Ten hanya duduk termangu di taman panti, tempat masa kecilnya ia habiskan sendirian.
Walaupun banyak teman dan kehangatan dari para pengasuh tetap saja Ten merasa sendirian.
Ia melihat anak-anak yang bermain bersama orang-orang yang datang kemari dengannya. Terlihat sangat bahagia, tapi kenapa dirinya dulu memilih kabur.
Ten tersenyum sendiri hingga tepukan ringan dipahanya membuatnya menoleh. Senyum itu kembali luntur, menatap wanita paruh baya yang mengelus lembut surainya kebelakang sama seperti masa kecil dulu dan duduk di sampingnya.
"Bagaimana kabarmu Lee Yong Qin?." tanya ibu panti.
"Ahh... Bibi, anda masih ingat denganku ternyata?." tanya Ten sambil tersenyum meraih telapak tangan itu dan menciumnya.
"Bagaimana aku bisa lupa hemm? Kau ini anak yang selalu Bibi perhatikan, tapi sayang sekali sebelum mendapat orang tua untukmu. Kau memilih kabur, Bibi sangat sedih waktu itu. Tapi kini akhirnya Bibi melihatmu lagi." ucap Bibi Panti.
"Maaf Bibi, aku masih labil waktu itu." jawab Ten.
"Yong Qin, mungkin kau tak ingin mengingat ini. Tapi aku hanya ingin bilang jika saja kau tidak kabur dari panti malam itu, mungkin saja kau bisa mati. Kau ingat Xu Ying yang sering mengolokmu, dia dengan sengaja menusuk teman satu kamarnya karena marah saat tahu kau kabur. Bibi baru tahu malam itu, jika Xu Ying memiliki gangguan mental. Harusnya Bibi tahu lebih awal, agar kau tetap disini. Dan peristiwa malam itu tidak akan terjadi." jelas Bibi panti.
"Tapi yang terpenting kau bisa hidup bebas dan bahagia, Bibi sudah ikut senang." lanjut Bibi panti.
"Yaa Bibi." jawab Ten tersenyum, Bibi panti kembali menepuk paha Ten dan pergi untuk menghampiri yang lain.
Ten terus menatap wanita paruh baya itu, ia mengusap kasar pipinya dengan siku. Bagaimanapun juga Ten rindu dengan kasih sayang ibu. Dan Hidup harus tetap berjalan, bagaimapun semestinya.
"Uncle jangan nangis... Mau permen?." tawar Winiee entah kapan anak kecil itu sudah ada di hadapannya.
"Siapa yang nangis." gerutu Ten mengambil satu permen di tangan mungil itu dan mengemutnya.
"Uncle mau lagi? Untuk Uncle boleh ambil dua." ucap Winiee yang tengah bagi-bagi permen.
"Kenapa?."
"Emm... Karena Uncle, Uncle Winiee." jawab Winiee.
"Yaa sudah, Uncle ambil tiga kalo begitu." sahut Ten hendak meraih permen itu lagi, namun Winiee buru-buru memasukannya ke kantong plastik.
"Udah tua ngak boleh ngelunjak." sahut Winiee.
"Ehh, siapa yang ajarin ha?." gerutu Ten.
"Winiee sering denger, kalo Mama marahin Papa."
"Yaa ampun Winiee jangan gitu lagi yaa, tuhh kasih permennya sama teman-teman." tunjuk Ten pada anak-anak yang tengah diajari bernyanyi Minji, Renjun dan diikuti Lucas, Yongjin, Cerry, Yangyang.
Dari kejauhan ia melihat Kun dan Hana yang berpamitan pada Bibi panti. Mulai berjalan kearahnya dan berpamitan juga pada Ten.
"Buru-buru banget?." tanya Ten.
"Maaf, tidak bisa lama. Tapi Lele katanya nanti ingin pulang bersama kalian, apa tidak merepotkan?." tanya Kun.
"Tidak masalah." jawab Ten.
"Ohh iyaa dimana Winwin dan Ara?." tanya Hana.
"Di dunianya sendiri, mungkin masih nanti kembali. Gue kasih tahu nanti." jawab Ten.
KAMU SEDANG MEMBACA
ME after YOU [WAY V]✅
FanfictionSetelah aku bertemu denganmu. Kebetulan disengaja atau sengaja kebetulan?... entahlah winwin juga tidak tahu. Winwin Kun Ten Lukas Hendery Xiaojun Yangyang Renjun Chenle Yuta Ara & Hana Let's Winwin...