"Halo, Han?"
Tiba-tiba Jaedan langsung berdiri dari kursinya.
"Bri, Bina!"
Begitu mendengar nama Bina, Brian langsung lari dari kantin rumah sakit menuju kamar Bina. Dan lagi, Brian melihat Bina yang lagi menahan rasa sakit sambil meremas bantalnya.
"Bina!"
"Nggak apa-apa, Bri. Tadi dokter udah kesini. Udah pembukaan delapan, ini termasuk cepet kata dokternya."
"Makasih, Sha. Udah nemenin dan support Bina."
"Yaudah, temenin deh. Gue sama Jae di depan ya. Wilza sama Devan juga nanti ke sini." Brian mengangguk.
"Bin? Masih sakit banget ya?" Bina cuma bisa mengangguk lemas.
"Tahan ya, sabar. Sebentar lagi."
Sejak tadi Brian nggak berhenti mengajak Bina berbicara supaya bisa sedikit mengalihkan rasa sakitnya. Begitu sakitnya mereda, nggak lama kemudian muncul lagi, begitu terus selama beberapa jam ke depan sampai akhirnya pembukaannya sempurna.
Sebenarnya Brian sempat merasa sangat lemas dan nggak kuat menemani Bina sejak melihat Bina yang menangis sebelumnya karena ada rasa ingin mengejan tapi masih belum diperbolehkan karena belum waktunya.
Berujung Brian gantian lagi sama Gilsha. Brian terus diberikan support sama Jae, Wilza dan Devan, sampai akhirnya Brian kembali menemani Bina hingga bukaannya sempurna.
Dan ini dia, saat-saat yang mereka tunggu. Setelah berjam-jam drama pembukaan yang menguras tenaga, pikiran, dan kesabaran.
"Sedikit lagi, Bu. Kepalanya sudah terlihat, Bu."
"Sayang ayo, kamu pasti bisa." Bina terus berusaha mengejan, mendorong supaya bayinya keluar.
Keringat dan air mata sudah membasahi wajah Bina sejak tadi. Brian nggak tega lihatnya. Sakit akibat remasan hingga kuku Bina menusuk kulitnya hingga berbekas pun nggak sebanding bahkan sangat amat jauh dengan rasa sakit yang lagi dia alami sekarang.
"Brian, aku udah nggak—"
"Nggak, Bina. Jangan nyerah! Sedikit lagi, Bin!"
"Ayo, sekali lagi. Dorong yang kuat, Bu."
"Sayang, tarik napas yang kuat. Sekali lagi. Kamu bisa."
Bina mengikuti semua instruksi dengan baik. Sampai akhirnya terdengar suara tangisan bayi yang mereka nantikan selama ini. Demi apapun, Brian kehabisan kata-kata untuk mendeskripsikan kebahagiaannya saat ini.
"Selamat ya, sekarang udah resmi jadi Mama. Kamu hebat, sayang!" Brian mengecup lembut kening istrinya.
"Wahh, bayinya mirip Ibunya nih, Bu, Pak. Selamat ya, bayinya perempuan," ucap Dokternya sambil memberikan bayi cantik yang sudah dibersihkan itu.
Kemudian Brian menggendongnya untuk diadzani. Ya Tuhan, begini ya rasanya jadi Ayah?
Selesai diadzani, Brian memberikan bayi cantik itu ke Bina untuk diletakan di dadanya supaya dia bisa mencari kehangatan di sana.
Ya Tuhan, mungil banget.
"Cantik. Persis kamu."
"Sayangnya Mama kenapa, hm? Mau susu, iya?"
Sepertinya dia haus. Terbukti dari gerak geriknya yang seperti terlihat sedang mencari sesuatu disana.
Bina mengarahkan mulut mungil bayinya agar dapat menyusu dengan posisi nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Unexpected Life✔
SonstigesSudah tamat, tapi jangan lupa untuk tetap vote dan comment setelah membaca yaaaaa💞😊 -Selalu ada hal yang tak terduga disetiap jalan hidup yang kita pilih- "Sumpah, ya. Semenjak ketemu lagi sama lo, ketenangan hidup gue ilang seketika." -Jaedan "J...