Bab 18 (Re Post)

4.2K 233 23
                                    


HAII SEMUAA...

AKU COMEBACK NIH, JANGAN BOSEN BOSEN NUNGGUIN CERITAKU YAAA


.

.

.

.

.

.


" bentar nak Fajar, aliya bilang kalo suka sama nak Fajar pas ketemu pertama kali?" tanya umi memastikan

aku melirik ustadz unch tajam, ini orang nggak tau aib apa ya, batinku " ngga kok mi, ngga pertemuan pertama juga sii. tapi emang aliya yang ngungkapin duluan hehe."

umi geleng geleng kepala " astagfirulla dasar remaja jaman sekarang ya, yasudah kalau gitu kalian ndang siap siap biar nanti sampai pondoknya nggak kesorean "

"Nggih mi, ayo Al aku anter kamu pulang kerumah ambil barang terus kita lanjut ke pesantren" jawab Ustadz Unch

" siapppp, umi aku pamit dulu ya" aku menyalimi umi

Ustadz Unch pun berpamitan pada umi lalu berjalan bersisian menuju parkiran. Di parkiran Ustadz Unch membukakan pintu mobilnya untuk aliya dan itu membuat Aliya blushing sebentar namun setelah itu kembali mengontrol dirinya karena takut berharap. inget al, harapan hanya pada allah, batinnya.

Di perjalanan hanya kebisuan yang tercipta, berkali kali Aliya mencuri pandang ke Ustadz Unch dan itu di tangkap oleh lirikan mata Ustadz Unch. Ustadz Unch tersenyum dalam hati melihat kekonyolan Aliya. Lalu berkata.

" kenapa kamu lirik lirik ke saya? Saya emang ganteng kok" Ustadz Unch mengucap dengan percaya diri

" eh? Saya nggak lirik lirik ustadz kok, ustadz aja kepedean" Aliya mengelak

Ustadz Unch tertawa "kamu kalau ngeles lucu ya, nggak bisa bohong wajahnya itu buktinya kamu blushing"

Aliya memegang pipinya yang memerah dan semakin memerah lalu mendumel pelan "ish dasar, jantungku hampir mau copot lagi  kalo liat ketawanya ya Allah"

"apa Al? saya denger lo kamu bilang apa" canda Ustadz Unch dengan tertawa

"Ustadz ish, padahal Aliya nggomong pelan, emang ya ustadz pendengarannya tajam kek kelelawar, untung sayang" ujar Aliya

Ustadz Unch menepikan mobilnya lalu menoleh ke Aliya "saya juga sayang kok ke Aliya, makannya cepat lulus ya setelah itu saya khitbah kamu sesuai dengan harapanmu saat pertama kali kita bertemu"

Aliya menoleh ke Ustadz Unch sedikit kaget, menatap mata tajam ustadz unch sesaat lalu kembali menundukkan pandangan "kalo nikah sama sekolah emang nggak boleh ustadz? Jantung saya nggak kuat kalo ustadz kayak gini ke saya"

Ustadz Unch tertawa berderai lalu mengucap "sebentar lagi kamu lulus, tahan dulu ya perasaan kamu ke saya"

"aih, emang ustadz nggak suka sama saya? Kok saya aja yang disuruh nahan perasaan?"

"saya terus mencoba menahan perasaan ini terhadap kamu, namun ketika saya melihatmu kembali, rasa ini semakin membuat saya yakin" Ustadz Unch menunduk lalu melajutkan lagi perkataannya "bahwa kamulah pelabuhan terakhir untuk menambatkan jangkarku dan menempati ruang hatimu yang menanti di isi oleh kehangatan"

Dan Aliya kicep dengan hati yang berbunga bunga lalu berkata dalam hati "beginikah rasanya jatuh cinta pada orang yang sholeh? Ya Allah jika dia memang jodoh yang engkau persiapkan untukku maka mudahkanlah kami untuk bersatu namun jika tidak kuharap dia menemukan wanita sholihah yang lebih baik dariku". Setelah Ustadz Unch berucap seperti itu mobil kembali melaju di jalanan dan melanjutkan perjalanan yang terhenti.

Di perempatan dekat pesantren Ustadz Unch menurunkan Aliya dan berkata "maaf Al saya tidak bisa mengantar sampai ke dalam takut menimbulkan fitnah, dan untuk yang kamu keluar tanpa izin saya sudah berbicara dengan Bu Nyai, semoga kamu tidak mendapat hukuman. Kembalilah lewat jalan utama, Bu Nyai berpesan setelah kamu sampai beliau ingi bertemu denganmu. Oh iya, belajarlah yang rajin, jangan bolos dan tetap doakan yang terbaik untuk abah, satu lagi" ustadz Unch mengambil sesuatu dari kantongnya lalu menyerahkan kepada Aliya. "jaga dan pakai ini setiap hari supaya kamu nggak telat masuk sekolah" ungkapnya.

"Aliya menerimanya dan mengucapkan terimakasih" sebelum keluar mobil dia berkata "Ustadz juga jaga kesehatan ya, yang semangat ngajarnya dan jangan suka jahilin saya lagi hehe" lalu pamit "Assalamualaikum" dan menutup pintu.

Aliya berjalan pelan menuju pesantren melewati jalan utama sesuai perintah Ustadz Unch. Saat tiba di pesantren Aliya bertolak menuju rumah ummah untuk menemui Bu Nyai. Setelah mengucap salam tiga kali, Bu Nyai keluar dari kediamannya lalu mempersilakan Aliya masuk.

"gimana nduk kabar abah? Masih di rumah sakit?"

"alhamdullilah abah baik, tidak ada peningkatan Bu Nyai, masih berada dalam kondisi kritis" jawab Aliya sopan

"Aliya yang sabar nggeh, Allah kasih cobaan ke Aliya seperti ini biar kamu tambah kuat dan Allah yakin kamu mampu menanggungnya, jadikan cobaan ini sebagai media untuk lebih dekat pada Nya" nasehat Bu Nyai

"nggeh Nyai"

"kalau besok mau menjenguk abah bisa bilang ke Bu Nyai, insyaallah Bu Nyai antarkan, sekalian menemui umimu, sudah lama kami tidak bertemu. Jangan kabur kabur gini ya"

"nggeh Nyai, Aliya minta maaf juga karena nggak berpikir panjang seperti ini"

" iya ndak papa nduk, Fajar sudah menjelaskan kondisi kamu. Sekarang kamu kembali gih ke kamar kasihan Najwa rindu berat denganmu" canda Bu Nyai

" maturnuwun Nyai, Aliya minta maaf sekali lagi sudah membuat ummah repot"

" iya nduk ndak papa" lalu ummah melanjutkan "mau diantar sama ummah? atau jalan sendiri kesana?"

"Aliya sendiri mawon Nyai" lalu mencium punggung tangan ummah dan mengucap salam "assalamualaikum" setelah itu berjalan keluar lalu menuju kamar dimana Najwa tengah menunggu



ALIYA POV

"Assalamualaikum Najwa" ungkapku saat tiba dikamar

kulihat kamar dalam keadaan gelap, lalu saat aku meraba raba mencari saklar lampu tiba tiba lampu nyala terang benderang membuat mataku buram. Setelah menyesuaikan mata terlihatlah....










woho hai guys... Udah lama yaa nggak ketemu hehe

maaf membuat kalian menunggu lama buat update cerita xixi, dukung aku terus yaaa.. "gimana caranya kak?"

Yang pastinya vote dan komen cerita cerita akuuh, jangan jadi pembaca gelap ya guys sebuah mahakarya harus diberi apresiasi dong wkwk


sampai ketemu di next episode bye bye...

Ustadzku Imamku ( Re Post )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang