Ini cuma iseng-iseng aja ya. Bisa jadi ada yang benerannya bisa jadi nggak.
—EDISI SAHUR—
.
.
.
.
.
"Indumie lagi, indumie lagi."
-Jaedan Arkana
"Buna!! Buna bangun! Buka pintunya!"
Gilsha dan Jae terbangun akibat terganggu dengan suara cempreng si cilik, belum lagi suara ketukan pintunya udah kaya rentenir mau nagih utang.
"Astaga, Jae!!! KITA TELAT SAUR!!" teriak Gilsha yang baru saja mengecek jam di ponselnya.
Pukul 04.15 WIB.
Itu artinya sisa 15 menit sebelum imsak. Jae dan Gilsha segera bergegas bangun dari tempat tidurnya dan menuju dapur.
Jangan tanya gimana nasib Jehan, kebiasaan teledor orang tua ini adalah...
"AYAH!!! DEDEK JEHAN MAU GULING-GULING TERUS DARI KASUR!!!!" teriak Jenia dari kamar orang tuanya.
Gilsha yang tadinya mau nyamperin anaknya, langsung ditahan sama Jaedan dan memintanya untuk fokus masak aja.
Jaedan langsung lari ke kamar dan mendapati putri sulungnya sedang berusaha menahan tubuh Jehan agar tidak guling-guling dulu, takut jatuh. Masalahnya, kasurnya tinggi.
Dan benar aja, itu anak botak lagi berusaha turun dari kasur tapi ditahan sama Jenia.
Duh, botak. Kalo lo jatoh gimane, tong? Gue yang kena amuk emak lo.
"Eehh, anak ayah kok udah bangun? Mau kemana, em? Mau ikut sahur?" tanya Jaedan sambil menggendong putranya.
"Bubwubwuu," celoteh Jehan.
"Hm? Bubu? Buna? Nyariin Buna, iya?" Jehan menyahuti ucapan Jae dengan terus menyebut kalimat yang sama sambil menepuk-nepuk bibir Jae.
Alamat mau nete ini mah. Yakin.
"Kak, mau sahur nggak?" tanya Jaedan.
"Mau!!"
"Yaudah, ayo turun," ajak Jae.
Begitu nyampe di meja makan, Jaedan melihat makanan yang sama. Menu makanan yang sama kaya beberapa hari terakhir.
"Indumie lagi, bun?" tanya Jaedan.
"Iya. Udah jangan banyak ngeluh, masih banyak orang susah makan kelaperan di luar sana," jawabnya.
"Iya-iya." Jaedan cuma bisa pasrah, lagi-lagi makan mie. Iya sih, makan mie lagi soalnya cuma ini makanan yang paling cepeat, instant, praktis. Apalagi di sisa-sisa 7 menit terakhir sebelum imsak.
"Bubwubwubwuuu," oceh Jehan lagi. Jehan terus ngoceh sambil merentangkan tangannya minta digendong bunanya.
"Dedek mau sama buna? Sini sayang." Gilsha beranjak dari kursinya lalu mengambil Jehan dari gendongan Jae.
Alhamdulillah paha gue nggak berat lagi sama si botak, begitu isi hatinya Jae.
.
.
.
.
.
Tuh kan benar aja, si Jehan tuh haus. Dari tadi gebuk-gebukin dadanya Hana terus. Daripada digebuk sama Jehan, mending di elus sama gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Unexpected Life✔
RandomSudah tamat, tapi jangan lupa untuk tetap vote dan comment setelah membaca yaaaaa💞😊 -Selalu ada hal yang tak terduga disetiap jalan hidup yang kita pilih- "Sumpah, ya. Semenjak ketemu lagi sama lo, ketenangan hidup gue ilang seketika." -Jaedan "J...