.
.
.
.
.
.
.
.
.
-------
saat aku masih meratapi kepergiannya. kulihat di depanku berdiri sepasang sepatu dan uluran tisu dari tangan itu. aku mendongak dan melihat.
-------
Aliya POV
aku berjalan menjauh darinya tak peduli lagi dengannya. aku sudah sejauh ini dan tak akan kubiarkan dirinya menggoyahkanku. keteguhanku nyatanya tak bisa mengalahkan hatiku yang terus saja memintaku membalikkan badan dan menghampirinya.
hatiku bertarung membelanya sedangkan otakku menyuruhku melanjutkan perjalananku dan mengabaikannya. sesaat aku memang mengikuti kata otakku namun tiba tiba satu ucapan dari hati menyentilku.
" apa kamu tidak melihat wajahnya? dia kekurangan tidur, tidak terawat bahkan tubuhnya sedikit kurus dari yang kemarin. apa kamu tak kasihan? perjuangannya begitu besar Al." kata si hati.
menohok, sungguh. dan memang nyata. aku kembali menggambarkan wajah yang tadi kulihat. memang iya dia berbeda, wajahnya tak terawat dan badannya kurus. aku goyah akan hal itu. kemudian membayangkan bagaimana jadinya ia tanpaku? bagaimana jadinya aku tanpanya nanti? namun otakku menentang
" tapi dia udah menyakiti hatimu Al, buat apa lagi kau pertahankan?" kata otakku
" hei setidaknya berilah ia ruang untuk mencoba lagi, apa salahnya kembali mengulang?" kata si hati
" kalau dia tetap seperti itu? emang hatimu bahan percobaan apa dicoba mulu." kata si otak
" aku yakin dia akan berubah, lagian alasannya pun masuk akal kenapa harus dilepaskan." kata si hati
" kalo gak berubah? siapa yang paling terluka hah?" kata si otak
" aku yakin kok berubah. feelingku ia akan berubah. udah Al gausah dengerin si otak. hampiri ia sebelum kamu makin menyesal." kata hati
otak hendak menyanggah namun aku menutupi isi pikiranku tentang perdebatan mereka dan kemudian berjalan menuju arahnya yang sedang duduk bersimpuh dan menangis. setiap langkahku kuulang semua penjelasaanya, kuulang ingatanku tentangnya, tentang perjuangannya. dan itu membuatku berlari kearahnya.
aku terluka begitupun ia. kami sama sama terluka karena hal ini. kuulurkan tisu kearahnya saat aku telah tepat didepannya.
ia mendongak, mata kami bersibobok, di matanya aku bisa melihat kerapuhan dan kesedihan yang mungkin tak bisa ia utarakan padaku. ia mengambil tisuku sambil tersenyum lega.
" alhamdulillah, Aliya kamu beri kesempatan sama saya ya? saya janji tak akan meninggalkanmu saat kamu butuh. saya janji akan selalu ada saat kamu ingin." kata Ustadz Unch sungguh sungguh
kuanggukkan kepala " iya Ustadz, sekarang Ustadz bangun dulu. malu tahu diliatin orang orang." kataku
beliau mengangguk lalu berdiri dan mengajakku ke mobil sambil membawa barang barangku yang sebelumnya masih diruang bagasi.
aku diantar pulang kembali ke rumah sekalian katanya kami akan membicarakan proses lamaran dan pernikahan dengan kedua orangtuaku agar nantinya bisa tepat waktu dengan keberangkatan ke mesir dua minggu lagi.
abah tentu saja antusias dengan kepulanganku yang berati tandanya aku kembali akan meneruskan membangun bahtera rumah tangga dengan Ustadz Unch yang sempat aku lepas. ummah pun begitu, langsung memelukku erat lega dengan keputusanku.
hah, ternyata mereka lebih mendukung aku menikah daripada meneruskan pendidikan. walau sebenarnya ketika aku menikah pun, aku masih bisa belajar di kairo sesuai apa yang telah Ustadz Unch ucapkan.
segera abah, umi dan Ustadz Unch berembuk untuk memutuskan tanggal lamaran dan pernikahannya. aku pasrah saja lagian percuma bila aku menunda pernikahan agar selesai kuliah di indonesia dulu, pasti abah dan umi lebih setuju aku ke kairo bersama dengan Ustadz Unch karena sudah ada yang menjagaku saat aku jauh dari mereka.
aku ke kamar dan menata ulang barang barangku lalu ikut bergabung saat hasil rembugan telah di dapat. fiiting gaun akan dilaksanakan sekitar 4 hari lagi sekalian juga cetak kartu, pemesanan gedung dkk dilakukan oleh ibu ibu kami dan terakhir bagi undangan. pernikahannya akan di adakan 3 hari sebelum keberangkatan agar kamipun bisa siap siap untuk keberangkatan ke mesir.
aku mengangguk saja menyanggupi hal itu. setelah itu Ustadz Unch ijin pamit pulang dan kuantar ia ke gerbang untuk melepasnya. sebelum ia naik ke mobil ia berbalik ke arahku dan berjalan menghampiriku lagi.
" Al, sebenarnya saya membeli sedikit kenangan padamu saat di jakarta. ini." katanya sambil menyerahkan kotak kecil
" apa ini Ustadz? Aliya boleh buka sekarang? Aliya kepo nih hehe." kataku hendak membukanya
" ehhh...... bentaar bukanya nanti aja saat saya sudah pergi. jangan lupa dipakai ya. sudah dulu Assalamualaikum." lalu ia berbalik, memasuki mobil dan pergi meninggalkanku.
aku berjalan kembali memasuki kamar dan segera menuju kamarku untuk membuka oleh oleh darinya itu. dan ternyata itu adalah kalung yang sangat cantik. Terdapat tulisan A&F disana. lalu dibawah kalung itu terdapat sepucuk surat.
Hai guys..
i am comeback hehe, btw Author lagi galo hiks jd gak bisa up banyak. maafkan yaa🙏🤗🤣
jangan lupa VOTE dan KOMEN yak!!!🙌😍🙏
SEE YOU😘👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Ustadzku Imamku ( Re Post )
RomanceRE POST EDITION🤗🙏 FOLLOW DULU YUK UNTUK KENYAMANAN BERSAMA 😊 Apa? mondok? emang sih dulu Umi dan Abah pernah mengungkitnya, tapi kurasa itu hanya gurauan, ternyata aku harus mondok di pesantren milik temannya umi. Untung ketemu sama dia, jadi bet...