Bab 5 (Re-Post)

7.1K 354 4
                                    


Kamu mulai perhatian, aku suka
- Aliya

MOHON TINGGALKAN JEJAK!!

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Kudongakkan kepalaku dan ternyata dia adalah ustadz yang kemarin menolong Najwa waktu dia hampir kecopetan.

" Ngapain nyapu jam segini?"sambil menyodorkan minumnya padaku dan kuterima dengan senang hati karena tenggorokanku super duper kering " Saya kena hukuman Ustadz, dari Ustadz fajar." lalu menghabiskan minuman dalam sekali teguk. Dia melihat tingkahku lalu tertawa.

" Haus banget ya? kok bisa kena hukuman?" tanyanya.

Aku menghela nafas lalu menceritakan kronologi kejadian yang membuatku terkena hukuman kejam ini dan tanggapan dia hanya mengangguk angguk saja lalu dia mengambil sapu dan melanjutkan menyapu. aku kebingunanlah, kok jadi dia yang nyapu.

" Loh Ustadz, kok jadi ustadz yang nyapu? saya aja, kan yang kena hukuman saya." kataku

" Gapapa biar saya aja, kamu balik aja ke kelas lagian itu lihat para siswa udah dateng. ntar saya yang tanggung jawab kalo kamu di marahi sama Ustadz Fajar." katanya.

" Tapi..." belum selesai aku berbicara dia langsung mengusirku dengan menggerakkan tangannya untuk meninggalkannya sendiri. Sayangnya saat di tangga, karena aku tidak berhati hati akhirnya aku kesandung kakiku sendiri dan membuatku terjatuh. sial banget sih aku ini, batinku. Lalu bangkit tak menghiraukan rasa sakit tangan dan lututku dan melanjutkan jalan ke kelas.

Pelajaran pun berlangsung seperti biasa dan hari ini pun aku tak bertemu Ustadz Unch. Tapi saat jam pelajaran ketiga dia masuk, orang yang membantu Najwa dan menolongku. Dia memperkenalkan diri yang ternyata bernama Ustadz Ali dan akan mengisi pelajaran nahwu dan shorof. Sejak pertama kali masuk hingga akhir pelajaran aku merasa bahwa Ustadz Ali terus memperhatikanku, tapi aku abaikan karena takut ge er. Dan benar saja ternyata bukan aku yang diperhatikan.

" Al, tahu nggak? dari tadi Ustadz Ali lihatin aku terus loh." kata Najwa semangat.

Tuh kan bukan aku yang dilihatin,batinku lalu mengucap hamdalah setidaknya aku dijauhkan dari sifat ge er " Ohya? emang kamu yakin dia ngelihatin kamu kan yang duduk dibelakangmu ada." kataku sambil mencoba menetralkan rasa ge er Najwa " Ih nggak ah, pasti aku yang dilihatin." katanya pede dan aku hanya mengangkat bahu tanda terserahmulah.

tak terasa waktu berlalu dan saatnya pulang sekolah, seperti agenda biasanya kami pulang berdua naik angkot dan tiba di pondok jam 2 lalu bersiap siap untuk diniyyah atau kelas sore. Kelas kali ini mengasyikkan karena pelajaran sastra. jadi kami disuruh membuat puisi dan temanya bebas.

Aku sudah mulai tenggelam dalam tulisanku hingga tak terasa waktu telah habis dan waktunya mengumpulkan tugasnya. Aku buru buru menyelesaikannya dan segera mengumpulkannya, kata Ustadzahnya karya terbaik akan ditempel di mading pondok dan aku tak berharap lebih lalu memilih untuk menyibukkan diri untuk bersiap siap kembali ke kamar. Di kamar aku bersiap untuk tidur saat akan tidur Najwa berkata.

" Tahu nggak al, kalo puisi kita ditempel di mading pondok otomatis semua Ustadz dan Ustadzah juga bisa baca dan biasanya karya yang di tempel di mading bakal dimasukin ke majalah sekolah sebagian aja sih yang menurut redaksinya itu layak di terbitkan. Dan aku tuh berharap banget bisa ditempel dan masuk ke majalah biar Ustadz Ali juga bisa baca puisiku." katanya berbinar binar.

" Emang kamu bikin puisi tentang apa?"

" Tentang dia." ujar Najwa.

" Ha?" tolehku gagal paham.

" iyaa, judulnya tentang dia hehe." jawabnya tersenyum.

" Udah ah sana belajar persiapan buat besok barangkali ada kuis dadakan kayak tadi. Daripada berimajinasi gak jelas." jawabku meledeknya.

" Dasar ih, kamu gak bisa lihat orang seneng apa! Lagian kamu kalo ada ustadz unch juga gitu wle" kata najwa juga meledekku.

" Terserahmu deh." lalu aku mulai menyelami buku lagi tak tertarik membahas ustadz unch.

Bel tidur berbunyi nyaring, karena mataku sudah mulai berat akhirnya aku memutuskan untuk menyudahi membaca buku dan mulai tidur nyaman di kasur. Perlahan mataku mulai menutup dan aku terbang menuju alam mimpi sampai lupa belum mengobati lukaku.

Pagi harinya di sekolah, aku datang seperti jam sebisanya lalu bertemulah aku dengan Ustadz Unch. Begitu dia melihatku dia menyuruhku mengikutinya ke ruang guru, akhirnya aku mengekorinya tentu saja dengan Najwa. Di kantor terlihat juga Ustadz Ali di meja kerjanya menatapku dan Najwa masuk ke ruang guru lalu aku tersenyum singkat pada beliau tanda menghormatinya.

Najwa dan aku duduk di hadapan Ustadz Unch " Ada apa ya Ustadz? Saya kan nggak ngelakuin kesalahan lagi." Tanyaku langsung.

Ustadz Unch menopang dagunya di tangan lalu menatapku " Najwa kamu bisa kembali ke kelas, saya tidak ada urusan denganmu." Usirnya kepada Najwa.

Najwa menoleh padaku tanda meminta persetujuan, aku mengangguk membolehkan dia pergi.

" Kemarin saya tahu kamu nyapu tapi kenapa malah kamu tinggal? Jangan biarkan siapapun membantumu karena itu hukumanmu bukan orang yang membantumu atau jangan jangan malah kamu yang minta bantuan ya?" selidiknya

Aku menghela nafas berusaha tetap tenang " Gini ya Ustadz, kamarin itu Ustadz Ali datang dan maksa untuk bantuin saya, saya uda nolak tapi beliau memaksa saya dan menyuruh saya kembali ke kelas, jadi saya sebagai santri yang tahu adab pada guru tidak akan membantah." Belaku

" Saya gak peduli alasan kamu, pokoknya itu hukumanmu mau siapapun datang nolongin kamu, kamu harus tetap melakukan kewajiban itu, karena kamu tidak melakukannya dengan baik maka saya akan tambah hukumanmu, nanti pulang sekolah..." belum sempat Ustadz Unch menyelesaikan bicaranya sebuah suara mengenterupsi.

" Jar, jangan keras keras sama murid baru, inget dia baru pindahan nggak lama ini, masa langsung kamu kasih hukuman berat kayak nyapu halaman sendirian jam 5 pagi. Kamu keterlaluan kalau mau nambahin dia hukuman lagi." Kata suara itu yang ternyata Ustadz Ali. Aku langsung lega akhirnya setidaknya ada yang menolongku dari kelanjutan hukuman ini.

Ustadz Unch menghela nafas "hm, yasudah sana pergi." Usirnya pada Ustadz Ali. lalu menatapku lagi " Kali ini kamu lolos, tapi ingat jangan mentang mentang kamu anak baru kamu bisa lolos dari hukuman yang menjadi wajib ditegakkan disini. Jangan telat sekolah lagi." katanya dan membuatku merasa mendapat jackpot besar karena lolos dari hukumannya. Sebelum aku pergi dia memberiku sebuah paper bag kepadaku. Tiba tiba banget ngasih ginian jangan jangan isinya bom, batinku. Namun demi sopan santun aku menerimanya dan bilang terimakasih lalu berjalan kembali ke kelas.



Hai hai.... Lama tak jumpa hehe, maaf ya update lama soalnya lagi sakit nih wkwk. Kira kira apa ya paper bag yang dikasih Ustadz Unch.. tetap nantikan episode selanjutnya yang tahap revisi yaaaa. Oiya saran dong buat pemeran laki laki dan perempuannya sampai sekarang masih bingung nih.

Semoga menikmati dan jangan lupa vomentnya ditunggu ❤️😁

Ustadzku Imamku ( Re Post )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang