[42] Marriage Life of B-B

376 22 0
                                    

Warning: Part ini agak mengandung unsur 21+ jadi harap bijak dalam membaca^_^
~~~~~~~~~






Terhitung sudah jalan setengah tahun usia pernikahan Brian dan Bina. Dan sudah 3 bulan juga semenjak mereka— ekhem.

Sejauh ini, Brian belum melihat ada tanda-tanda kehamilan dari Bina. Ya sedikit banyaknya Brian tahu hal-hal seperti itu karena dulu Brian sempat punya Adik, jadi tahu bagaimana dari awal mendiang Mamanya hamil sampai Adiknya lahir.

Dilain sisi, Brian agak lega juga sih kalau Bina belum hamil. Bukannya nggak mau punya anak, ya. Mau kok, mau banget malah. Tapi Brian rasa sekarang belum waktunya saja.

Brian nggak mau kalau nanti Bina jadi kesulitan kalau harus hamil juga skripsian juga. Sekarang mereka lagi sama-sama sibuk mau nyusun skripsi, setelah lulus dia masih harus koas, terus pasti dia berencana lanjut studi buat mendapatkan gelar spesialisnya, banyak sih yang menjadi pertimbangan Brian kalau sampai Bina hamil di masa itu. Apalagi perjalanan Bina untuk menjadi dokter itu masih panjang banget.

Tapi Bina pernah bilang supaya Brian nggak perlu khawatir soal itu. Dia sendiri orangnya cenderung nggak begitu memikirkan hal kayak gitu, apalagi hal yang belum terjadi.

Bagi Bina, kalau memang sudah waktunya dikasih ya, yaudah. 'Kalau aku udah dikasih kepercayaan buat punya anak ya tandanya aku mampu, apapun kondisinya.' Itu yang Bina bilang terakhir kali pada Brian. Bina merasa sesulit apapun tantangannya, kalau menurut Tuhan Bina mampu, ya maka Bina mampu menghadapinya.

Dan sebenarnya juga semenjak kejadian 'itu', hubungannya dengan Bina jadi lebih baik. Ya kayak ngomongnya sudah pakai 'aku-kamu', tidur sambil pelukan juga sudah nggak canggung, suka tukar cerita tentang hari ini atau cerita kalau lagi ada masalah, ya semacam sesi night deeptalk berdua sebelum tidur, dan Bina juga jadi lebih banyak senyum, ya pokoknya layaknya suami istri normal pada umumnya.

Brian merasa sangat beruntung bisa menikah dengan Bina. Ia harus banyak-banyak berterima kasih pada mendiang Mama Khalisa Van, Ibu mertuanya karena sudah melahirkan puteri sehebat dan secantik Bina ke dunia ini.

.

.

.

"Brian, bangun. Katanya ke kampus pagi?" Bina menepuk pelan pipi Brian supaya bangun.

"Ngghhh? Jam berapa?"

"Jam lima, Bri. Ayo bangun. Mandi dulu ." Sekarang badan Brian malah diguncang-guncang.

"Bentar, lima menit lagi." Brian malah menarik Bina ke dalam pelukannya.

"Ih, lepasin. Aku mau ke dapur, Bri. Entar telat bikin sarapannya."

"Aku sarapannya kamu aja." Brian mengucapkan kalimat itu masih dalam keadaan mata terpejam. Tapi lama kelamaan, Brian nggak merasakan ada tanda-tanda berontak dari Bina. Apa ini tandanya dia mau?

Akhirnya Brian membuka matanya, and oww shhiiastagfirullah. Nggak boleh cursing sama istri sendiri.

Ya habis gimana, dikiranya Bina diam tanda mau, eh ternyata diam-diam sinisin Brian.

"Kamu mau bangun sekarang atau nggak? Aku nggak punya banyak waktu. Aku harus ke kampus." Okay, scary mode on. Alangkah baiknya kalau Brian cari aman saja.

Daripada nggak dikasih jatah nanti?

"Iya, iya. Aku bangun sekarang." Dengan segenap rasa malasnya, mau nggak mau Brian harus bangun. Tapi sebelum itu—

CUP

"Morning kiss," kata Brian sambil tersenyum jahil ke Bina lalu langsung ngibrit ke kamar mandi. Yang dicium pun masih mematung di kasur. Ya hitung-hitung hukuman sudah berani ngejudesin suami pagi-pagi.

My Unexpected Life✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang