[]
"Ngapain senyum-senyum. Masih kelas sepuluh udah berani bolos."
"Kelas sebelas kak." Taehyun meralat.
"Kak Jiyu dihukum ya?" Ia turut bertanya balik.
"Kok malah nanya balik? Tahu darimana nama gue?!"
"Kan aku cenayang," candanya. "Aku juga tahu t...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
"Jangan pergi kemana-mana lagi. Langsung pulang," tutur Jiyu.
Taehyun yang duduk di motor mengangguk. Lalu menunjuk pipinya. Membuat gadis itu tersenyum. Mengecup sebentar, kemudian menurunkan kaca helm laki-laki itu.
"Bawa hondanya pelan-pelan aja kaya tadi. Jangan balap, supaya aman sampe ke rumah."
"Oke," ujarnya dengan jari terangkat membentuk bulat.
Jiyu langsung masuk setelah Taehyun menjalankan motornya.
Saat memasuki rumah, ia sudah dihadapi dengan wajah datar Abraham dan khawatir dari ibunya yang duduk di sofa.
"Darimana kamu tengah malam gini?!"
Sisi segera bangun dan mengecek keadaan gadis itu. "Kamu dari mana aja? Ibu khawatir tau nggak? Kamu nggak kenapa kenapa kan?"
Jiyu menggeleng. Lalu menatap Abraham dan menjawab,"main." Tak ingin menambah kekhawatiran sang ibu jika mengatakan yang sebenarnya.
"Sama anak nakal nggak jelas itu?!"
Alis Jiyu terangkat bingung. "Maksud anda?"
"Saya tahu kamu pacaran sama berandal itu. Anak janda lumpuh itu kan?"
Rahang cewek itu kontan mengeras emosi mendengar pernyataan tidak bertata krama tersebut.
"Maksud anda apa ngomong gitu? Kalo dia pacar saya, anda tidak ada hak buat tidak menghormati dia dan ibunya kaya gitu."
"Kamu jadi anak liar akhir-akhir ini. Pasti karena salah pergaulan dari pacar kamu."
Jiyu berjalan mendekat menuju Abraham di sofa. Nafasnya mulai berat naik turun penuh amarah, sementara Sisi mencoba menenangkan. Berjaga-jaga jika Jiyu mendadak nekat menendang mulut cecor Abraham.
"Saya memang udah liar. Kalo anda nggak suka, itu urusan anda. Bukan saya. Saya udah bilang untuk nggak ikut campur sama hidup saya. Anda bukan ayah saya! Tolong tahu batasan anda."
Setelahnya ia langsung naik ke atas menuju kamarnya. Tidak ingin menciptakan lebih banyak drama. Meninggalkan Abraham yang hanya bisa menghela napas berat.
Paginya gadis itu masih marah. Pergi sekolah tanpa pamitan dan melewati keluarganya yang sedang sarapan begitu saja. Bahkan tanpa meminta uang jajan pada Sisi. Berjalan di trotoar dengan wajah masam. Mulutnya tak berhenti berkomat-kamit menyumpahi suami ibunya.
"Kurang asem tuh muka," tutur Arga yang bersamaan masuk gerbang.