Bab 4 (Re-Post)

6.9K 389 5
                                    

Karena bahagiaku itu sederhana sesederhana aku mencintaimu
- Aliya

Walau sudah tamat MOHON TINGGALKAN JEJAK!!!

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Sekolah telah usai, aku dan Najwa berjalan bersisian menuju ruang Ustadz Fajar yang letaknya di ruang guru. Saat masuk ternyata terlihat Ustadz Unchku sedang serius menatap laptopnya tanda dia sibuk mengerjakan tugas. Wajahnya saat serius terlihat berkali kali lipat lebih tampan, terlihat jelas hidung mancungnya, alisnya yang tebal, rahangnya yang kokoh dan dagu yang membelah dua, menjadikanku semakin terpesona dengannya yah dengan mengesampingkan sifatnya yang wow dia termasuk tampan.

Aku menatapnya tanpa berkedip menikmati hasil ciptaan Tuhan yang terlihat sempurna di mataku hingga sebuah tepukan dari najwa mengagetkanku.

Ah... Ternyata lagi lagi aku melamun di depan Ustadz Unchku, aduh malunya aku... Apalagi dia memergokiku sedang mengamati dirinya untunglah dia tak banyak berkomentar dan langsung menyuruhku dan Najwa untuk membantunya mengoreksi soal ujian.

Aku pikir itu saja hukumannya, tapi ternyata dia memiliki sebuah hukuman yang sangat khusus untukku. Saat semua soal telah selesai di koreksi, Ustadz Unch menahanku untuk tinggal di ruang guru sementara dia mengusir Najwa agar segera pulang.

Tepat ketika pintu tertutup dari luar, Ustadz Unch berkata.

"Hukuman khusus kamu sangat spesial, saya mau besok pagi pagi sekali datang ke sekolah, kira kira jam 5. Temui saya di ruangan ini!" Katanya sambil menatapku tajam.

"Hah??" Teriakku kaget, untunglah saat itu kantor sudah sepi jadi tak ada guru yang terganggu dengan teriakanku. " Masa saya berangkat sendiri Tadz, kan saya takut kalo ada pencopet gimana? Ustadz gatau ya tadi pagi Najwa tuh habis kecolongan kalo nanti gentian saya gimana?" lalu aku menatapnya dengan pandangan memelas " Saya sama Najwa yaa, saya gak berani kalo sendirian yaya."

Lalu dia menggelengkan kepalanya " Ini khusus buat kamu, soalnya saya tahu pasti yang bikin Najwa telat itu kamu, gak mungkin Najwa bisa kesiangan datang ke sekolah setahu saya dia anak yang rajin. Jadi saya tunggu jam 5 pagi disini." lalu beliau mengusirku dengan menunjuk pintu keluar.

Huft... akhirnya aku keluar ruang guru dan mencari angkot di depan sekolah, setelah emnungg lama tak ada satupun angkot yang lewat. Aku menghela nafas kasar dan mulai berjalan berharap akan ada angkot yang lewat. Akhirnya terlihat angkot jurusan pondokku melintas segera saja kusetop dan naik ke dalamnya.

Masuk halaman pesantren terlihat kesibukan di sore hari, aku berjalan sambil menggerutu betapa sial nasibku ini. Masuk di kamar terlihat Najwa menungguku dengan wajah khawatir aku dengan santainya berjalan ke kamar mandi lalu mandi, biarlah Najwa kalut dengan pikirannya.

Jam belajar pun menjadi waktu yang cocok bagi Najwa untuk mengintrogasiku, saat semua murid sibuk belajar Najwa malah ngotot ingin dijelaskan bagaimana keadaanku setelah dirinya pulang, apa yang membuat wajahku cerah sedari tadi dan banyak pertanyaan lainnya.

Akhirnya aku pun menceritakan kejadian tadi pada Najwa. Najwa yang mendengar hal itu tentu saja kaget bukan kepalang, dia bahkan ngotot ingin mengantarku pergi ke sekolah jam 5 pagi dan tentu saja jawabannya gak boleh. Kalau Ustadz Unch tahu Najwa mengantarku bisa bisa hukumanku ditambah. Aku tak menghiraukan rajukan Najwa dan lebih memilih membaca buku untuk persiapan pelajaran besok.

Esok paginya rutinitasku serba cepat, aku bangun lebih awal lalu mandi biar nggak ngantri lama lama dan segera menuju dapur, saat itu belum ada masakan yang jadi dan lagi lagi aku harus makan sandwich untuk menahan lapar karena memang hanya itu yang tersedia.

Lalu aku berlari menuju terminal berharap ada angkotan atu bus kota yang sudah nangkring, malangnya tak ada satupun kendaraan yang terlihat. Jelas saja ini terlalu pagi tanpa membuang waktu akhirnya aku berlari menuju sekolah yang jaraknya 4 km dari pondokku.

Sebelum sampai sekolah aku mampir ke toko kelontongan depan sekolah untuk beli air lalu menegaknya dengan rakus dan menyeka keringatku. sabar Al, semoga hukumannya gak seberat saat kamu lari tadi, batinku menghibur diri.

Di ruang guru benar saja Ustadz Unch sudah menungguku disana. lalu tanpa basa basi dia memberiku sapu lidi dan menyuruhku meyapu halaman. Saat hendak membahtah lagi, belum sempurna kata kata itu kukeluarkan dia mengeluarkan tatapan mautnya yang akhirnya mau tak mau aku harus menurutinya. Duh, baru masuk aja udah kayak gini apalagi kalo setaun, batinku

Aku menyapu super cepat yang penting keliatan bersih, daripada harus teliti dan makan waktu yang lama ntar kepergok satu sekolahan ya tambah malu aku. Saat pekerjaanku hampir selesai aku memutuskan istirahat sejenak menghirup udara. Lalu seseorang duduk 1 meter di sampingku dan meletakkan air mineral.






Jangan lupa kritik dan saran dan juga vomentnya yaa😉

Makasih udah mau baca semoga kalian suka and happy holiday yang holiday wkwk❤️

Ustadzku Imamku ( Re Post )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang