[55] Apel Belanda & Happy Birthday

271 23 0
                                    

[BINA POV]🌼



Semenjak tahu gue hamil, ada banyak hal yang berubah. Apalagi soal Brian. Dia semakin hari makin protektif banget.

Sedikit-sedikit telepon. Sedikit-sedikit chat. Apalagi dalam rangka naikin bobot Adek—panggilan sementara kita ke si bayi yang masih di dalem perut, Brian jadi rutin banget nanyain kayak sudah makan atau belum, susunya sudah diminum atau belum, cemilannya sudah dimakan atau belum, dan sering nanyain mau makan apa, atau inisiatif buatin makanan yang katanya bagus buat perkembangan bayi yang ia tahu dari temannya ataupun dari internet.

Kadang-kadang juga Brian suka ngajak video call. Tiap dzuhur juga dia selalu pulang ke rumah buat makan siang bareng gue.

Brian sempat melarang gue buat ngerjain pekerjaan rumah. Tapi setelah gue kasih pengertian ke dia baik-baik kalau gue nggak bisa kalau cuma diam doang, selagi gue nggak ngelakuin aktivitas yang berat apalagi beresiko, akhirnya Brian ngizinin gue ngerjain kerjaan rumah dengan catatan cuma beresin kasur, masak sama nyapu. Nggak boleh nyuci, nggak boleh ngepel, nggak boleh nyetrika. Itu sudah diambil alih sama Bi Narsih.

Oh iya, soal koas dan S2 spesialis gue, kita sudah sepakat kalau gue baru bakal nerusin semua itu setelah Adek lahir. Soal nanti gimana Adek dititipin siapa selama gue koas dan Brian kerja, hal itu masih kita pikirkan.

Perhatian Brian juga jadi naik berkali lipat semenjak gue hamil. Nggak pernah canggung lagi buat nunjukkin segala bentuk kasih sayang dia ke gue. Apalagi ke Adek.

Kebiasaan baru Brian semenjak gue hamil adalah selalu nyanyi sebelum tidur. Setiap mau tidur, Brian bakal nyanyi satu atau dua lagu klasik persis di perut gue sambil dielus-elus.

Awalnya rasanya agak geli, tapi lama kelamaan gue terbiasa, kayaknya Adek juga senang. Kadang saking lembutnya suara Brian, gue sampai cepat ketiduran. Dia juga sering ngajak ngobrol Adek, pokoknya wajib cium Adek sebelum kerja dan sepulang kerja. Gue bersyukur, Brian benar-benar menunjukkan afeksinya dengan baik ke kita berdua.

.

.

.

.

.

Pagi-pagi banget, Bina terbangun dari tidurnya. Nggak tahu sudah yang keberapa kalinya Bina sering kayak gini semenjak hamil. Entah karena ngidamnya atau karena mualnya. Hal ini yang bikin Brian jadi sering ngerasa kurang tidur.

"Brian...." panggil Bina sammbil menggoyangkan badan Brian.

"Emmhh? Kenapa Bin? Kamu mual? Atau pengen sesuatu?" sahutnya dengan suara serak dan mata yang masih terpejam.

"Nggak Bri, aku nggak mual. Tapi, aku pengen Apel." Seketika Brian langsung membuka matanya.

"Ini jam berapa?"

"Jam tiga pagi."

"Sabar ya, entar pagi-pagi aku beliin Apelnya." Bina menggelengkan kepalanya.

Bukan itu yang Bina mau.

Brian mengerutkan dahinya menatap istrinya bingung.

"Kamu mau sekarang juga?" Jujur, iya. Tapi Bina tahu itu mustahil.

"Iya, tapi kayaknya susah. Nggak usah deh, Bri. Tidur lagi aja. Nanti aku bangunin pas subuh."

"Eh nggak, nggak. Kalau Adek yang minta aku bakal keluar sekarang nyari tukang buah."

"Nggak, Bri. Bukan begitu." Brian menatap Bina bingung.

"Terus apa?"

"Tapi janji jangan marah."

My Unexpected Life✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang