Aliya POV
"Kak, ini demi kebaikanmu lagipula pesantren ini adalah pesantren milik kenalan Umi, jadi kalau ada apa apa Umi tak perlu khawatir dan Umi juga sudah ngurus seluruh keperluanmu di pesantren, jadi besok pagi kamu harus berangkat!". Tegas Umi.
"Aduh, kasihannya adek Abang harus tinggal di pesantren." Ujar Abang Asygil mengejekku.
Aku tak peduli pada ucapan Abang, karena rasa kagetku lebih besar daripada mengurusi ucapan Abang. Aku teringat dulu memang Umi memiliki rencana untuk memondokkanku setelah aku lulus SMA, tapi saat itu kukira Umi bercanda ternyata Umi sungguh sungguh dengan ucapannya. Aku hanya menanggapi ucapan Umi dengan anggukan karena pasrah.
Mau aku berasalan sebanyak apapun umi pasti tak akan mendengarkanku karena keputusannya sudah bulat. Tak apa, mungkin dengan hidup di pesantren aku akan belajar banyak hal yang tak kudapat di kehidupanku sekarang, batinku, sambil membujuk hatiku agar menerima dengan lapang dada.
" Baik Umi, Aliya akan berangkat mondok." Kataku lalu pergi ke kamar untuk menyiapkan barang barang yang akan kubawa ke pesantren.
Ternyata menyiapkan barang barang yang dibawa ke pesantren cukup menyita banyak waktuku hingga malam datang. Sebelum tidur aku menggosok gigi dan mengambil air wudlu terlebih dahulu lalu melaksanakan sholat isya yang belum aku laksanakan. Setelah sholat isya bergegas aku naik ke tempat tidur dan terlelap nyaman.
Pagi harinya saat kami hendak bersiap berangkat mengatarku ke pesantren tiba tiba hp abah bordering nyaring.
" waalaikumsalam. Dengan siapa ya?" Tanya abah
" oh gitu, baik saya akan kesana. Kamu kondisikan dulu. Wassalam." Kata abah menutup telpon.
"Maafkan Abah, Abah harus pergi karena perusahaan yang baru abah buka mengalami sedikit kendala dengan pemilik tanah dan abah diminta kesana." Kata abah setelah menutup telepon dan menatapku dengan rasa bersalah "Umi, Abang dan Kakak berangkat sendiri saja tanpa Abah ya." Lanjut abah lagi lalu pergi ke kamar sambil menelpon seseorang mungkin untuk menjjadwalkan keberangkatannya
Aku menatap keprgian Abah dengan perasaan sedikit kecewa, pasalnya ini pertama kalinya aku pergi mondok dan rasanya ketika nggak diantar lengkap itu nggak enak. Umi yang melihat tatapanku kepada Abah berangsur mendekatiku lalu membelai punggungku lembut.
" Aliya jangan terlalu kecewa nak, anggap ini ujian dari Allah, kalau Aliya niat dengan sungguh sungguh insyaallah Aliya akan baik baik aja menghadapi ujian yang lebih berat lagi dari Allah, yang sabar ya dan di lapangkan hatinyan agar berangkat mondok ini nggak sia sia." nasihat Umi.
Tak terasa perjalanan selama dua jam telah kulalui, saat ini mobil berhenti persis di sebuah pesantren sederhana, kami turun dari mobil lalu Umi berbicara kepada salah satu santriwati. Santriwati tadi mengantarkan kami menuju sebuah rumah yang baru kuketahui itu adalah rumah Bu Nyai. Setelah pintu di ketuk lalu mengucap salam, Bu Nyai membuka pintunya dan mempersilahkan kami masuk rumah. Setelah reuni singkat anatar Umi dengan Bu Nyai yang pasalnya adalah temannya umi saat berjuang di bangku SMA.
Tak lama kemudian, umi pamit undur diri dan menitipkanku pada bu nyai. Aku mencium tangan Umi dan Abangku lalu mengantar mereka untuk pulang. Saat mobil mulai menjauh Bu Nyai menghampiriku lalu memanggil salah seorang santriwati untuk menunjukkan kamarku. Sebelum aku meninggalkan rumah Bu Nyai beliau berkata.
"Semoga kerasan ya Nduk, jangan kepincut sama ustadz sini loh ya." Kata beliau saat melepasku pergi, sempat bingung dengan kalimat Bu Nyai tapi aku segera melupakannya dan mengikuti santriwati yang kukenal namanya Asma.
Ternyata Asma membawaku ke sebuah kamar di lantai dua gedung sebelah rumah Bu Nyai yang kuketahui namanya adalah gedung dalwah. Pintu kamar dibuka, lalu Asma memperkenalkanku dengan teman sekamarku yang bernama Najwa. Setelah kepergian Asma, aku menyapa Najwa yang memperhatikanku dengan tatapan kepo dan benar saja sebelum aku sempat duduk Najwa menanyaiku berbagai pertanyaan sambil membantuku menata barang barangku, dan menjelaskan jadwal kegiatan yang dilakukan dari hari senin hingga hari minggu.
" Ini paling menarik Al, jadi kamu itu bakal sekolah di luar, tapi bukan sekolah formal dan sekolah ini khusus untuk bahasa enaknya kita bisa keluar pondok sebanyak 5 kali dalam seminggu karena sekolahnya dari hari senin sampai hari jumat. Nah yang menariknya di sekolah ataupun di diniyah kita bakal ketemu sama ustadz ustadz ganteng. Pondok ini tuh punya adat unik bukan adat sih tapi mesti ada aja santriwati yang lulus atau keluar lalu menikah dengan ustadz disini. Aku yakin kamu bakalan kepincut deh habis ini." Kata Najwa dan aku hanya membalasnya dengan anggukan saja tak begitu tertarik.
Tak lama terdengar bunyi bel, Najwa mengajakku untuk menuju masjid, melaksanakan sholat dhuzur setelah sholat dilanjutkan dengan makan, makan siang kali ini spesial karena aku bertemu dengan banyak teman baru. Seusai makan siang saat hendak kembali ke kamar aku bertemu dengan sesosok ustadz yang menyita perhatianku dan membuatku teringat ucapan Najwa tadi bahwa aku akan kepincut sama ustadz disini. Dari postur tubuhnya dia punya badan yang tegap terus rahangnya yang kokoh dan tatapan matanya yang meneduhkan tapi aura yang menyelimutinya misterius, aduh.. Sepertinya aku sedang kagum padanya ntahlah.
Aku menyikut lengan Najwa. "Wa, lihat deh itu siapa ya.. ganteng banget kayaknya kepincut sama dia deh."
" Tuh kan bener, gak bakal lama kamu kepincut sama ustadz disini." Kata Najwa tersenyum puas karena tebakannya tak meleset "namanya Ustadz Fajar. Beliau itu keren deh, udah ganteng, suaranya merdu pokoknya idaman banget deh,tapi sayangnya beliau itu cuek dan misterius dan gak kamu aja kok yang nge fans sama dia hampir seluruh santriwati disini suka sama beliau bahkan ustadzah pun ada yang suka sama beliau." lanjut Najwa
"Gak peduli ah, mulai sekarang dia jadi target pertamaku disini hihi.." tawaku sambil menggeret Najwa untuk segera menuju ke kamar.
Aku membaringkan tubuhku, rasanya baru setengah hari aja badan udah pegel apalagi selama setahun disini, gak bisa bayangin deh, batinku. Tak terasa mataku mulai terlelap dan akhirnya aku jatuh tertidur. Lagi lagi terdengar bel berbunyi waktunya sholat ashar dan kelas sore, aku daan Najwa berangkat menuju masjid untuk menunaikan ibadah sholat. Seusai sholat segera kami bergantian mandi lalu menuju kelas sore.
Setelah duduk di bangku yang tersisa, seseorang mengucap salam lalu masuk ke kelas, saat itulah mataku tak bias berpaling, aduh.. Ustadz Unchku ada disini, selama pelajaran pun aku tak memperhatikan pelajarannya mataku sibuk menatapi pemandangan indah yang ada di depan ini, saat dia menjelaskan auranya keluar membuatku makin kagum padanya dan pikiranku sudah berimajinasi seandainya kami menjalin rumah tangga, hingga senggolan dari Najwa menyadarkanku.
Aku menggerutu kesal "Apasih Wa ganggu aja." Aku menoleh kepadanya kesal karena imajinasiku terganggu. tapi senggolannya semakin keras, aku bingung, Najwa ini kenapa sih? Tanyaku dalam hati. Lalu dia berbisik padaku.
"Al, ditanya sama Ustadz tuh." Aku makin bingung, perasaan Ustadz gak bilang apa apa deh, Najwa ngigau kali, kataku dalam hati.
Tiba tiba Ustadz Unchku sudah ada di depan mejaku lalu mengetuk mejaku sebanyak tiga kali.
"Kamu ngelamun dari tadi? Dari awal pelajaran saya kamu nggak dengerin sama sekali?" Kata Ustadz Unch dengan wajah datar.
"Eh, Ustadz.. Anu, tadi saya nggak ngelamun kok." Kataku membela diri.
"Coba jawab pertanyaan saya tadi."
Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal, lalu menoleh ke Najwa meminta bantuan. Najwa menuliskan sesuatu di tangannya lalu menyodorkan kepadaku. Aku mengangguk angguk lalu berucap terimakasih lewat isyarat mulut.
"Saya tidak tahu Ustadz." Ucapku dengan santai. Najwa yangdisebelahku menoleh terkejut dari raut mukanya dia seolah bilang, bukannya tadisudah kukatakan jawabannya. Aku mengedipkan mata padanya lalu menatap UstadzUnch kembali.
"Nanti kamu ikut saya ke kantor, saya ada sesuatu untuk kamu." KataUstadz Unch.
Kira kira apa ya yang mau dikasih sama Ustadz Unch.......
Tunggu episode selanjutnya yaaa.Dan... Makasih sudah mau vote dan membaca😉 and maaf karena masih banyak typo
KAMU SEDANG MEMBACA
Ustadzku Imamku ( Re Post )
RomanceRE POST EDITION🤗🙏 FOLLOW DULU YUK UNTUK KENYAMANAN BERSAMA 😊 Apa? mondok? emang sih dulu Umi dan Abah pernah mengungkitnya, tapi kurasa itu hanya gurauan, ternyata aku harus mondok di pesantren milik temannya umi. Untung ketemu sama dia, jadi bet...