Flashback a week ago
Tiana tersenyum, sangat indah. Seolah rasa sakitnya kini menghilang. Kini pandangannya pindah menghadap ke langit-langit. Seolah melihat sesuatu yang indah dan tersenyum.
"Hahh...rasanya hari ini adalah hari paling bahagia dalam empat puluh delapan tahun hidu-" Belum sempat menyelesaikan kalimat terakhirnya, Tiana memejamkan matanya.
Dan untuk selamanya.
Tepat di hari pernikahan Brian, Mamanya benar-benar menepati janjinya untuk sembuh.
"Mah? Mama??!! Mah, bangun!!" Brian menangis, disusul dengan emosinya yang mulai tak terkontrol.
Brian terus mengguncangkan tubuh sang Mama berharap beliau akan bangun lagi.
Brian bisa merasakan tangan kekar Papanya mulai menarik badan Brian ke dalam pelukannya. Mereka sama-sama menumpahkan semua air mata kesedihan mereka.
Bina dan Papanya pun sama.
Rey mendekat ke ranjang sang istri, "Tiana, kamu jangan khawatir, aku akan menjaga Brian di sini. Terima kasih karena kamu benar-benar menepati janjimu untuk sembuh, meskipun aku harus kehilangan kamu untuk selamanya. Kamu pasti sangat lega sekarang, karena Brian benar-benar sudah menikah dan kamu pun menyaksikan itu. Tiana, aku minta padamu, jaga Selgia di sana untukku, ya? Tunggu aku nanti di sana sampai tiba saatnya, ya?" Rey menciumi seluruh wajah Tiana, untuk yang terakhir kalinya.
Rey kembali menghampiri Brian, "Brian, Mamamu benar-benar wanita yang sangat kuat. Mamamu tidak pernah menjadikan penyakitnya sebagai penderitaan, Mamamu berjuang selama ini untuk sembuh demi bisa melihat kamu bahagia. Maka dari itu Papa mohon, ikhlaskan Mama. Jadilah Brian yang kuat untuk Mama, ya?" Brian hanya bisa mengangguk meskipun rasanya sulit. Rasanya ia masih belum bisa sekuat itu untuk bisa mengikhlaskan Mama
Baru sebentar, rasanya baru sebentar sekali semenjak kedatangan Brian di sini. Dan kini, Mamanya telah meninggalkannya untuk selama-lamanya.
"Kita sama-sama siapkan pemakaman Mama, ya?" Brian pun menghapus air matanya dan mengangguk.
Brian dan Papanya mempersiapkan segala keperluan untuk pemakaman Tiana. Sesuai dengan wasiatnya dulu, kalau Mama pergi duluan, Mama ingin dimakamkan di sebelah makam Selgia, Adik kandung Brian. Selgia meninggal dari waktu dia masih bayi setelah melakukan operasi. Dan itu karena penyakit yang sama, jantung.
Semenjak hari pemakaman, Brian benar-benar seperti orang hilang arah. Brian nggak makan, nggak keluar kamar, benar-benar kayak mayat hidup.
Apa kalian penasaran soal Bina? Setelah pemakaman, Brian sempat bilang ke Bina untuk tinggal masing-masing dulu. Dan Bina pun setuju. Tiga hari setelahnya, Rey meminta Bina untuk mulai tinggal di rumahnya bersama Brian. Alasannya? Ya kayak alasan pada umumnya, suami istri nggak baik pisah atap kelamaan. Apalagi pisah ranjang.
Dan dengan segala kesadaran yang Brian punya, Brian membiarkan Bina tetap tinggal di sini namun ternyata Bina memilih untuk pisah kamar. Kamar Bina di sebelah kamar Brian. Karena di atas emang ada 4 kamar, ya dia bebas mau tidur dimana saja. Dan perlu digaris bawahi, itu keputusannya sendiri.
Kalau kalian penasaran gimana tanggapan Papa waktu itu, Papa Brian akhirnya mengalah setelah diyakinin oleh Bina. Bina cuma berusaha ngertiin posisi Brian yang butuh waktu untuk sendiri.
Brian dan Bina juga nggak banyak bicara. Bina menemui Brian hanya untuk melakukan tugas-tugas istri pada umumnya, kayak bangunin Brian pas subuh, nyuruh Brian makan, mandi, kalau Brian nggak mau mandi dia bakal ngambilin baju ganti buat Brian Gitu-gitu aja sih.
Bukannya Brian nggak menghargai Bina atau gimana. Pertama, Brian memang masih butuh waktu. Kedua, Brian masih berpikir, ini tuh pernikahan macam apa yang nggak dilandasi cinta? Ketiga, mereka nggak saling kenal dan itu benar-benar bikin canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Unexpected Life✔
AcakSudah tamat, tapi jangan lupa untuk tetap vote dan comment setelah membaca yaaaaa💞😊 -Selalu ada hal yang tak terduga disetiap jalan hidup yang kita pilih- "Sumpah, ya. Semenjak ketemu lagi sama lo, ketenangan hidup gue ilang seketika." -Jaedan "J...