#17

70 11 0
                                    

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

Tidak pernah sebelumnya Jiyu dalam keadaan seperti sekarang. Berguling-guling tidak jelas di atas kasur seraya sesekali menggeram kesal. Tidak pernah terbayang juga olehnya bahwa ia akan dicium oleh kakak dari pacarnya sendiri. Meski hanya di pipi. Tapi rasanya sampai dia ingin terjun dari jendela kamar agar mampus sekalian, sehingga tidak memikirkan Jeka lagi.

Rasanya malu. Pun rasa dongkol sudah bercokol didalam dirinya. Ingin sekali mencakar wajah datar Jeka yang telah seenaknya menciumnya. Dia jadi menyesal tadi siang diam saja. Seharusnya ia cakar betulan.

"AARGHH...,"

"Aww...anj." Jiyu menjatuhkan diri sehingga mencium lantai. Jidatnya ikut terbentur hingga perlahan tercipta benjolan bulat yang lumayan besar.

Cewek itu segera beranjak duduk, lalu menyentuh jidatnya yang terasa sakit.

Ibunya sampai berteriak dari balik pintu. "Jiyu buka pintunya. Kamu nggak pa-pa kan?"

"IYA, AKU NGGAK PA-PA."

Ia bangun dan membuka pintu. Menampilkan presensi Sisi yang tengah menatapnya khawatir.

"Jidat kamu kenapa?"

"Anu, jatuh Bu. Nggak sengaja kepeleset."

Jiyu menampilkan cengiran tak berdosa. Dan berakhir Sisi yang mengobati jidatnya dengan memberi buah pala yang dihaluskan pada benjolan cewek itu.

***

Pagi ini disekolah Jiyu mati-matian berusaha menghindari Jeka. Saat dikelas ia mencoba untuk tidak melihat ataupun melirik, apalagi saling bertabrak pandang pada laki-laki itu. Dia tidak tahu bagaimana harus menghadapi cowok itu nanti.

"Lo sehat?" Arga yang sedari tadi diam memandangi Jiyu yang  melamun.

Yang ditanya hanya menggeleng lemah. Ia sudah seperti tidak berenergi. Pikirannya terus melayang. Mengacuhkan suara riuh kelas karena guru yang tidak masuk. Tiga puluh menit sebelum istirahat, mereka mendapat jam kosong.

"Dia kerasukan, nggak usah ditemenin," sahut Lukas tanpa mengalihkan pandangannya dari game di ponselnya.

Jiyu hanya berdehem tidak terlalu mengindahkan. Matanya menatap kosong lurus kedepan. Sementara Arga yang duduk didepan memandangnya mengernyit.

"Lo ada masalah Ji?"

Jiyu menggeleng lagi.

"Terus kenapa? Dari tadi diam mulu, nggak biasanya lo kalem."

"Bukan kalem bego, dia memang lagi butuh di rukiah."

Arga berdecak kesal, lalu menimpuk kepala Lukas dengan penghapus putih milik Jiyu.

GANGSTA : Dangerous Boyfriend [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang