[60] This is Not The End

403 19 5
                                    

8 Years Later

"Hana, tolong cariin kaos kaki aku dong, di keranjang," teriak Jaedan sambil buru-buru mengancingkan satu persatu kemejanya.

"Iya, sebentar! Takut telornya gosong!" Gilsha berteriak dari dapur sambil membalikkan telur dadar buatannya.

Ya, pagi ini mereka berdua kesiangan. Salahkan Jaedan yang mengajaknya begadang sampai jam 4 pagi karena membantu sang suami di ranjang.

Bantu meriksain berkas-berkas kerjaan Jaedan di kasur maksudnya.

Jangan mikir yang iya-iya, wkwk.
Kan, 'membantu' suami nggak cuma urusan enak mengenakin, tapi juga membantu meringankan pekerjaan suami, Jaedan yang bilang begitu.

"Nih, kaos kakinya. Dah, pake sendiri. Sarapan udah aku masukin ke kotak makan jangan lupa kamu ambil nanti di atas meja makan. Aku bangunin si cilik dulu," ujar Gilsha.

Gilsha berlari ke kamar sebelah untuk membangunkan si cilik.

"Jenia sayang, hey? Bangun, Nak," ucapnya sambil menepuk pelan pipi gembul pipi putrinya.

"Aaaah, Bunaaa. Jeni maci antuk," ucap Jenia yang pelafalan pengucapannya masih belum sempurna dan juga suara imut khas bangun tidurnya sambil menutup kembali wajahnya dengan guling.

Persis Jaedan kalau dibangunin pagi-pagi pas hari minggu buat jogging.

"Jenia, bangun sayang. Udah jam tujuh kurang lima belas, kamu nggak ke sekolah? Setengah jam lagi masuk, loh. Bangun yuk, sayang. Mandi," bujuk Gilsha.

Akhirnya Jenia bangun dari tempatnya dan segera ke kamar mandi. Sungguh, Gilsha kagum dengan sikap anaknya yang sangat mandiri di usianya yang baru masuk 6 tahun.

Jenia nggak mau mandi dimandiin Ayah Bunanya, nggak mau makan disuapin lagi, dan pernah Jenia meminta agar bunanya nggak perlu lagi mengantarnya ke sekolah.

Alasannya, ia ingin terlihat keren seperti orang dewasa yang bisa berangkat dan pulang sendiri. Sayangnya, untuk permintaan yang terakhir itu nggak diindahkan Jaedan dan Gilsha. Putrinya itu masih terlalu kecil untuk pergi sendirian.

"Bunaaaaa handuk Jeni manaah??" teriak Jenia dari kamar mandinya.

Ya begitulah keseharian Ibu muda satu ini selama kurang lebih 6 tahun terakhir. Sibuk mengurusi raja dan tuan puterinya di rumah.

Dan semenjak mereka memiliki seorang putri cantik yang mereka beri nama Jenia Carissa Arkana, kehidupan keduanya berubah. Menjadi lebih baik. Bahkan Gilsha memutuskan untuk berhenti kerja demi fokus membesarkan Jenia dengan baik tanpa kurang kasih sayang sedikitpun. Dan tentu Jaedan merasa bangga dengan keputusan istrinya, karena memang itu keinginan Jaedan sejak dulu agar istrinya tidak perlu bekerja lagi.

Meskipun Jenia bukan murni hasil buah cinta mereka, tapi Jenia adalah hasil buah kesabaran mereka.

Ya, Jaedan dan Gilsha memutuskan untuk mengadopsi seorang bayi berusia 6 bulan dari panti asuhan.

.

.

.

.

.







Group Chat

Random People (4)

Briann

Malem kumpul lah

Sandrii

My Unexpected Life✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang