[]
"Ngapain senyum-senyum. Masih kelas sepuluh udah berani bolos."
"Kelas sebelas kak." Taehyun meralat.
"Kak Jiyu dihukum ya?" Ia turut bertanya balik.
"Kok malah nanya balik? Tahu darimana nama gue?!"
"Kan aku cenayang," candanya. "Aku juga tahu t...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
"Aduh! Non, kok bisa kaya gini? Jangan berantem mulu atuh. Nanti dimarahin Tuan besar lagi."
Baru aja masuk ke rumah, Jiyu sudah mendapat omelan Bi Cici. Wanita paruh baya yang bekerja sebagai ART itu memang sangat menaruh perhatian padanya. Bahkan sampai hapal, jika dia sudah pulang dalam keadaan acak-acakan yang lebih parah dari sebelum pergi sekolah, artinya dia bertengkar dengan seseorang.
"Nggak kok bik. Tadi habis adu bacot doang sama anjing."
"Non teh, omongannya dijaga, nanti didengar Non Nayla, di aduin lagi ke Tuan besar."
Jiyu mengangguk. Mengingat saudari tirinya yang satu itu memang tukang ngadu. Suka sekali melihatnya ditegur terus menerus oleh sang ayah.
Baru aja dibicarakan, orang yang dimaksud datang. Dasar setan tukang cari masalah. Jiyu sudah mencak-mencak dalam hati. Sementara Bi Cici sudah pergi kembali ke dapur. Tidak ingin mengganggu, dia tidak berani jika sudah berurusan dengan Nayla. Bisa-bisa dia ikut di adukan.
Jiyu menggaruk kepalanya yang gatal. "Apa?" tanyanya, menyadari Nayla yang sudah menatapnya tajam sedari tadi.
"Kamu... Pacaran sama Taehyun?!" Nafasnya yang memburu saat menanyakan itu, membuat Jiyu dengan mudah menangkap aura emosi yang gadis itu rasakan.
Sedangkan yang ditanya hanya mengangguk.
"Kamu nembak dia pake apa? Kenapa bisa diterima?"
"Dia yang nembak. Bukan gue."
Nayla itu gampang terbaca. Jiyu tahu pertanyaan barusan hanya sebagai pelampiasan dari emosinya. Karena dia yakin cewek itu tahu dengan pasti bahwasanya memang Taehyun yang menembak dirinya. Ia hanya mencoba merendahkan, karena dia sudah merasa kalah saing. Mungkin Nayla bisa pintar dalam bidang akademik. Tapi tidak dengan menyembunyikan perasaan.
Tangan yang di kepal itu memberikan efek jelas amarah yang tengah ditahan. Keningnya ikut berkeringat. Dengan wajah menegang kaku, dan gigi yang bergelatuk.
Jiyu menguap melihat pemandangan itu. Menunggu Nayla yang sedang berperang dalam dirinya di sana. Jiyu paham jika Nayla masih ragu apakah akan mengatakan padanya tentang perasaannya terhadap Taehyun atau tidak. Karena dia yakin gadis itu terlalu malu untuk mengaku. Dia sudah mengenal anaknya dengan sangkat baik.
Selanjutnya, Nayla membalikkan badan dan pergi dengan kaki yang di hentak-hentakan. Wajahnya sekusut seragam Jiyu saat ini. Yah, pada akhirnya Nayla akan tetap menjadi perempuan dengan gengsi setinggi bintang yang tak teraih.
Pun ia ikut berlalu. Menaiki tangga, menuju kamar. Untuk hari yang panas luar dalam ini, dia membutuhkan mandi. Menyegarkan pikiran dan tubuhnya.
Setelah selesai Jiyu beralih menjatuhkan diri ke kasur. Dan menemukan pesan begitu ia membuka ponselnya.