Bab 42 (Repost)

2.1K 155 43
                                    

karena janji itu mudah diucapkan namun sulit sekali untuk dilakukan. janji itu mudah sekali dilanggar dan hanya akan membawa berlipat kepedihan.

- Aliya

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Author POV

setelah dua minggu berlalu kini waktunya mereka berpisah, karena memang sekolah ini bukan sekolah resmi melainkan sekolah bahasa dan agama sehingga masa belajarnya hanya setahun. selama dua minggu itu Aliya fokus menyelesaikan ujiannya dan juga mendaftar ke beberapa kampus terkenal di indonesia. 

perpisahan pun diadakan dengan menghadirkan walisantri juga dibarengi dengan perpulangan santri ke rumah. setelah acara perpisahan Najwa dan Aliya berfoto bersama dan  berjanji akan sering mengadakan pertemuan untuk melepas rindu.

3 hari kemudian keluarlah hasil nilai peserta yang lolos di ujian masuk universitas lebahin, salah satu universitas yang terkenal di indonesia yang letaknya di jogjakarta. selama itu pula Aliya dan Ustadz Unch tak pernah  berkabar sekalipun. padahal abah pun sudah menelpon Ustadz Unch berkali kali namun selalu hanya ada nada sambungan tanpa diangkat. akhirnya abah hanya mengirim pesan singkat bahwa Aliya memutuskan pertunangannya. 

hari ini Aliya telah mempersiapkan dirinya untuk berangkat merantau ke jogja karena minggu depan perkuliahan akan dimulai. abah walau masih menggunakan kursi roda kemana mana ikut melepasnya ke bandara. tepat saat pengumuman tanda seluruh penumpang diminta untuk naik ke pesawat berbunyi, Aliya hendak akan memasuki ruang pengecekan boarding tiket hadirlah sosok itu. sosok yang selama ini Aliya nantikan juga berusaha melupakan keberadaannya.


Aliya POV

setelah berpamitan dengan abang, abah dan juga umi aku melangkahkan kakiku menuju ruang pengecekan boarding tiket. agaknya langkah ini sangat berat karena disudut paling dalam hatiku aku menginginkan kedatangannya yang ikut melepasku pergi belajar. namun aku tahu itu tak mungkin, bagaimanalah ia bisa tahu padahal aku tak sekalipun mengabarinya karena gengsiku yang tinggi dan mungkin jika aku memberitahunya itu hanyalah kesia siaan belaka karena ia pasti tak mungkin membaca atau menerima telponku.

langkahku yang awalya ragu mulai kembali mantap. buat apa aku kembali memikirkan tentangnya sedangkan ia tak pernah sekalipun peduli lagi denganku. kututup rapat telingaku dengan headset untuk menenangkan hatiku dan melangkah melewati ruang pengecekan boarding tiket namun saat hendak meletakkan barangku di ruang bagasi berjalan. tarikan keras dari tanganku menghentikan semua aktivitasku.

kutolehkan kepalaku dan mendapati ia, orang yang selama ini aku nanti orang yang menghilang tanpa memberi kabar keberadaanya muncul dihadapaku. jujur aku sangat marah dan ingin mengumpatnya lalu memukul dan merobek robek dirinya namun aku kembali ingat bukankah hubungan kami telah usai? sudah tak ada lagi pertunangan itu dan untuk apa dilanjutkan? 

Ustadzku Imamku ( Re Post )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang