Setelah kelulusan Devan dan Yesline, mereka semakin disibukan dengan urusan masing-masing. Jarang banget ada waktu buat berduaan.
Devan sibuk mengurusi club taekwondo miliknya, belum lagi ia juga turut meng-handle perusahaan Papinya yang di Jakarta. Selain itu juga ia mengajar di salah satu SMA sebagai guru olahraga honorer.
Ya pada dasarnya, Devan memang tidak mau keluar dari passionnya di bidang olahraga, dilain sisi ia juga punya tanggung jawab buat meng-handle perusahaan Papinya. Ya seenggaknya untuk sementara ini, setidaknya sampai Papinya telah menyelesaikan urusan pekerjaannya di luar negeri dan memutuskan untuk menetap di Indonesia, alias nggak bulak-balik ke luar negeri terus.
Soal pembagian waktu kerja sebenarnya agak keteteran juga. Devan harus ke kantor Senin sampai Jum'at. Khusus setiap Jum'at, ia akan datang ke kantor siang habis dzuhur. Soalnya, jam setengah 8 pagi ia sudah harus mengajar olahraga kelas X di sekolahnya. Untungnya, hanya 2 kelas dengan durasi 2 jam mata pelajaran. Sabtu Minggunya, ia akan melatih taekwondo. Itupun, ia dibantu oleh asistennya, Yohan. Yohan adalah orang kepercayaan yang membantu meng-handle perusahaan selaku manager, juga membantu meng-handle club disaat Devan keteteran. Yohan ini juga rekan seperjuangannya sebagai sesama atlet di salah satu club yang sama waktu sekolah dulu.
Sedangkan Yesline, dia sekarang mengajar di salah satu SMA swasta, sebagai guru bahasa Mandarin dan mengajar di salah satu tempat kursus bahasa Mandarin. Kalau Yesline, dia full mengajar bahasa Mandarin semua kelas dari kelas 10 hingga kelas 12 IPS. Habis mengajar di sekolah, dia langsung mengajar di tempat kursus setiap jam 1 siang sampai jam 8 malam. Soalnya memang tempat kursusnya buka kelas malam dari jam 6 sore hingga jam 8 malam.
Yesline sebenarnya masih punya libur di weekend, tapi sayangnya weekend dia biasa dipakai buat jadi babysitter Alin, anak dari sepupunya yang berusia 8 bulan. Soalnya, tiap Sabtu Minggu orang tuanya Alin kuliah. Jadinya, mereka nitipin Alin ke Yesline.
Ya gitu deh, sibuk banget mereka. Sampai nggak ada waktu buat berdua. Ada sih, kadang. Kalau Sabtu kan Devan pulang sore, kadang suka ke rumah Yesline dulu buat bantu momong si Alin. Yaudah, sebatas itu saja.
.
.
.
Seperti biasa, Devan akan selalu numpang mandi di rumah Yesline setiap pulang melatih sebelum diizinkan menyentuh Alin. Selesai mandi, Devan melihat Yesline yang masih menggendong bayi berusia 8 bulan itu supaya tidur setelah minum susu.
"Yesi,"
"Hmmm?"
"Alin udah bobo?"
"Udah, tapi belum pules. Kalau ditidurin ke kasur sekarang entar nangis lagi."
"Mau gantian? Kayaknya kamu pegel."
"Nggak usah, nggak pegel kok. Kamu tolong cuciin botol susunya Alin, ya? Jangan lupa dikasih air rebusan biar steril."
"Oke."
Setelah mencuci botol, Devan kembali menyusul Yesline ke kamar dan melihat dia sedang menidurkan Alin pelan-pelan ke kasur. Melihat pemandangan indah kayak gini bikin perasaan Devan—
Duh, gimana jelasinnya ya? Kayak ada sensasi tersendiri. Rasanya jadi kebayang, kalau nanti suatu saat ia dan Yesline punya anak sendiri, bagaimana ya? Pasti bakal sering melihat Yesline momong anak.
"Udah pules?"
"Udah." Yesline meregangkan pundak dan lehernya.
"Pegel, ya? Aku pijitin, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Unexpected Life✔
RandomSudah tamat, tapi jangan lupa untuk tetap vote dan comment setelah membaca yaaaaa💞😊 -Selalu ada hal yang tak terduga disetiap jalan hidup yang kita pilih- "Sumpah, ya. Semenjak ketemu lagi sama lo, ketenangan hidup gue ilang seketika." -Jaedan "J...