Setelah kejadian malam itu, Winwin memutuskan untuk pergi ke kantor pagi-pagi, ia meninggalkan gadis asing yang masih tertidur di apartemennya.
Saat memasuki kantor, ia berjalan tegap seperti bisaanya, tapi tetap saja kantung mata menghitam, mata sayu, menghiasi wajah tampannya.
"Selamat pagi, pak." sapa Renjun saat berpapasan dengan Winwin."Selamat pagi." sahut Winwin memilih duduk di depan meja kerja Renjun.
"Ada yang bisa saya bantu?." tanya Renjun.
"Aku ingin melihat sketsa yang diberikan Yangyang." jawab Winwin.
"Sebentar, saya cetak dulu." ucap Renjun, bangkit dari tempat duduknya.
Winwin setia menunggu Renjun sambil melihat-lihat meja kerja Renjun, yang dipenuhi dengan dokumen bukti-bukti dan sudut meja terdapat foto Renjun dengan seorang gadis seumurannya, mungkin itu pacarnya Renjun.
Dia saja yang senior belum juga memiliki pasangan, tapi juniornya sudah mendahuluinya, apa mungkin yang ada di apatemen itu jodohnya, pasalnya mereka selalu bertemu dengan cara yang aneh.
"Kusut sekali, ini minum." seru seseorang membuat Winwin mendongak, tampak seorang pria bertubuh tinggi, dan agak kurus menyodorkan secangkir kopi padanya.
"Ohh, Yuta?. Kau kembali ke kantor ini?." tanya Winwin.
"Yaa, begitulah,, Pak Lee yang memintaku langsung kembali kemari." jawab Yuta.
"Ohh, baguslah, aku jadi tidak terlalu repot." sahut Winwin.
"Ayo, minum." perintah Yuta kembali, Winwin meraih kopi itu dari tangan Yuta, menyesapnya hati-hati karena masih panas.
"Kau tumben sekali terlihat kusut, apa kau baru saja bertengkar dengan gadismu?." tanya Yuta, membuat Winwin menyemburkan kopi panasnya.
"Tid,, tidakk,, aku belum punya." jawab Winwin sambil mengusap bibirnya.
"Oh yaa, tapi reaksimu berlebihan sekali." sahut Yuta sambil terkekeh.
"Apa aku boleh mampir ke apartemenmu nanti?." tanya Yuta.
"Jangan." sahut Winwin cepat.
"Jangan? Tidak bisanya, apa kau ingin menyembunyikannya?." tanya Yuta, Winwin diam saja, tapi dari sorot matanya Yuta tahu, Winwin menyembunyikan sesuatu, tentu saja dia mengerti memang itu kelebihannya, menyudutkan lawan bicaranya agar mau mengaku.
"Akhirnya, kau jatuh cinta juga." ucap Yuta menepuk bahu Winwin dan berlalu dari tempat itu.
"Masa iyaa?." guman Winwin, ia melamun membayangkan kejadian demi kejadian dengan gadis itu.
"Ini pak." ucap Renjun tiba-tiba.
"Hisss, kau mengejutkanku." grutu Winwin mengambil map di tangan Renjun, berlalu pergi ke ruangannya.
"Aku tidak berteriak." guman Renjun menatap pungung Winwin yang semakin menjauh.
Winwin duduk dikursi kerjanya, ia meletakan secangkir kopi pemberian Yuta disisi mejanya, perlahan-lahan ia membuka map berwarna cokelat itu, walaupun hanya sketsa setidaknya dapat memberikan gambaran pelaku penganiayaan Yangyang.
"Dia?!." teriak Winwin saat melihat sketsa wajah seorang gadis yang kini tinggal di apartemennya.
Selain sketsa itu tidak ada lagi, karena kata Yangyang lainnya memakai topeng, dan yang tidak memakai topeng itu adalah bossnya.
"Apa gadis itu benar-benar mempermainkanku?." tanya Winwin pada dirinya sendiri, ia segera kembali ke apartemennya.
V
"Elo darimana saja hah?." tanya Lucas yang kini berkacak pingang di depan Ara memarahi gadis itu.
"Gue dibuang sama kembaran Hendery noh." tunjuk Ara pada Hendery.
"Xiaojun?." tanya Lucas yang diangguki Ara.
"Kurang ajar!." sahut Hendery bangkit dari kursinya hendak pergi ke ruangan Xiaojun.
"Sudah sayang, biarkan saja. Yang terpenting gue udah kembali, iyakan?." tanya Ara menahan lengan Hendery.
"Tapi-." bantah Hendery.
"Sudahlah, yang terpenting lo selalu disisiku, pasti gue aman." sahut Ara, membuat laki-laki itu luluh.
"Baiklah, aku tidak akan meninggalkanmu." jawab Hendery sambil menyusap kepala Ara. Lucas hanya mengembuskan nafas kasarnya.
"Apa sebaiknya kita pergi dari rumahmu, agar Ara aman begitu juga dengan kita?." tanya Lucas.
"Kurasa itu lebih baik." sahut Hendery.
V
"Hana." panggil Ten saat gadis itu hendak melangkah keluar dari restoran, ia akan pulang.
"Ten, ada apa?." tanya Hana saat melihat Ten berlari kecil ke arahnya.
"Mau pulang?." tanya Ten.
"Iya." jawab Hana.
"Tidak diantar boss Kun?." tanya Ten.
"Tidak, dia sedang sibuk." jawab Hana.
"Ayo, aku antar." ajak Ten.
"Tidak perlu, rumahku dekat aku jalan kaki saja." tolak Hana.
"Memangnya rumahmu dimana?." tanya Ten.
"Rumah susun dekat persimpangan." jawab Hana.
"Yaa sudah ayo, aku juga melewati arah rumahmu, tapi naik kaki sendiri." ajak Ten.
"Ayo." jawab Hana sambil tersenyum, setidaknya di jalan ia memiliki teman ngobrol.
Malam itu Hana rasa cukup sepi dari biasanya, mungkin karena hari semakin larut. Saat mendengar suara-suara aneh Hana menjadi parno sendiri, ia bahkan sampai berteriak dan bergeridik ngeri.
"Kau takut malam?." tanya Ten.
"Sedikit."
"Kenapa takut?."
"Adikku pernah menjadi korban kekerasan saat ia pulang sendiri, malam-malam." jelas Hana.
"Tenang, itu tidak akan terjadi padamu jika bersamaku." sahut Ten, tentu saja tidak diakan penjahatnya.
Mereka berdua terus mengoceh, banyak sekali candaan Ten yang keluar dari bibir tipisnya, Ten bahkan sampai tertawa terbahak-bahak hingga sampai di depan rumah susun hana saat melihat berita hari ini.
"Hahaha, itu lucu sekali,, bagaimana bisa sosis pria itu terbakar dengan api sebesar itu. Kurasa tukang tata pangungnya harus dituntut karena merusak masa depan seseorang." jelas Ten.
Hana juga ikut tertawa dengan hal itu, tampak Yangyang berdiri di belakang Ten, sambil membawa penggorengan, menatap horor Ten, dengan perlahan mengayunkan penggorengan itu ke kepala Ten.
"Yakk! Jangan!." teriak Hana.
Panggg.
Naas Yangyang lebih dulu melakukannya hingga Ten jatuh tersungkur dan pingsan.
"Astagaa Yangyang! Apa yang kau lakukan hah?." tanya Hana.
"Dia pelakunya Nonna, dia yang memukuliku kemarin, aku masih ingat bagaimana cara mereka tertawa. "jelas Yangyang.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
ME after YOU [WAY V]✅
FanficSetelah aku bertemu denganmu. Kebetulan disengaja atau sengaja kebetulan?... entahlah winwin juga tidak tahu. Winwin Kun Ten Lukas Hendery Xiaojun Yangyang Renjun Chenle Yuta Ara & Hana Let's Winwin...