#34

66 8 0
                                    

.

.

Seperti biasa, begitu jam istirahat tiba, kantin ricuh di penuhi sesak para siswa siswi. Jiyu duduk sendiri di meja ujung karena kedua temannya tidak bisa lepas dari warung Adem. Ia memilih mengasingkan diri ke kantin demi menguntit Taehyun yang kini tengah duduk bersama Adit di sana.
Lihat tingkah lakunya! Seolah tak peduli pada dirinya yang masih marah. Bahkan hari ini, cowok itu tidak menyapanya saat mereka bertemu.

Shit! Shit! Shit! Jiyu merutuki diri dalam hati saat ia ketahuan diam-diam memandangi laki-laki itu sedari tadi. Sebelum benar-benar mengalihkan pandangan ke bawah ia sempat melihat sekilas bahwa Taehyun menyeringai. Agaknya mengejek dirinya yang tertangkap basah tengah memandang diam-diam.

Sebuah piring berisi nasi goreng mendarat di depan mata Jiyu membuatnya kepalanya yang menunduk menatap lurus pada Jeka yang sudah duduk tepat di seberangnya. Mulai melahap makanannya. Awalnya ia ingin mengabaikan kehadiran lelaki itu. Tapi karena sudah terlanjur duduk di meja yang sama, Jiyu akhirnya mengajaknya bicara juga.

"Lo," mulainya membuka suara.  "Masalah penjara itu, karena apa?"

Jeka menatapnya. "Lo nanya gue?"

"Enggak, sama arwah penasaran di samping lo. Yaiyalah, sama lo."

Maka pria itu mengangkat bahunya acuh. "Menurut lo?"

Kalau Jiyu bisa nebak, dia nggak bakal nanya. "Nggak tahu. Kan gue nanya."

Jeka diam. Tidak menjawab. Dan jika tahu cowok satu ini hanya akan membuatnya naik darah, Jiyu bertaruh, dia tak akan pernah mau berbicara lagi dengan manusia satu ini. Bibirnya sudah bergerak mengabsen kebun binatang tanpa suara. Mendelik ke arah sosok setan di depannya. Jiyu bahkan tak menghiraukan makanannya lagi.

"Biasanya aja natapnya. Entar keluar tuh mata."

"Ishh!" Jiyu mengalihkan pandangan pada gelas berisi es teh manisnya. Mengaduknya dengan kasar menggunakan sedotan putih yang bersender pada dinding gelas. "Suka-suka gue," lirihnya yang masih dapat didengar oleh pria itu. Hanya saja Jeka tetap diam karena malas menggubris.

Cepat-cepat Jiyu menghabiskan makanannya agar bisa pergi dari situ segera. Setelah menenggak es tehnya dengan tergesa-gesa, ia langsung bangun dan berbalik pergi. Jeka menatap punggung sempit yang semakin lama semakin menjauh itu, hingga akhirnya hilang dari pandangan.

Sebelum kembali ke kelas, Jiyu pergi ke toilet lebih dulu untuk menyelesaikan panggilan alamnya. Ia masuk ke salah satu bilik.

Begitu selesai menekan tombol penyiram di toilet, terdegar suara gaduh ari luar, disusul suara —byurr— dan air yang mengalir di lantai masuk ke bilik tempat ia berada. Segera ia mengambil tongkatnya dan keluar, dan mendapati Lily terduduk dilantai dengan tubuh basah kuyup. Di depannya berdiri tiga serangkai, siapa lagi kalau bukan Sonia, Ulan, dan Udin.

GANGSTA : Dangerous Boyfriend [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang