55 LEE YONG QIN?

74 16 2
                                    

Cerry mendekap tubuh Winiee untuk tidak mendekati pria dengan pisau yang diarahkan padanya.

Bella terus mengonggong pada Xu Ying melindungi Winiee dan Cerry. Xu Ying menendang anjing itu lagi, untuk menjauh darinya.

Cerry terus termundur dengan Winiee yang mendekap lengannya.

Dari arah samping Ten mendang telapak tangan itu, hingga pisau itu terlempar cukup jauh.

"Lari!." Seru Ten.

Cerry buru-buru meraih pisaunya dan berlari sambil mengandeng tangan Winiee.

"Ayo Bella." Seru Winiee.

Mereka harus segera mencari bantuan menuju pos polisi terdekat. Sesekali mereka meminta tolong pada pejalan kaki yang lewat namun mereka malah ketakutan melihat Cerry yang tengah membawa pisau.

Winiee menangis ketakutan namun tetap berusaha meminta tolong orang lain untuk keselamatan Unclenya.

"Paman boleh aku pinjam ponselmu. Aku harus segera menghubungi papaku... Hiks..." Ucap Winiee.

"Ku mohon tolong." Sahut Cerry, lagi-lagi mereka berlari ketakutan.

"Bisa kau buang dulu pisaumu?." Tanya seorang pria dengan kaca mata tebalnya.

Cerry yang menyadari hal itu melempar pisaunya ke semak-semak. "Paman boleh pinjam ponselnya?." Tanya Winiee, laki-laki itupun merogoh ponsel di kantongnya untuk Winiee.

"Kalian tenang dulu okey. Sebenarnya ada apa?."

"Om ku... Akhhh bisa kau tolong kami. Guruku dalam bahaya, ia berkelahi dengan penjahat." Jelas Cerry.

"Dimana?."

"Persimpangan jalan di depan sana." Jelas Cerry.

"Kalian tetap disini dan hubungi polisi. Aku akan kesana. Bagaimana ciri-cirinya?" Ucapnya berlalu pergi.

"Yang lebih kecil."

"Okey."

"Bagimana Winiee?."

"Tidak diangkat Nonna. Bagaimana?."

"Coba lagi. Apa nomornya benar?."

"Tentu saja. Aku hafal."

"Biar nonna saja." Meraih ponsel itu dari Winiee.

"Bella yang tenang yaaa." Ucap Winiee mengelus leher anjing itu.



.



"Apa yang kau inginkan haa?." Tanya Ten.

Laki-laki itu tak menjawab malah tersenyum. Ten semakin geram ia mengeratkan cengkraman pada kerah jaketnya.

Senyuman itu memudar beralih dengan tatapan tajam, melepas tangan Ten dan menendang kakinya.

"Akhh!." Keseimbangan Ten yang belum terkumpul, pelipisnya dihantam bogem mentah berkali-kali.

Darah segar mengotori wajah tampannya, tatapan mata semakin menyempit kala rasa perih serta nyeri dirasa. Pandangan semakin kabur, bahkan tubuhnya semakin mati rasa.

Ten terjatuh terlentang, Xu Ying menduduki tubuhnya memandang Ten dengan tertawa. "Kau tak pantas bahagia.

Kau hanya ditakdirkan untuk menderita. Kau bajingan yang seharusnya mati!!!."

Brakk.

Ten terperanjat, saat melihat Xu Ying terjatuh disebalahnya sambil memegangi bahunya.

"Sial."

"Tidak papa?." Tanya laki-laki berkacamata mengulurkan tangannya pada Ten.

"Kau." Gumam Ten menerima uluran tangan itu.

ME after YOU [WAY V]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang