Nggak terasa, sudah beberapa bulan semenjak Sandri dan Caca menikah. Ya bisa dibilang mereka masih pengantin baru. Masih anget-angetnya, dan semoga anget terus, sih.
Kebahagiaan Sandri juga jadi berkali-kali lipat semenjak menikah sama Caca. Rasanya, seperti selalu ingin sujud syukur setiap saat karena sudah dikirimi Caca sebagai teman hidup sematinya.
.
.
.
Flashback a few months ago
Setelah 13 jam perjalanan pulang dari jam 9 pagi sampai jam 10 malam, akhirnya Sandri dan Caca tiba juga di Bandara.
"San, kita nunggu siapa?"
"Nunggu supirnya Abi. Sebentar lagi juga nyampe." Nggak lama kemudian, mobil hitam berplat B itu datang juga.
Caca yang daritadi memperhatikan jalanan dari jendela, akhirnya menyadari sesuatu.
"San? Ini kita mau kemana? Kok jalannya nggak ke arah rumah kamu?" Ternyata dia sadar kalau ini bukan jalan ke rumah orang tua Sandri.
"Nanti juga kamu tahu sendiri." Caca mengernyitkan dahinya bingung. Biarin deh, biar dia makin penasaran dulu.
Akhirnya, Sandri dan Caca sampai di depan gerbang rumah. Bukan rumah Umi dan Abi yang jelas. Caca terus memperhartikan rumah tingkat 1 yang nggak terlalu besar tapi halaman depannya lumayan luas. Lengkap dengan garasi yang udah dihuni duluan sama mobil serta motor Sandri dan motornya Caca.
"San? Ini rumah siapa? Kok ada mobil sama motor kamu? Ada motor aku juga lagi?"
Sandri masih belum menjawab pertanyaan dia. Alih-alih menjawab, Sandri memilih untuk ngegenggam tangannya dan membawa sang istri untuk masuk ke dalam rumah.
"Pak, barang-barang kita tolong taro di ruang tengah aja ya," ucap Sandri pada supirnya.
"Baik, den."
"San, kamu dari tadi nggak ngejawab aku. Ini rumah siapa?" Kelihatannya dia mulai kesal karena dikacangin terus sama Sandri.
"Rumah kita," jawab Sandri berbisik tepat di telinganya.
Jangan ditanya gimana reaksinya Caca saat ini. Sudah jelas dia kaget. Kelihatan jelas dari matanya yang membulat sempurna sudah kayak mau loncat dari kelopaknya.
"San, kamu nggak bercanda kan?"
"Nggak, Ca. Ini rumah kita, rumah baru kita." Matanya yang semula membulat kaget sekarang membulat berbinar.
"Ta-tapi kapan? Kapan kamu nyiapin semua ini? Kamu kok nggak pernah bilang?"
"Semenjak kamu nerima lamaran aku. Abi nawarin aku rumah ini yang katanya punya teman lamanya Abi. Kebetulan dijual harga miring, jadi aku langsung beli dan langsung renovasi. Dan kalau aku bilang ya bukan kejutan lagi dong, Ca." Seketika Caca langsung loncat memeluk Sandri. Dengan sigap, Sandri menangkap badan mungilnya, hingga membuat kaki sang istri melayang.
"Makasih, makasih banyak. Aku suka rumah ini," ucap Caca dibalik ceruk leher Sandri.
"Sama-sama. Udah yuk, kita liat-liat dulu rumahnya." Caca pun melepas pelukannya dan mereka mulai berkeliling rumah.
"Nah, ini kamar tamu sama yang satu lagi di sebelah kamar mandi," ucap Sandri sambil membuka pintu kamar tamu.
Di lantai 1 nggak cuma ada 2 kamar tamu dan satu kamar mandi, tapi juga ada ruang tamu, dapur, ruang makan, dan teras belakang. Di teras belakang ada meja bangku buat santai, kolam ikan ukuran sedang lengkap dengan air pancur kecilnya, beberapa tanaman bunga yang di kasih sama Umi, dan-
KAMU SEDANG MEMBACA
My Unexpected Life✔
RandomSudah tamat, tapi jangan lupa untuk tetap vote dan comment setelah membaca yaaaaa💞😊 -Selalu ada hal yang tak terduga disetiap jalan hidup yang kita pilih- "Sumpah, ya. Semenjak ketemu lagi sama lo, ketenangan hidup gue ilang seketika." -Jaedan "J...