"Ngghhh." Jaedan terbangun karena mendengar suara rintihan dari perempuan yang sedang berada dalam pelukannya.
"Han?! Hana lo kenapa?!!"
Jaedan panik saat melihat Gilsha meriintih kesakitan dibagian perutnya dan sekarang dia keringat dingin. Ditambah dibadannya muncul ruam merah.
Jaedan langsung bergegas ngambil dompet juga ponselnya, tak lupa ia pakaikan jaket pada Gilsha sebelum membawanya menuju parkiran mobil di basement.
Untungnya, jalanan tidak begitu ramai. Jaedan bisa lebih cepat sampai di rumah sakit terdekat dari apartemennya Gilsha.
Begitu sampai di IGD, Gilsha segera mendapat penanganan.
"Gimana keadannya, dok?"
"Apa pasien punya alergi makanan tertentu?" Seketika Jaedan teringat kalau kemarin dia habis makan udang.
"Iya dok, dia ada alergi udang." Setelah itu dokter menjelaskan kondisinya yang drop karena stres, kecapekan, pola makan nggak teratur, juga ada masalah pencernaan, ditambah kemungkinan besar penyebab munculnya ruam di badannya adalah karena udang.
Benar saja kan yang kemarin ia takutkan. Namanya orang alergi ya mau makan satu dua biji juga tetap saja ada efeknya, apalagi akhir-akhir ini pola hidupnya berantakan. Ya gimana nggak ambruk?
Jaedan segera mengurusi kelengkapan administrasinya dan minta agar Gilsha dirawat inap sampai dia benar-benar pulih total. Meskipun dokternya bilang setelah infusannya habis boleh pulang, tapi Jaedan nggak setuju.
Jaedan juga belum sempat ngabarin kedua orang tua mereka tentang Gilsha. Akhirnya Jaedan menyempatkan untuk menghubungi Maminya.
Sudah jelas pasti mereka berdua langsung khawatir, tapi Jaedan bilang kalau kondisinya nggak serius dan malah sudah boleh pulang. Tapi Jaedannya aja yang maksa agar dia dirawat sampai sembuh total. Akhirnya mereka lebih tenang dan mempercayakan Gilsha pada Jaedan.
Sekarang Jaedan lagi duduk nungguin Gilsha sadar. Nggak terasa sudah jam 7 pagi dan Jaedan belum sarapan. Akhirnya ia memutuskan untuk mencari sarapan dulu.
Selesai makan, Jaedan segera kembali ke kamar Gilsha. Baru saja ada perawat yang habis membawakan sarapan untuk Gilsha. Tapi sampai sekarang Gilsha belum juga sadar.
Akhirnya Jaedan memilih untuk duduk di pinggir ranjangnya, sambil memandangi every inch of her face.
Mungkin saat semakin ia terjatuh dalam pesona gadis cantik yang tengah tertidur itu, dalam hatinya Jaedan berkata, how beautiful you are when you were sleeping.
Meskipun bibirnya pucat, tapi nggak mengurangi sedikitpun kecantiknya. Memang sudah cantik dari kecil, sih. Nih, kalau bocah pada tahu Jaedan muji-muji dia, bisa habis ia jadi bulan-bulanan ledekan mereka.
Masih dalam posisi yang sama, mengusap-ngusap kepalanya, tiba-tiba anaknya membuka matanya.
"Ngghh."
"Han? Lo udah sadar?"
"Gue dimana?"
"Rumah sakit. Lo ambruk. Bener-bener dah lo!"
"Kok gue bisa ambruk? Perasaan semalem..."
"Semalem apa? Mau bilang semalem lo baik-baik aja atau keinget kejadian semalem?" Matanya langsung melebar, mukanya memerah.
Jaedan terkekeh, dia malu ternyata. Sama sih, dirinya juga.
"Ngomong apaan sih, lo?! Udah deh mending jelasin gue kenapa?" Akhirnya Jaedan menjelaskan secara rinci apa yang tadi pagi Dokternya sampaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Unexpected Life✔
AcakSudah tamat, tapi jangan lupa untuk tetap vote dan comment setelah membaca yaaaaa💞😊 -Selalu ada hal yang tak terduga disetiap jalan hidup yang kita pilih- "Sumpah, ya. Semenjak ketemu lagi sama lo, ketenangan hidup gue ilang seketika." -Jaedan "J...