Hana tengah membersihkan rumah, biasanya ia melakukannya sebelum berangkat ke restoran tapi hari ini ia bebas melakukannya kapan saja, karena restoran di tutup.
Tuk tuk tuk.
Suara ketukan pintu itu, membuat Hana menghentikan aktivitas menyapunya, ia mendapati petugas pengirim barang tengah berdiri di hadapanya.
"Betul ini rumah Nona Hana?." tanya kurir itu.
"Iyaa, saya sendiri." jawab Hana, ia menerima kotak paket tanpa pengirim, ia terus memandangi kotak sebesar box sepatu.
Tanpa babibu ia membukanya, di dalam kotak itu terdapat amplop, ia membukanya ternyata isinya uang, hal itu membuatnya menyerit bingung.
Di samping amplop itu terdapat amplop lain, ia membuka terdapat surat di dalamnya, intinya pernyataan minta maaf lagi-lagi tanpa nama.
Ia menghitung jumlah uang yang ia dapat sama seperti uang yang dihilangkan Yangyang.
"Yangyang, sini!." teriak Hana.
Yangyang yang masih di dalam kamar segera menghambur ke tempat nonnanya.
"Apa?." tanya Yangyang, Hana menjelaskan semuanya pada Yangyang.
Tapi tetap saja Yangyang masih dendam dengan para penjahat itu.
"Seharusnya, mereka itu dipenjara bukan minta maaf dengan main petak umpet seperti ini, dasar pecundang." grutu Yangyang, wajah cemberut tercetak jelas di wajah Yangyang.
Hana yang gemas mencium bibir manyun itu.
"Yakk nonna!." teriak Yangyang tidak terima.
"Sudah ku bilang aku sudah dewasa, aku tidak suka." grutu Yangyang semakin kesal.
"Tapi bagiku kau masih anak-anak." sahut Hana.
"Anak-anak darimana, temanku saja salah sangka jika kau pacarku." balas Yangyang.
"Memang kenapa hah? Bukannya itu bagus." goda Hana.
"Hih,, tapi tetap saja membuat salah paham, dia." ucap Yangyang.
"Hayoo,, dia siapa?." goda Hana.
"Tid,, tidak ada,, aku pergi dulu." pamit Yangyang, tapi Hana menahan lengan itu.
"Iyaa iyaa maaf,, tunggu dulu, aku ingin bertanya sesuatu." ucap Hana, Yangyang kembali menatap nonnanya yang sudah merawatnya itu.
"Jika nonna kandungmu masih hidup, dan datang menjemputmu, apa kau akan meninggalkanku?." tanya Hana membuat kerutan tampak di dahi Yangyang.
"Kau ini bicara apa? Ara nonna sudah mati, mustahil jika dia masih hidup."
Hana menghela nafasnya menatap adik yang sudah menemaninya belasan tahun terakhir ini.
Yangyang menjadi terdiam saat melihat mata itu, ia tahu nonnanya tidak sedang berbohong.
"Nonna serius?." tanya Yangyang yang diangguki Hana.
"Sekarang dia dimana?." tanya Yangyang menarik tangan Hana untuk duduk, berdiri membuatnya lelah.
"Ara masih hidup, tapi dia belum siap menemuimu, entahlah apa alasanya aku juga tidak tahu. Aku bertemu dengannya minggu lalu itupun karena kebetulan berteduh ditempat yang sama. Jika Ara nanti sudah siap menemuimu dan membawamu dari ku, apa kau ingin meninggalkanku sendiri? Kau memang lebih berhak ikut dengannya daripada diriku, tapi jika kau pergi,,." ucap Hana terhenti, ia menenangkan dirinya dulu.
"Kau harus memberiku kabar jangan seperti Kun, kau juga harus sering kemari menjengukku dan juga nenek. Kau harus janji dengan itu, ya?." jelas Hana.
Yangyang masih menatap nonnanya itu, detik berikutnya ia memeluk Hana, menyandarkan dagunya pada bahu Hana.
Hana hanya menepuk-nepuk pundak Yangyang, mungkin anak itu masih syok dengan ucapannya tadi.
"Aku sayang nonna." ucap Yangyang lalu memelepas peluknya bangkit dari duduknya.
"Aku pergi dulu." pamit Yangyang.
Drett drett drett.
Deringan ponsel itu membuyarkan tatapannya pada yangyang, ternyata dari pihak kepolisian.
"Hallo, iyaa saya sendiri, ada apa pak Yuta? iyaa.. Saya akan kesana nanti siang." ucap Hana saat menutup panggilan itu.
V
Hana kini tengah duduk menunggu di ruangan Yuta yang katanya ingin memberikan laporan mengenai hilangnya Kun.
Tampak Yuta datang membawa dua cangkir minuman, mugkin karena penjelasannya cukup panjang, ia meletakan minuman itu di meja.
"Silahkan diminum, nonna." perintah Yuta setelah itu duduk di kursi kerjanya.
"Yaa terima kasih." sahut Hana dan mulai menyesap tehnya.
"Jadi apa yang ingin anda bicarakan pak?." tanya Hana.
"Begini Nonna Hana, kami mendapat laporan dari seorang saksi mata di lokasi terakhir hilangnya tuan Kun." jelas Yuta.
"Siapa pak?."
"Orang itu tidak ingin dibuka identitasnya, dia takut karena para pelaku sempat mengancamnya, dia salah satu mantan karyawan di restoran yang mengundurkan diri. Kami juga sudah mendapatkan beberapa bukti, saya yakin dengan bukti tersebut, kami secepatnya akan menemukan tuan Kun." jelas Yuta.
Membuat gadis itu sedikit tersenyum, titik terang akan hilangnya Kun akan segera berakhir.
"Terima kasih banyak, Pak Yuta. Terima kasih. Oh yaa pak dimana Winwin? Maksud saya Pak Winwin." tanya Hana.
"Dia bertugas di lapangan saat ini mencari pelakunya dan dari bukti yang kami dapat pelaku yang membawa Kun sama dengan penganiayaan Yangyang, adik anda." ucap Yuta, Hana masih terdiam apa mereka memiliki dendam dengannya atau apa Hana tidak mengerti.
"Ayo diminum lagi tehnya." ucap Yuta.
"Ahh, iyaa." jawab Hana sambil menyesap teh itu kembali.
TBC
👇
KAMU SEDANG MEMBACA
ME after YOU [WAY V]✅
Fiksi PenggemarSetelah aku bertemu denganmu. Kebetulan disengaja atau sengaja kebetulan?... entahlah winwin juga tidak tahu. Winwin Kun Ten Lukas Hendery Xiaojun Yangyang Renjun Chenle Yuta Ara & Hana Let's Winwin...