datang dari arah belakang. Lalu kemudian ikut duduk di samping Jiyu. Karena disuruh Sisi untuk melihat keadaan Jiyu yang jalan-jalan sendiri menggunakan kursi roda.
Dua-duanya diam tanpa mau membuka suara terlebih dulu. Keheningan yang memenuhi membuat suasana terasa tenang. Hanya terdengar suara air sungai yang mengalir melewati batu-batu. Burung-burung yang hinggap di ranting pohon beberapa kali terdengar membuat siulan.

"Kamu belum makan."

Dalam hati Jiyu tak dapat menahan tawanya. Tidak bisa menoleransi seberapa buruknya Nayla dalam mencari topik. Dia tahu bahwa cewek itu tak tahan berada dalam keheningan di waktu yang lama. Rasanya canggung.

"Gue nggak lapar."

"O..ohh."

Tak mengherankan melihat Nayla gugup di waktu-waktu seperti ini. Gadis dengan gengsi setinggi pilar istana Olimpus itu pasti akan merasa panas dingin saat berbicara dengan rivalnya. Rasanya seperti tengah mengorbankan harga diri. Dan Jiyu mengerti itu. Tapi dia hanya diam, tidak ingin menertawai terang-terangan bagaimana anehnya ekspresi cewek itu karena merasa awkward. Mau bagaimanapun, Jiyu menghargai Nayla yang telah mau menghampirinya duluan.

"Maaf," bisik Nayla hampir tanpa suara, yang namun entah bagaimana dapat didengar oleh Jiyu.

"Buat apa?"

Gadis itu mendelik. Bukan begini maksudnya. Kata itu tak sengaja keluar karena lidahnya keseleo. "Hah?..Eh!"

Jiyu terkekeh sebelum menjawab. Cukup membuat Nayla terkejut lagi. Ini pertama kalinya dia melihat wajah cerah cewek itu semenjak kepergian Taehyun.

"Gue tanya lo minta maaf buat apa?"

"Ah! Eh..itu, anu-" Nayla menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Maksud aku..." Jeda sejenak. Nayla mengumpulkan keberanian untuk mengungkapkan, "karenaakuudah pernahpinginrebutTaehyundarikamu," cicitnya dalam sekali tarikan nafas.

Well, begitulah akhir dari permintaan maafnya. Pun saat itu pula Jiyu tak mampu lagi menahan tawanya. Membuat Nayla menunduk malu dan menyesal karena sudah mengorbankan harga dirinya sebagai gadis arogan yang tidak pernah meminta maaf.

Saat makan malam Jiyu tampak lebih bersemangat. Entah untuk apa, keluarganya tak tahu sama sekali. Hanya terheran-heran. Suasana hati Jiyu berubah terlalu mendadak tanpa bisa ditebak penyebabnya oleh siapapun. Hanya ada tiga perempuan itu di meja makan, karena Braham lembur malam ini.

GANGSTA : Dangerous Boyfriend [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang