Malam telah tiba, saatnya Ara melancarkan rencananya untuk membawa Kun pada Hana.
Ia masih menatap rumah besar milik Yuri, mantan bossnya dulu.
Yuri menginginkan Kun, hanya untuk mendapatkan kembali perusahaan dan restoran milik orang tuanya yang telah direbut orang tuanya Kun.
Dengan menculik Kun, ia dapat memaksa kembali laki-laki itu untuk kembali menyerahkan perusahaan dan restoran milik orang tuanya.
Ara sudah melumpuhkan para penjaga disana, dengan membius mereka, ia menyeret semua penjaga masuk ke dalam bagasi dan menguncinya.
Ara segera mengendap-endap menuju lantai atas rumah itu ke ruangan dengan lampu yang masih menyala.
Tidak ada penjagaan sama sekali disetiap tangga. Ara tidak langsung masuk ke dalam ruangan itu tapi ia lebih memilih menguping dan menghubungi Hana.
V
Di sisi lain Hana, Winwin, Yangyang dan nenek, sedang makan malam, suapan Hana terhenti saat ponselnya berdering.
Hana melirik ponselnya mendapati nomor tidak dikenal di sana.
"Sebentar." ucap Hana memilih agak menjauh dari mereka.
"Hallo, siapa yaa?." tanya Hana, saat tahu itu dari Ara dan mendengar suara Kun juga.
Hana memanggil Winwin untuk ikut dengannya.
Ara terus menyambungkan telephone itu, ia sudah meminta Hana untuk tenang dan mendengarkan semuanya. Ia masih setia diambang pintu.
"Kun kau harus tanda tangan surat ini sekarang! Jika kau ingin kembali pulang!." teriak Yuri.
"Cihh,, aku tidak sudi, sampai kapanpun itu tidak akan pernah terjadi!." teriak Kun juga, ditempat itu tidak hanya Kun dan Yuri tapi masih ada dua penjaga lainnya.
"Kun perusahaan itu milik orang tuaku, bukan milikmu!." teriak Yuri.
"Kau lupa hah! Mereka bangkrut karena kau yang mengelolanya dan mereka secara sah sudah menjualnya ke orang tua ku." jelas Kun.
Winwin juga mendengar bagaimana percakapan itu, dia juga mengerti siapa yang menghubungi Hana dari suaranya, Winwin tau jika itu Ara.
Ia kembali teringat dengan rumah besar yang ia datangi tadi. Ia segera menghubungi Renjun untuk menjemput mereka dan meminta Yuta ke tempat itu.
Sambungan telephone itu masih terus menyala, tapi saat teriakan Kun menggema, sambungan telephone itu terputus.
Hana, Winwin dan Renjun juga ke lokasi, Hana sebenarnya tidak diperbolehkan tapi dengan izin Winwin ia boleh ikut.
Mereka telah sampai ke tempat itu tampak Yuta yang sudah memborgol orang-orang yang ia temukan di dalam bagasi.
"Renjun, kau jaga mereka, panggil yang lain untuk membawa mereka." perintah Yuta.
"Baiklah pak." jawab Renjun.
Hana, Winwin dan Yuta segera naik ke lantai atas mencari mereka di setiap sudut.
Winwin melihat jejak darah disana, dengan cepat mereka bertiga mengikuti jejak itu, saat sampai disebuah ruangan dengan pintu terbuka, mereka tercengang dengan apa yang dilihat.
Kun yang terduduk lemas dilantai dan di hadapanya, Yuri yang terkapar dilantai dengan kepala yang sudah bersimbah darah dan dua penjaga juga yang sudah pingsan.
Winwin memeriksa denyut nadi Yuri, perempuan itu masih hidup tapi detak jantungnya semakin lemah. Ia sudah memanggil rekannya untuk membawanya ke rumah sakit.
"Hana." panggil Kun.
Hana segera menghambur ke pelukan Kun, ia menyalurkan rasa rindunya.
"Kau baik-baik saja?." tanya Hana.
"Yaa, aku selamat karena doamu." ucap Kun semakin mengeratkan pelukannya, hingga detik berikutnya Kun pingsan di pelukan Hana.
"Yakk Kun, bangun!." teriak Hana, tapi tidak ada respon apapun.
"Tenang nonna dia hanya pingsan, petugas kesehatan akan segera kemari." ucap Yuta.
Winwin mulai gusar saat ini, ia tak menemukan Ara disana, hingga terbersit ingatan di otaknya.
"Kalo lo,, mau nemuin gue, datang aja ke tempat penyelesaian."
Winwin mulai mencerna perkataan itu dan berlari. Ke tempat dimana Ara dapat melihat luasnya dunia.
"Yuta, aku serahkan padamu."
Winwin segera berlari ke rooftop, saat sampai ditempat itu, ia berhenti sejenak mengantur nafasnya. Ia belum menemukan apapun disana, ia segera merogoh pistolnya untuk berjaga-jaga.
Ia menegok ke segala arah sambil mengendap-endap, dari balik tembok yang ada disana ia melihat seluit gadis itu, ia mengarahkan pistolnya tepat ke kepala gadis itu.
"Jangan bergerak, anda saya tangkap, anda telah terbukti bersalah, jangan coba-coba untuk melawan." ucap Winwin.
Ara membalikkan badannya mentap Winwin, gadis itu tampak berantakan, tanganyapun kotor dengan darah.
Winwin semakin mendekat ke arah Ara, tetap mengarahkan pistol itu.
"Sesuai pasal yang ada, anda boleh menyewa pengacara untuk membela diri." lanjut Winwin.
Saat winwin tepat dihadapannya, Ara menyerahkan ke dua tangannya dalam diam untuk diborgol.
Sejenak Winwin menatap kedua tangan terkepal yang diberikan padanya, ia mengambil borgol di kantong celananya, ia hendak memasangkan di pergelangan tangan Ara namun ia memilih untuk memeluk gadis di depannya itu.
"Kenapa kau memilih ini? Sudah ku bilang kau tidak perlu berlari, cukuplah menetap. Aku mau jadi tempat itu." ucap Winwin.
Ara hanya mampu meneteskan air matanya, ia sebenarnya sudah tahu siapa Winwin sebenarnya.
Saat membuka lemari Winwin waktu menginap di apartemen, Ara tahu jika Winwin seorang polisi.
Ia melihat seragam Winwin yang tertata rapi disana dan juga pajangan foto yang berjejer dikamar miliknya.
Saat tahu Winwin dianiyaya preman, Ara juga mengerti winwin hanya bersandiwara agar dapat menangkapnya.
Karena preman-preman itu bukan asli orang-orang disana, ia hafal dengan hal itu.
Tapi Ara sudah jauh hati dengan laki-laki itu dan mengabaikan siapa sosok asli Winwin, yang ia inginkan hanya dekat dengan Winwin.
Ara juga ingat jika Winwin adalah anak kecil yang meminta es krim padanya dulu, dan dialah yang meminta Winwin menjadi Polisi, keinginannya akhirnya terkabulkan dan dirinya mengerti yang harus ditanggap disini adalah dirinya. Bukan orang-orang yang menyakiti dirinya.
"Terima kasih." ucap Ara, Winwin semakin mengeratkan pelukan itu.
"Aku janji akan memberimu es krim setelah ini, karena kau sudah menepati janjimu, untuk menangkap para penjahat untukku." ucap Ara kembali.
Winwin juga meneteskan air matanya ia masih diam mendengar perkataan gadis yang selama ini ia rindukan, gadis yang mampu membuatnya sehebat sekarang, gadis yang membuatnya hampir gila karena tingkahnya, bahkan membuat hatinya sekarang sakit.
"Kenapa kau melakukan ini?." tanya Winwin.
"Setelah aku bertemu denganmu, aku hanya ingin dirimu." jawab Ara.
TBC
👇
KAMU SEDANG MEMBACA
ME after YOU [WAY V]✅
Fiksi PenggemarSetelah aku bertemu denganmu. Kebetulan disengaja atau sengaja kebetulan?... entahlah winwin juga tidak tahu. Winwin Kun Ten Lukas Hendery Xiaojun Yangyang Renjun Chenle Yuta Ara & Hana Let's Winwin...