[10] Who's That Girl?

355 31 0
                                    

[WILZA POV]🌼









Semenjak pulang dari kumpul-kumpul malam kemarin, gue malah jadi nggak enak badan. Mungkin efek gue balik malam terus, ditambah akhir-akhir ini jarang makan teratur gara-gara sibuk ngejar deadline. Apalagi tugas akhirnya si botak, nyusahin. Mana deadline cuma 5 hari. Rasanya gue mau nulis kata-kata mutiara di halaman terakhir makalah gue kaya gini,


'Sesungguhnya, Tuhan itu tidak suka kepada hambanya yang menyusahkan hambanya yang lain. Maka jangan kasih kami tugas.'


Habis itu auto E- kali ya nilai gue.

Akhirnya berujung gue nggak ngampus. Mana di rumah sendirian. Kak Jinan lembur mulu, kadang nggak pulang. Sedangkan Mama tinggal di Jogja dan Papa sudah bahagia sama Ibu, istri barunya.

For your information, orang tua gue sudah cerai dari 14 tahun yang lalu, waktu saat itu gue umur 8 tahun.

Alasannya? Ditemukannya banyak ketidakcocokan setelah menikah. Mama sering ngebatin disaat mereka ada masalah, lalu berbaikan eh, nggak lama kemudian kesalahan yang sama terulang lagi. Begitu terus sampai akhirnya cerai.

Sebenarnya pas tahu mereka mau cerai gue sempat nggak setuju, karena gue pasti bakalan iri ketika teman-teman gue punya orang tua lengkap dan harmonis tapi gue nggak. Disaat ada event sekolah dan kedua orang tua mereka datang, tapi gue nggak. Tapi semenjak kak Jinan ngajak bicara dari hati ke hati sama gue dan dia ngejelasin pelan-pelan apa yang selama ini terjadi, akhirnya gue paham.

Dimulai dari Mama gue yang sering nangis tiap habis ribut, terus baikan tapi nggak bertahan lama. Waktu itu Mama sama Papa mau cerai dari kak Jinan umur 5 tahun, tapi perceraian itu batal karena waktu itu Mama hamil lagi. Iya, itu gue.

Akhirnya Mama bertahan demi gue sama kak Jinan. Mereka tetap berusaha ngasih perhatian dan kasih sayang yang cukup buat kita meskipun aslinya nggak pernah akur. Namun nyatanya, kasih sayang itu tak pernah utuh.

Dan sampai akhirnya sampai juga di titik kesabaran mereka habis dan selesai.

Tapi ternyata setelah itu Mama dan Papa bahagia di tempat mereka masing-masing meskipun nggak lagi utuh. Papa nikah lagi tapi belum juga dikasih anak, mungkin bisa jadi mereka memang tidak berencana punya anak lagi. Tapi mereka tetap bahagia. Meskipun begitu, gue nggak begitu akrab sama Ibu tiri gue, tapi gue tahu dia baik. Papa dan Mama memang nggak pernah lagi kontakan, tapi hubungan mereka baik-baik saja. Nggak ada dendam tersimpan sampai saat ini.

Kemudian, Mama memilih untuk tinggal di Jogja dan memutuskan untuk nggak nikah lagi. Dan lagi, gue dan kak Jinan menjadi alasannya. Mama takut kita nggak nyaman dengan kehadiran sosok Ayah baru, yang lebih tepatnya disebut Ayah 'tiri'. Padahal, baik gue atau kak Jinan nggak masalah. Toh, kebahagiaan Mama kebahagiaan kita juga. Asalkan jangan sampai salah pilih lagi.

Kita juga selalu bilang, Mama pantas untuk bahagia setelah berjuang buat bertahan selama ini demi kita. Tapi keputusan Mama sudah bulat. Jadi yaudah, kita berdua menghargai keputusan Mama.

Dari semenjak itu juga, kita berdua juga belajar hidup mandiri. Kak Jinan memutuskan untuk tetap tinggal di rumah Mama yang di Jakarta, rumah yang kita tempati sampai saat ini. Dan gue pun memilih ikut sama Kakak, soalnya gue memang aslinya nggak bisa jauh dari Kak Jinan. Kak Jinan yang menjadi anak tertua, merasa bahwa dia adalah tulang punggung keluarga. Kak Jinan mulai nyari kerja sampingan dari semenjak dia kelas 2 SMK.

Padahal, Mama masih mampu membiayakan kak Jinan sama gue hingga jadi sarjana. Tapi kak Jinan nggak mau terus-terusan bergantung sama Mama, itu yang membuat kak Jinan bisa jadi sesukses sekarang. Berdiri diatas kesuksesannya dengan kedua kakinya, tanpa memohon bantuan dari siapapun selain doa.

My Unexpected Life✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang