Bab 60.1

2.7K 153 58
                                    

cerita udah TAMAT guis😢 tapi sebelum itu author mau kasih liat sudut pandang banyak tokoh krn kemarin kecepetan di end nya😂 maaf yg berkspetasi ALIYA HIDUP maaf banget.😢🙏🤗

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Aliya POV

Flashback

aku meminta umi untuk menghilangkanku dalam artian ustadz unch tak bisa lagi menemuiku. aku benar benar ingin pergi jauh dan menghilang dari kehidupannya. sudahi lara ini dan kembali menata hati tapi tak tahu kapan akan kubuka.

besok adalah keberangkatanku ke lombok. tepatnya pagi hari karena aku memang sudah ingin segera menghilang, yah walau aku menyadari bahwa ustadz unch mana mungkin akan mencariku. pasti dirinya memusatkan seluruh perhatian dan pikirannya pada wanita masa lalunya.

ketika aku melangkahkan kakiku memasuki kabin pesawat satu hal yang terpatri di hatiku.

" aku akan melupakannya, tak peduli seberapa besar ia akan menarikku kembali. aku akan menghilang benar benar menghilang hingga luka ini sembuh dan siap untuk membuka hati." batinku.

aku tak menyangka janjiku malah dikabulkan oleh Allah. setelah penerbangan selama 30 menit tiba tiba pesawat mengalami turbulensi dahsyat. aku yang saat itu di sebelah jendela melihat pesawat di kelilingi sesuatu yang kelam dan mengeluarkan selarik petir.

aku melantunkan sholawat berkali kali dan membaca doa keselamatan. tanganku dingin dan  badanku berkeringat padahal ac pesawat masih menyala kencang. tak lama tiba tiba masker udara di keluarkan. 

para pramugari meminta seluruh penumpang menggunakan masker udara dan suara dari mikropon pesawat yang berasal dari kokpit meminta melakukan hal serupa sambil menenangkan penumpang yang langsung tahu bahwa pesawat dalam bahaya.

pesawat berguncang hebat lagi, kali ini diikuti dengan matinya lampu di kabin. disekelilingku orag orang berteriak teriak ketakutan, membaca istighfar, bahkan menyebutkan harapan harapan mereka. aku menatap mereka miris sebebenarnya aku takut sangat. aku belum mau mati, aku masih ingin kembali meraih gelar sarjanaku yang belum aku jalani. namun kembali aku mengingatkan diriku yang sudah mengeluh ini bahwa hidup dan mati hamba hanya ada di tangan Allah.

bukankah saat saat genting seperti ini adalah waktunya meminta pengampunan dan meminta keselamatan. itulah yang aku lakukan namun aku dalam hati sudah bersiap bila memang allah ingin aku mati disini. ikhlas, hanya itu yang kupikirkan. karena bagaimanapun Allah lah sang penentu takdir manusia.

allah, allah, allah sebutku saat pesawat mulai terjun bebas. dengan diiringi banyak suara teriakan aku tetap berdoa dan berdoa diiringi air mataku yang mengalir deras. satu persatu properti pesawat berguguran mungkin tersambar petir di luar. allah lindungi aku, panjatku namun apabila engkau bila engkau berkehendak mencabut nyawaku, insyaallah aku siap lanjutku.

disaat seperti ini memang bukan saatnya menjerit, menangis dan marah pada takdir yang menginginkan kita tiada di dunia namun bermunajat pada allah agar dosa kita diampuni dan termasuk golongan ahli surga. bukan pasrah dengan kematian bukan, namun dengan berteriak, menjerit dan marah kematian pun tak akan mendengarkanmu lebih baik waktu yang tersisa digunakan untuk bermunajat pada Zat Maha Segala.

Ustadzku Imamku ( Re Post )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang