#18

67 10 1
                                    

.

.

"Ini sudah keberapa kalinya kamu diskors, saya rasa kamu memang lebih baik masuk asrama."

Jiyu berdecak. Matanya berputar malas. Lagi-lagi makan malamnya hancur. Dia tidak berselera lagi untuk melanjutkan makan sekarang.

"Saya harap anda mengerti batasan anda dalam mencampuri hidup saya." Kemudian dia bangun dan pergi meninggalkan ruang makan. Sebelumnya ia sempat memperhatikan Nayla yang menatapnya mengejek. Entah apa maksudnya. Jiyu tidak mengerti. Tapi dia juga tidak terima. Nggak ayah, nggak anak, sama saja. Sama-sama menyebalkan. Jika tahu begini, Jiyu pasti sudah membakar acara resepsi pernikahan ibunya dengan Abraham waktu itu.

Kakinya menaiki tangga dengan sengaja di hentak-hentakan, tanda ia  kesal. Wajahnya sudah masam seperti jeruk nipis. Dendam juga mendadak bercokol dihatinya. Sontak tungkainya berhenti di tangga terakhir. Tersenyum miring karena mendapatkan sebuah ide bagus.

Gadis itu lantas pergi ke kamarnya untuk mengambil sesuatu. Ia membuka laci nakas dan untungnya benda kesayangannya itu masih ada.
Kecoak mainan. Dulu Jiyu sering mengerjai teman kelasnya dengan ini. Jadi sekarang, dia juga ingin mengerjai Nayla dengan benda ini.
Dia segera berlari menuju kamar saudarinya tersebut. Menaruh tiga kecoak itu di selipan buku yang ada diatas meja belajar. Jiyu tahu kalau Nayla akan belajar setiap selesai makan malam.

Begitu selesai, dia segera keluar dari kamar sebelum Nayla keburu datang. Dia bersembunyi dibalik gorden jendela yang berada tepat disamping pintu masuk kamar Nayla.

Dan sekarang hanya tinggal menunggu. Wajahnya sudah berseri-seri dengan senyuman lebar, sangat bahagia membayangkan bagaimana reaksi Nayla nanti.

Satu menit.

Dua menit.

Tiga menit.

Empat menit.

Lima menit berlalu. Jiyu jadi bosan sendiri. Senyumannya sudah luntur. Digantikan wajah lesu malas, capek menunggu.

Tepat setelah itu yang ditunggu-tunggu akhirnya datang. Jiyu mengintip dari celah antara kedua ujung gorden. Nayla memasuki kamarnya.

Lima detik berlalu. Hening.

Enam.

Tujuh.

Delapan.

Sembilan.

Sepuluh.

"AAAAAAA.." Jeritan yang melengking itu benar-benar memekakan telinga siapa saja yang mendengarnya. Bahkan kuping Jiyu sampai sakit rasanya. Kendati dia tetap tersenyum.
Mission success.

Jiyu lalu keluar dari persembunyian. Dia membuka pintu kamar Nayla dan menertawakan gadis itu.

Nayla tampak kesal. Jiyu sampai mendapatkan tatapan tajam dari cewek itu. Yang malah membuat tawa Jiyu semakin keras. Kemudian berlari menuju kamarnya karena Nayla yang mengejarnya seperti anjing mengamuk.

GANGSTA : Dangerous Boyfriend [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang