[]
"Ngapain senyum-senyum. Masih kelas sepuluh udah berani bolos."
"Kelas sebelas kak." Taehyun meralat.
"Kak Jiyu dihukum ya?" Ia turut bertanya balik.
"Kok malah nanya balik? Tahu darimana nama gue?!"
"Kan aku cenayang," candanya. "Aku juga tahu t...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
Malam itu, saat di mana Jiyu bisa menghabiskan waktunya dengan Taehyun adalah malam terakhir laki-laki itu datang. Momen terakhir yang bisa Jiyu rasakan bagaimana rindunya terlepas. Seperti sebelumnya Taehyun kembali tidak bisa dihubungi. Nomornya tidak pernah aktif lagi.
Sudah sebulan berlalu. Keadaan Jiyu semakin membaik. Gipsnya sudah dilepas meski dia masih belum bisa berjalan dengan normal. Jiyu harus menggunakan tongkat. Dan itu jauh lebih menyulitkan daripada menggunakan kursi roda. Rasanya tidak mudah jika dia harus meloncat-loncat dengan satu kaki.
Dengan nafas kelelahan Jiyu memasuki kelasnya. Dia sudah mulai masuk sekolah semenjak dua hari yang lalu. Kabar baiknya, semenjak Pak Jeje tahu dia menggunakan tongkat, Jiyu tidak pernah di hukum lagi saat terlambat datang ke sekolah. Guru tersebut memakluminya, berpikir bahwa Jiyu kesulitan berjalan. Kendati kenyataannya Jiyu tidak akan terlambat jika dia tidak pergi ke kantin Adem dulu. Karena supir yang biasa mengantar Nayla kini mengantar-jemputnya juga menggunakan mobil untuk sementara waktu sampai kakinya sembuh. Dan mereka selalu berangkat ke sekolah tepat setengah jam sebelum bel masuk berbunyi. Nayla itu tipe murid rajin yang tidak pernah terlambat. Jiyu sebenarnya lebih suka berjalan kaki, hanya saja meski bodoh, dia tidak sebodoh itu untuk berjalan ke sekolah dengan satu kaki seperti ini.
Bu Nisa yang sedang mengajar menoleh ke pintu, menatap Jiyu yang baru datang. Begitu pula seluruh murid yang duduk.
"Kamu terlambat lima belas menit."
"Maaf bu, soalnya susah jalan pake tongkat. Saya masih belum terbiasa."
Wanita paruh baya itu tampak menghela nafas pasrah. Tidak bisa menyalahkan kondisi muridnya. "Yaudah, kamu boleh masuk."
Yesss.. Jiyu menjerit bahagia dalam hati.
Setelah duduk di bangkunya Jiyu menatap Lukas yang tengah diam-diam makan biskuit. Jiyu menatap ke depan, memperhatikan Bu Nisa untuk berjaga-jaga sebelum merebut sekaligus bungkus biskuit milik lelaki itu. Lukas hampir saja menjerit protes jika ia tidak segera sadar bahwa dia masih berada di dalam kelas.