Siang-siang gini memang paling mantap dinginin kepala sambil minum es campur di kantin fakultasnya Wilza. Karena sejak bimbingan tadi, Jaedan tampak setengah fokus dan setengah pikirannya lagi nggak tahu kemana. Moodnya sedang tidak mendukung untuk bergelut dengan kertas-kertas berisikan coretan tinta hitam dari dosen.
REVISI, begitu isinya.
Oh, tidak lupa catatan-catatan tambahan di kertas yang tulisannya sebelas dua belas sama tulisan Dokter.
"Woi, Bro. Sendirian aje lo di kantin. Udah kelar bimbingan?", sapa Brian yang juga baru saja selesai kelas.
"Iye, baru kelar bimbingan tadi. Ada kali setengah jam mah. Baru kelar kelas lo?"
"Iya, nih. Yang lain mana?"
"Tadi sih Devan nge-chat gue, kelasnya bubar jam tiga. Kalau Sandri masih bimbingan. Kalau Wilja nggak tahu deh tuh anak nggak ada kabarnya hari ini."
"Ohh. Terus, kenapa itu muka lo ngapa ditekuk gitu?" tanya Brian penasaran. Sebelum dijawab Jaedan, Brian memesan es campur ke Bibi kantin yang kebetulan lewat disebelahnya sambil membawa setumpuk piring bekas makan.
"Kagak ngapa-ngapa. Muka lo juga ngapa lesu begitu, Bri?"
"Kagak ngapa-ngapa juga."
Kemudian mereka berdua kembali pada pikiran masing-masing. Nggak lama kemudian, si oknum tanpa kabar datang juga.
"Bri, Jeh," sapa Wilza. Jah jeh jah jeh lagi aja, kebiasaan.
"Kemana aje lo, nggak ada kabar pisan seharian," tanya Jaedan.
"Gimana mau ngasih kabar kalau hape gue disita selama kelas," jawab Wilza sambil menyimpan tasnya diatas meja lalu menjatuhkan kepalanya di atas tas.
"Pasti kelasnya si botak ya?" tebak Jae.
"Ya siapa lagi dosen di sini yang demen banget nyitain hape selama kelas?"
"Sabar ya, Wil. Untung gue nggak diajar dia," kata Brian. Ya iyalah Brian pea, kan dia cuma ngajar di jurusannya Wilza.
"Yaudah, pesen dulu dah, pesen makanan kek apa kek, apa mau gue pesenin?"
"Nggak usah deh, Jae. Gue lagi nggak nafsu."
"Yaudah." Jaedan kembali menyeruput es campurnya.
"By the way, hari ini mau ke studio, nggak?" tanya Wilza.
"Iya, ntar nungguin Devan sama Sandri dulu," kata Jaedan.
"Kita jadi ambil job di Kafe Kencana malem Minggu ini?" tanya Brian.
"Jadi, Bri. Makanya entar sekalian latihan."
Setelah semua selesai sama urusan kampus, mereka berlima langsung berangkat ke studio. Perlu kalian ketahui kalau studio ini milik mereka berlima. Soalnya belinya pake uang hasil manggung sana sini yang mereka sisihkan buat beli studio sendiri. Selain berfungsi sebagai tempat latihan, studio mereka juga dijadikan sebagai basecamp.
.
.
.
Awal-awal latihan, semuanya masih pada fokus. Berusaha tetap fokus lebih tepatnya. Tapi nggak lama setelah itu, Jaedan malah salah mainin chord terus. Brian juga. Sandri yang mulai peka sama kondisi Jaedan dan Brian, akhirnya mereka putuskan untuk break sebentar.
"Nih, pada minum dulu," ucap Wilza sambil memberikan minuman yang baru dia ambil dari kulkas.
"Jadi Bri, Jeh, kalian kenapa?" tanya Sandri setelah menenggak minumannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Unexpected Life✔
RandomSudah tamat, tapi jangan lupa untuk tetap vote dan comment setelah membaca yaaaaa💞😊 -Selalu ada hal yang tak terduga disetiap jalan hidup yang kita pilih- "Sumpah, ya. Semenjak ketemu lagi sama lo, ketenangan hidup gue ilang seketika." -Jaedan "J...