9 Abang Ten?

958 102 0
                                    

"Dia pelakunya nonna, dia yang memalakku kemarin, aku masih ingat bagaimana cara mereka tertawa. "jelas Yangyang.

"Mana mungkin bodoh! Dia rekan kerjaku." bantah Hana berjongkok menepuk pipi Ten agar bangun, tapi laki-laki itu tidak bergeming sama sekali.

"Ohh yaa? Ku kira ingin mencelakaimu." kata yangyang, ikut berjongkok. Ia bingung antara benar atau salah.

"Ayo kita bawa dia masuk."

V

Ten menerjapkan matanya saat mencium bau minyak angin, ia merintih sambil memegangi kepala bagian belakangnya, ia merabanya terdapat benjolan kecil di sana.

Hana bernafas lega, saat laki-laki itu terbangun, ia tidak perlu membawanya ke rumah sakit yang harus mengeluarkan uangnya.

Ten mengedarkan pandangannya menatap ruangan asing dan sempat terkejut saat melihat Hana dan anak laki-laki yang menjadi korbannya beberapa bulan lalu, menatapnya dengan raut wajah khawatir.

"Masih pusing?." tanya Hana, yang dijawab gelengan Ten.

"Bang, aku minta maaf." ucap Yangyang, memberi uluran tangan pada Ten.

"Ii-iyaa." jawab Ten terbata menerima uluran tangan Yangyang.

"Ini rumahmu?." tanya Ten.

"Jelek yaa?." tanya Hana.

"Tidak, kurasa ini lebih baik, dari pada rumah kecilku yang terbakar." jelas Ten.

"Terbakar? Sekarang kau tinggal di mana?." tanya Hana.

"Di mana saja, ahh yaa. Sebaiknya aku pulang sekarang, pasti adik-adikku khawatir nanti." ucap Ten bangkit dari sana.

"Kau memiliki adik?." tanya Hana.

"Yaa, aku punya dua tapi bukan saudara kandung sih, aku menemukan mereka dulu, satu seumuran denganmu, satu lebih tua dari adikmu juga. Astaga apa yang aku bicarakan?." tanya Ten meruntuki dirinya sendiri, kenapa ia bisa bercerita sepanjang itu pada orang yang baru ia kenal beberapa hari.

"Kau membicarakan adikmu." sahut Hana polos.

"Ahh iyaa, aku pulang, yaa."

V

Ten segera menghambur ke arah Ara yang menjemputnya dengan motor Hendery, ia memang yang meminta.

"Napa bang?." tanya Ara, saat melihat Ten menegangi kepalanya dan meminta dijemput.

"Ngak, pulang yukk,, pening gue." Ajak Ten.

Ara hanya menurut saja, mengonceng Ten hingga sampai ke rumah baru mereka, sebenarnya bukan rumah, lebih tepatnya bekas drum tangki muatan barang, yang mereka sulap jadi rumah, mereka tinggal di tempat pembuangan itu.

"Yang penting aman elah." sahut Lucas saat Ten tak terima dengan tempat barunya itu.

"Iyaa memang aman, tapi udara di sini tidak bagus." omel Ten.

"Kalau kita sudah punya uang, pasti pindah." sahut Ara.

"Betul noh, kata Ara. kita tunggu uang itu cair dari boss, bagimana dengan acara menyusupmu?" balas Lucas.

"Aman, tidak ada yang mencurigaiku sama sekali, ohh yaa dimana Hendery?." tanya Ten, baru menyadari jika Hendery tidak ikut dengan mereka.

"Papa, mamanya pulang, dia tidak bisa ikut dengan kita, yaa selama mereka ada di rumah." sahut Ara tampak lesu.

"Jelek sekali." ejek Ten sambil menjewer pipi Ara.

"Elo tuh yang jelek. Cabe." balas Ara memilih untuk tidur.

ME after YOU [WAY V]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang