Ya Robb, aku takut perasaan ini melebihi keinginanku untuk semakin dekat pada Mu, aku takut perasaan ini malah menjerumuskanku dalam lubang kebinasaan. tolong jaga hati ini Ya Robb
- Najwa
.
.
.
.
.
.
.
.
.
suasana sedikit canggung setelah pembicaraan berbobot itu, Ustadz Ali berdehem singkat lalu memutus kontak mata mereka dan melajukan mobil ke salah satu pusat perbelanjaan untuk mengganti baju mereka.
entah sejak kapan, Najwa merasa ada kupu kupu yang berterbangan di perutnya setelah kejadian tadi, cinta yang sejak dulu ia pendam seoalah mendapat sedikit sinyal bahwa beliau pun sepertinya jatuh hati padanya. namun terkadang harapan tak sesuai dengan realita dan Najwa takut lagi lagi ia takut sekali kehilangan dan retaknya kepercayaan.
dua hal itu adalah ketakutan terbesar Najwa setelah orang yang dicintainya lebih memilih pergi meninggalkan kehidupannya. dan hidupnya yang awalnya penuh dengan cahaya kembali dipenuhi kabut gelap kesedihan. Ustadz Ali bisa melihat itu dari mata Najwa
sebaliknya, Ustadz Ali terjatuh pada Najwa karena sorot mata sendunya yang terlihat sangat rapuh dan butuh sandaran, namun Najwa menutupi itu dengan senyum dan tawanya bersama Aliya dan teman temannya yang lain.
melihat hal itu muncul keinginan untuk melindungi dan membahagiakan Najwa walau itu adalah keinginan yang tidak mungkin dulu baginya, karena Najwa sulit untuk diraih terlihat dari ia yang selalu menghindari kaum adam beda dengan Aliya yang blak blak an.
Ustadz Ali pun sangat bersyukur Najwa mau mempercayainya setidaknya mata yang dulunya penuh dengan kesedihan kembali sedikit bercahaya karena ada dirinya dan itu membuatnya lega, walau Najwa masihlah jutek namun senyum itu sudah lebih dari cukup untuk membuatnya tahu bahwa Najwa tulus dengannya.
kedua insan ini dimabuk asmara namun mereka lebih memilih memendamnya daripada mengucapkan yang akhirnya malah menjatuhkan mereka pada lubang kenistaan. mereka berdua menitipkan rasa itu pada sang pemilik dunia serta isinya berharap kelak Allah meridhoi keduanya untuk melanjutkan ke jenjang pelaminan.
setibanya di mall tujuan yang pertama kali mereka tuju adalah toko pakaian perempuan, mereka masuk, bukan lebih tepatnya Najwa masuk dan Ustadz Ali menunggu di depan toko yang kemudian berjalan ke toko pakaian pria agar tak banyak membuang waktu. apalagi ia tahu bahwa perempuan kalau udah belanja lamanya minta ampun.
Najwa memilih milih sebentar baju yang akan dipakainya dan ternyata toko itu juga menjual sepatu dan kerudung, sekalian saja dia beli satu set lengkap mumpung gratis, batinnya. setelah puas memilih dia celingak celinguk mencari keberadaan Ustadz Ali. hampir saja ia akan berteriak memanggil beliau eh ternyata beliau sudah datang dengan pakaian yang baru sambil senyam senyum.
Najwa terperangah sebentar melihat kemaskulinan Ustadz Ali lalu kembali tersadar dan buru buru menghampirinya. Ustadz Ali yang melihat Najwa seperti benteng mengamuk malah berjalan santai ke kasir berniat untuk membayar baju pilihan Najwa.
Najwa menghela napas ketika Ustadz Ali malah pergi ke kasir segera ia menyusulnya lalu memberikan baju itu pada kasir untuk di total, belum sempat ia mengucap aksara kata baju itu telah diserahkan padanya dan telunjuk Ustadz Alu sudah mengarah ke jam menandakan ia harus cepat cepat agar waktu yang ada tak terbuang sia sia. Najwa mengganti bajunya di ruang ganti lalu menghampiri Ustadz Ali yang menunggunya dan mereka bergegas kembali ke mobil untuk melanjutkan perjalanan. di perjalanan
" oiya Ustadz kemarin sebenarnya saya curiga sama rumah ketiga, saya ngerasa ada yang janggal dirumah itu gak tau kenapa hati saya bilang kalo Aliya disana." kata Najwa
" hah? kok bisa kamu menyimpulkan hal yang nggak berdasar itu, jelas jelas rumah itu berpenghuni, dan orangnya pun ramah pada kita gak mungkin mereka menyembunyikan Aliya disana."
" Ustadz pernah tau nggak kalau feeling seorang sahabat itu tajam jika sahabatnya sedang dalam bahaya. nah feeling saya nggak mungkin salah Ustadz terus coba kalau kita datangnya malam hari, emm diatas jam 10 an, saya yakin kita bisa masuk ke rumah itu dan mencari kebenarannya." ucap Najwa
" oke, tapi kita tetep ngulang pencarian ke rumah terakhir lalu maju ke empat dan seterusnya. kita lihat rumah ketiga pada saat malam apa benar feeling kamu ini bisa digunakan acuan atau tidak." putus Ustadz Ali
Najwa mengangguk menyanggupi hal itu, dia yakin feelingnya tak pernah salah karena sejak dulu dia memiliki keistimewaan bisa merasakan atau menebak sesuatu yang ada dipikiran lawan bicaranya dan itulah yang menjadi alasan kenapa ia curiga pada rumah ketiga itu.
Hai hai...
akhirnya aku up guisss, alhamdulillah...😊😊
Ini udh mau di penghujung cerita nih guys, semoga kalian masih betah nunggu yaa💞🙏
oiya kalo ada typo mohon KOMENTAR nya ya guys biar bisa dibetulin sama autor kece inih wkwk😂💞
tetep stay tune yaa dan as usual VOTE and COMMENT okeeh. karena vote juga komentar kalian bikin aku semangat nulis yeey😍
SEE YOU ON TOP GUYS!!!!👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Ustadzku Imamku ( Re Post )
RomanceRE POST EDITION🤗🙏 FOLLOW DULU YUK UNTUK KENYAMANAN BERSAMA 😊 Apa? mondok? emang sih dulu Umi dan Abah pernah mengungkitnya, tapi kurasa itu hanya gurauan, ternyata aku harus mondok di pesantren milik temannya umi. Untung ketemu sama dia, jadi bet...