Selama hampir seminggu Winwin dibuat bingung dengan Ara.
Pasalnya, mereka hanya berkeliling di berbagai tempat tanpa tau apa tujuan sebenarnya, gadis itu sama sekali tidak menunjukan kenakalan seperti bukti yang dia dapatkan.
Tapi gadis itu tidak mengingkari janjinya ia memberikan es krim sesuai dengan kesepakatannya.
Seperti saat ini mereka tengah menikmati es krim dibawah terik matahari yang menyengat.
"Dinginnya." ucap gadis itu saat selesai memakan es krimnya."Lama amat makan es krim kaya bocah, blepotan lagi." ucap Ara membuat Winwin menoleh kepadanya sambil membersihkan blepotan yang dimaksud Ara.
"Astagaaaa,, itu diaa orangnya. Win ayo cepat mana kunci motormu?." tanya Ara, membuat Winwin bingung.
Ara mengambil kunci itu sendiri di dalam kantong jaket Winwin dan berlari ke arah parkiran.
"Hai, kau kemana? Tunggu aku!." teriak Winwin takut motornya dicuri.
"Ayo makanya, keburu hilang noh." ajak Ara.
Ara kini sedang memburu mobil yang melaju di depannya Winwin hanya mampu menurut, dia banyak bertanya malah kena sentak.
Saat mobil itu memasuki sebuah rumah mewah, Ara memakirkan motornya agak jauh dari tempat itu.
"Tunggu disini, jangan ikutin gue." perintah Ara lalu pergi bertanya kepada satpam di sana, entah apa yang mereka bicaran Winwin sama sekali tidak bisa mendengarnya.
"Sudah ayo." ajak Ara.
"Ke mana?." tanya Winwin.
"Tempat untuk menyelesaikan semuanya."
"Maksudmu?." tanya Winwin.
"Astagaa, nanya mulu. Udah yok, lu di depan." perintah Ara sambil melempar kunci motor itu.
V
Winwin terus mengikuti gadis itu, kini mereka tengah menaiki anak tangga di gedung yang sudah kosongkan lama akibat kebakaran.
Winwin masih tidak mengerti dari maksud tempat untuk menyelesaikan semuanya.
Saat mencapai rooftop, Ara langsung berlari kegirangan, bahkan ia berani berdiri dipinggir gedung itu, sambil memejamkan matanya.
"Ini tempatnya, apa dia mau bunuh diri?." guman Winwin, sadar akan ucapanya ia segera berlari menarik tubuh Ara dan mendekapnya.
"Kau gila hah? Bukan seperti ini caranya, hidupmu masih bisa diperbaiki, aku mau membantumu." ucap Winwin.
Ara yang risih dengan dekapan itu mendorong winwin dengan kasar.
"Lo kira gua mau bunuh diri apa?! Enak aja, wajah gue terlalu berharga buat ngisi kolom berita." ucap Ara.
"Terus tadi ngapain?." tanya Winwin.
"Gue kan udah bilang. Di tempat seperti ini gue bisa sedikit berpikir jernih, sambil mentap langit yang paling ngerti hidup gue selama ini." jelas Ara yang kini memilih duduk.
Setelah penjelasan itu tidak ada percakapan lagi, mereka memilih untuk saling diam sambil menatap pemandangan kota.
Sesekali Winwin menatap Ara, gadis itu tetap diam saat helaian rambut itu berterbangan menutupi wajah cantiknya.
Winwin dengan lembut menyisihkannya ke belakang telinga Ara.
"Huhh,, dunia seluas ini, tapi gue selalu berpikir dunia ini sebenarnya begitu sempit, seperti tidak ada jalan untuk berlari, itu membuatku takut." ucap Ara sambil menunjuk pemandangan kota.
"Mungkin, jika kau berhenti berlari dan menetap, ketakutanmu akan berakhir." sahut Winwin, membuat Ara menoleh.
"Sayangnya, ngak akan ada tempat seperti itu buat gue." ucap Ara, Winwin hanya terdiam mendengar hal itu.
"Win, lo udah boleh pulang, cukup sampai hari ini lo ikutin gue." ucap Ara.
"Tapi-." ucap Winwin terpotong, saat Ara meneruh telunjuknya dibibir Winwin.
"Kalo lo,, mau nemuin gue, datang aja ke tempat penyelesaian." ucap aqra lalu bangkit meninggalkan Winwin yang masih terpaku ditempatnya.
V
Winwin kembali dengan wajah kusutnya ke kantor ia tidak jadi menangkap Ara karena tidak punya bukti lebih tentang itu.
Saat akan memasuki ruangannya Winwin melihat seluit Hana yang keluar dari samping ruangannya, jelas itu milik Yuta, menghampiri Hana.
"Hana, kau di sini?." tanya Winwin.
"Pak Yuta yang memintaku kemari, ia memberiku sedikit harapan tentang Kun. Ohh yaa,, Win katanya kau bertugas di lapangan, kenapa kemari?." tanya Hana.
"Maaf, aku tidak menemukan apapun." ucap Winwin.
Hana hanya tersenyum, dilihat dari bentuknya Winwin yang terlihat kumal ia tahu Winwin sudah berkerja keras.
"Ayo ke rumahku, sepertinya kau perlu berbenahan gizi." ajak Hana.
"Kau tahu saja, ayoo,, sudah lama tidak makan masakanmu." ucap Winwin kegirangan.
Winwin mengajak Hana terlebih dahulu ke apartemennya, ia butuh mandi.
Sambil menunggu Winwin keluar Hana duduk ditepi ranjang laki-laki itu karena tempat ini hanya ada kamar yang langsung menyambung dengan dapur.
Ia melihat sekeliling apartemen, sungguh mengenaskan tempat sebagus ini seperti kapal pecah, dapat disimpulkan Winwin memang sanggatlah sibuk.
Ia mulai merapikan tempat itu, memungguti setiap sampah serta keleng-kaleng soda yang sudah kosong, ia juga memungguti baju-baju kotor Winwin, ia bersyukur tidak ada underwere disana, hanya baju seperti jaket yang bertumpuk-tumpuk.
Ia memasukan semua jaket itu ke dalam mesin cuci, tapi saat memasukan baju terakhir ia mengurungkannya, ia menemukan mini dress yang telah robek di beberapa tempat.
"Ini punya siapa?." guman Hana, ia membolak-balikkan dress itu, Winwin yang baru keluar dari kamar mandi segera merebut dress itu dari Hana.
"Itu,, itu,, itu punya ibuku." ucap Winwin cepat.
"Benarkah? Aku tidak percaya mana mungkin ibumu masih menggunakan dress se.. seksi itu hah? Jika kau berbohong hidungmu gatal." ucap Hana.
Winwin tanpa sadar menggaruk hidungnya, Hana tau Winwin itu walaupun terlihat gagah saat memakai seragam tetap saja dia polos.
"Baiklah kau berhutang penjelasan padaku, ayo kita ke rumah kau sudah selesaikan?." tanya Hana.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
ME after YOU [WAY V]✅
FanfictionSetelah aku bertemu denganmu. Kebetulan disengaja atau sengaja kebetulan?... entahlah winwin juga tidak tahu. Winwin Kun Ten Lukas Hendery Xiaojun Yangyang Renjun Chenle Yuta Ara & Hana Let's Winwin...