Bab 36 (Repost)

2.2K 138 9
                                    

hati yang membawa dendam takkan pernah merasa puas walau telah melenyapkan seluruh sumber masalah. bahkan merasa kurang dan kurang hingga akhirnya hanya penyesalan yang datang terakhir. 

- Author

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Aliya POV

----------

Ia menarik napasnya lalu menceritakan hal yang tak sempat ia ungkapkan pada abah. hal yang ia pendam bersama rasa sakitnya selama ini dan akhirnya melahirkan kebencian pada abah.

----------


om Bagas menghembuskan napasnya, matanya menerawang jauh dari raut mukanya terlihat denting kesedihan disana. lalu sejenak menatapku lalu memulai kisahnya.

" dulu abah dan om merupakan teman dekat, sangat dekat sekali hingga kami masuk univ dan jurusan yang sama lalu lulus dan membangun bisnis yang sedang dijalankan abahmu itu. sejak kecil kami dekat bahkan dianggap anak kembar sangking seringnya bermain bersama. orangtua kamipun dekat karena mereka berteman baik. nah saat SMA kami berteman baik dengan beberapa anak termasuk umimu, Bu nyaimu, Ustadz Ahmad, istri saya juga, dan tantemu, tante Syakilla."

dia memanggil salah satu anak buahnya dan memintanya dibawakan kursi karena sejak tadi jongkok didepanku. setelah kursi datang ia melanjutkan ceritanya. sebenarnya aku percaya tak percaya namun apa salahnya mendengarkan. ia melanjutkan lagi.

" kami semua menjadi sahabat baik saat SMA, mengikuti berbagai perlombaan, event, menjadi perwakilan sekolah dan sebagainya. saat itu juga muncullah benih benih asmara antara abah dengan umimu yang akhirnya menikah. setelah lulus SMA kami semua berpisah kecuali abahmu dan om karena ternyata kami berdua sama sama dapat beasiswa ke luar negeri dengan univ juga jurusan yang sama padahal kami  berdua tidak merencanakan daftar bersama malah seperti menyembunyikannya." om Bagas sedikit menyunggingkan senyumnya lalu kembali muram.

" saat saat itulah kami serius mendalami jurusan kami yaitu manajemen bisnis. akhirnya pada suatu hari saat uang yang kami tabung cukup, kami membangun bisnis kecil kecilan saat sedang mengerjakan skripsi. itulah hari hari dimana berita buruk menghantam om telak."

wajah om Bagas semakin muram " disuatu malam saat om sedang sibuk mengerjakan skripsi sedang abahmu telah tertidur om dapat telpon dari keluarga di Indonesia yang intinya meminta om segera pulang setelah skripsi selesai. saat itu om belum tahu permasalahannya dan hanya mengiyakan lalu menganggap lalu masalah itu. mungkin itulah tanda tanda petaka datang dan om tak menyadarinya. setelah selesai skripsi dan wisuda yang sayangnya orangtua om gak datang. malamnya om ditelpon, om kira itu adalah ucapan selamat namun yang om dengar malah suara tangisan."

om menghela napas berat " ummah menelpon om memberitahukan ayah kecelakaan mobil karena menghindari lubang jalan dan malangnya malah menabrak truk besar. ayah telah wafat ditempat sedangkan adekku koma dan hingga saat itu  masih belum sadar, syukurnya ummah sedang dirumah. setelah kejadian itu uang keluarga terkuras untuk biaya ganti rugi truk, biaya pemakaman juga rumah sakit adekku. walau adek telah dipindahkan ke rumah sakit terbaik dia tetap saja belum sadar. akhirnya ummah memutuskan membawa adek berobat ke jerman namun sayang uang yang mereka miliki sudah benar benar habis, akhirnya jalan terakhir yang terlintas hanya meminjam uang ke debt collector. setelah adekku dibawa kesana hasilnya pun sama dia masih blm bisa pulih. 2 bulan mereka di jerman dan para debt collector mulai meminta uang mereka dengan  bunga yang gak masuk akal. uang telah menipis dan utang menumpuk membuat ummah akhirnya memulangkan adek ke indonesia dan dirawat di rs indonesia. sedangkan debt collector mulai gencar mengejar ummah. saat ummah telpon sebenarnya ummah ingin berkata bahwa ingin meminjam uang, namun karena tahu anaknya sedang menggarap skripsi akhirnya ia menunda pembicaraan itu hingga malam di hari wisudaku."

" saat itu om benar benar bingung karena hutang keluarga sangat banyak mau pinjam ke abah pun rasanya gak mampu. akhirnya dikali kesekian ummah telpon menyuruh om pulang, om memutuskan mengambil sebagian uang modal dari membangun perusahaan yang tengah proses itu lalu pulang meninggalkan abahmu tanpa pamit."

" untunglah debt collector menganggap uang yang kubawa cukup sehingga kami dibebaskan. om akhirnya banting tulang cari nafkah untuk biaya pengobatan juga biaya hidup. ummah juga sudah terlalu tua untuk  bekerja. mimpi untuk membangun perusahaan akhirnya om kubur dan  mencari pekerjaan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. dan akhirnya om malah bisa mendirikan perusahaan senjata dengan tertatih tatih. banyak rintangan termasuk dari abahmu. sesuatu yang menjadi alasan aku membencinya."









Udah repost ya guys, mohon maaf telat bangetss. mohon dukungan like dan komennya. terimakasiiii



Ustadzku Imamku ( Re Post )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang