#31

65 7 0
                                    

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

"Jiyuuuu...main yok!"

Lukas berteriak seraya mengetok pintu rumah temannya itu berulang kali. Sampai terdengar suara Bi Cici yang merepet karena Lukas yang menggedor pintu seperti orang kesetanan. 

Setelah pintu terbuka, tampak Bi Cici dengan wajah masamnya. Membuat Lukas hanya menyengir tanpa dosa, tanpa rasa bersalah. Tanpa mengatakan apapun, Bi Cici langsung pergi, yang selanjutnya dari belakangnya datang Jiyu dengan kursi roda yang ia dorong sendiri.

"Apaan? Mau ngasih tugas lagi?"

"Tenang, hari ini lo aman, bebas dari tugas?"

"Tumben." Jiyu beralih menatap Arga, meminta penjelasan.

"Kertas soalnya nggak sengaja masuk got tadi."

Kontan rahang Jiyu jatuh untuk beberapa saat, sebelum menutup mata, menahan emosinya agar tidak meladak. Jika boleh dia ingin memasukan Lukas juga ke dalam got sekalian. "Terus kalo gurunya ngechat gue karena tugasnya nggak siap, gue bilang apa? Kertasnya dimakan sama lo?! Iya?!"

Lukas menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Ya, nggak gitu juga."

"Lo harus tanggung jawab. Gue nggak mau tahu!"

"yaudah iya, entar gue yang ngomong sama Bu Nisa. Sekarang kita ke kantin Adem dulu."

"Lo yang bayar," sambar Jiyu langsung.

Lukas berdecak, meski akhirnya meng-iyakan juga.

"Biar gue yang dorong." Lukas berjalan menuju belakang cewek itu. Sudah beriap untuk mendorong, sebelum batin Jiyu menjerit dan segera mengambil tindakan sebelum terlambat.

"Eh, eh, eh, nggak usah. Biar Arga aja."

"Gue aja."

"Kok lo batu sih? Gue bilang Arga aja."

"Gue aja cantiiiik."

Jiyu tak bisa membantah lagi saat laki-laki itu sudah terlanjur menjalankan kursi rodanya. Tuhan tolong! Jiyu bahkan sudah jantungan sebelum ajal menjemput sebentar lagi.

Mereka bertiga berjalan (kecuali Jiyu) di pinggir aspal. Beberapa pengendara motor dan satu-dua pejalan kaki terlihat lewat. Awalnya aman-aman saja. Kendati jantung Jiyu tidak, begitu juga pikirannya yang kacau karena was-was, mengetahui bagaimana antengnya Lukas mendorong kursi roda miliknya seraya bersiul ria. Hal normal sebelum kecelakaan datang. Dia kenal betul bagaimana watak cowok itu. Lukas biasanya akan setenang ini-tidak cerewet sebelum sesuatu yang tidak di inginkan terjadi.

Kasus terkahir saat Lukas mendadak duduk diam di kelas, memperhatikan guru menjelaskan. Tidak makan-makan di kelas, tidak bolos, tidak diam-diam bermain game di bawah meja. Hanya diam, duduk manis. Namun beberapa menit selanjutnya lelaki itu mendadak mengamuk dan memaki ketua kelas karena masalah pribadi yang tidak Jiyu ketahui hingga sekarang.

GANGSTA : Dangerous Boyfriend [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang