Pagi ini, Devan disibukkan dengan menghubungi teman-temannya.
Calling Jaedan...
"Halo?"
"Jae? Dimana?"
"Rumah. Ngapa?"
"Ke rumah gue sekarang ya."
"Ngapain?"
"Kesini aja dulu, nanyanya ntar aja. Urgent!"
"Iyaudah, iya."
.
.
.
Calling Sandri...
"Halo? Kenapa, Dep?"
"San, dimana?"
"Di warnet sama Wilja."
"Kerumah gue sekarang. Urgent. Ajak Wilja juga."
"Hah? Ngapain?"
"Nanya nya nanti aja. Buruan sini."
"Eh, iya iya."
.
.
.
Sebenernya dari semenjak Brian bilang kalau dia harus ke Belanda, perasaan Devab sudah kurang enak. Awalnya ia kira cuma perasaan sekilas lewat saja, tahunya nggak. Malah makin nggak tenang sampai sekarang.
Nggak lama kemudian, anak-anak datang. "Ini lo ada apaan mendadak manggil kita semua kesini?" tanya Jaedan.
"Perasaan gue gelisah terus dari semenjak Brian cabut."
"Lo kenapa anjir, Dep?" tanya Wilza. Akhirnya Devan mulai menceritakan semua yang gue rasain.
"Ah, jangan aneh-aneh dah lo. Gue yakin Brian sama nyokapnya baik-baik aja."
"Gue juga berdoa kaya gitu terus, Jae. Tapi perasaan gue makin kesini makin nggak beres."
"Ini bukan pertama kalinya Devan punya feeling, dan ajaibnya feeling dia emang jarang meleset, kan? Bukannya gue percaya sama Devan, tapi sebenernya gue juga ngerasain hal yang sama kayak Devan. Soalnya sampe sekarang Brian nggak ngasih kabar apapun sama kita, kan? Ini udah mau seminggu loh," kata Sandri.
"Mungkin dia sibuk ngurus Mamanya, San. Positif aja."
"Gue juga mikirnya gitu, Wil. Tapi gimana ya, gara-gara Devan bilang begitu gue jadi kepikiran lagi."
"Yaudah terus maunya gimana? Kita nyusul gitu ke Belanda?"
"Gue seotak sama Jae. Gue juga sempet mikir apa perlu kita kesana? Sekalian jenguk Mamanya?" ujar Sandri.
"Gue rasa perlu, San. Soalnya bener deh, nggak tenang gue."
"Yaudah gue cari tiketnya dulu."
"Thanks, Wil." Emang Wilza paling bisa di andalkan soal ginian.
Akhirnya mereka dapat jadwal penerbangan ke Belanda nanti malam. Benar-benar super dadakan. Mumpung ini long weekend juga. Mereka semua kembali ke rumah masing-masing untuk melakukan persiapan termasuk dokumen penting yang harus dibawa.
Selama perjalananpun nggak ada satupun dari mereka yang berhenti berdoa. Berharap semoga apa yang mereka khawatirkan nggak kejadian.
Setelah 14 jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di Bandara Schiphol Amsterdam. Jaedan berusaha menghubungi Brian dari sebelum berangkat tapi nggak diangkat juga sampai sekarang. Dan sekarang lagi coba ditelepon lagi, semoga diangkat. Karena nggak ada satupun yang tahu dimana alamat dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Unexpected Life✔
RandomSudah tamat, tapi jangan lupa untuk tetap vote dan comment setelah membaca yaaaaa💞😊 -Selalu ada hal yang tak terduga disetiap jalan hidup yang kita pilih- "Sumpah, ya. Semenjak ketemu lagi sama lo, ketenangan hidup gue ilang seketika." -Jaedan "J...