"Soalnya, mas Wilza udah ada target," ucap Naya santai.
"Hah? Target siapa?" tanya Brian.
"Nanti aja pas ngumpul," kata Wilza.
.
.
.
"Ca, ayo gue anter pulang."
"Anter kerumah Naya aja. Gue mau ke rumah Naya dulu."
"Mau ngapain?"
"Kepo banget."
"Dih, yaudah."
"Haha, gue mau ada perlu sama Naya," jelasnya.
"Ooh, yaudah."
..
.
"Makasih ya udah nganter." Caca melepas helm itu dan mengembalikannya pada Sandri.
Sandri memang mengajak Caca untuk pulang bersama. Caca jelas dengan senang hati mengiyakan ajakan pria itu dan memintanya untuk mengantarnya ke rumah Naya saja.
"Iya sama-sama."
"Mau langsung pulang?"
"Iya, tapi habis itu mau pergi lagi."
"Kemana?"
"Kepo banget."
"Dih, yaudah." Sandri terkekeh sejenenak sebelum melanjutkan ucapannya. "Ada yang mau dibeli, Caca. Tenang aja gue nggak bakal ketemuan sama cewek lain, kok." Mendengar hal itu justru membuat Caca menaikkan sebelah alisnya.
"Ya ketemu juga nggak apa-apa kali. Emang gue siapa lo sampe ngelarang segala?" Kode keras minta ditembak.
"Calon istri gue lah," Caca terkejut. Bisa-bisanya Sandri mengatakan hal yang membuat dirinya berdebar. "Dua tahun lagi," sambungnya.
"Nggak usah ngawur."
"Lah emang nggak mau?"
"Nggak tahu, udah ah sana. Masih lama, nggak usah ngomongin yang belum pasti! Udah sana pergi. Oh iya, makasih udah dianterin."
"Iya, iya. Yaudah gue cabut dulu," pamit Sandri.
.
.
.
Sandri menyempatkan diri untuk pulang dan mengganti bajunya sebelum kembali pergi. Ada sesuatu yang ingin ia beli, entah ada angin apa, ia hanya ingin saja. Sandri juga mengajak Wilza, soalnya dia yang paling paham perihal yang hendak Sandri lakukan.
Di tempat yang di tuju, Sandri menunjukkan 2 benda cantik di tangannya dengan 2 bandul yang berbeda. "Bagusan yang mana, Wil?"
"Nggak dua-duanya, norak. Bentar, gue lagi liat-liat."
Wilza meminta ke salah satu pegawai di sana untuk mengambilkan barang pilihannya. "Mbak, tolong ambilin yang ini, ini, sama yang ini ya."
"Nih, tiga kandidat dari gue. Sekarang lo tinggal milih." Ternyata pilihan Wilza memang bagus-bagus.
Paling betul deh ngajak Wilza, selera high fashionnya Wilza number wahid.
Setelah Sandri memperhatikan ketiga benda itu sedetail mungkin, akhirnya ia menjatuhkan pilihannya pada kalung dengan mata berlian biru. Entah kenapa hatinya seperti yakin dengan dengan yang satu itu.
Selesai dari toko perhiasan, Sandri langsung pulang. Sedangkan Wilza mau jemput Brian dulu. Biasalah, bocah mager banget bawa kendaraan.
Sesampainya Sandri di rumah, dari ruang tamu sudah tercium banget wangi masakan. Dalam hatinya, Sandei yakin si Naya sama Umi sedang masak enak.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Unexpected Life✔
De TodoSudah tamat, tapi jangan lupa untuk tetap vote dan comment setelah membaca yaaaaa💞😊 -Selalu ada hal yang tak terduga disetiap jalan hidup yang kita pilih- "Sumpah, ya. Semenjak ketemu lagi sama lo, ketenangan hidup gue ilang seketika." -Jaedan "J...