Bab 13 (Re Post)

5.6K 283 4
                                    


.

.

.

.

.

.

.

.

.

Aliya POV

Di musholla suasana sudah agak tertib sehingga aku tak perlu mengatur mereka dan mulai memutarkan film. Yah agenda kali ini adalah nonton film bersama sambil menunggu ular ular tadi selesai di bereskan. Jujur saja aku ingin membantu para Ustadz/ah tapi santri perempuan dilarang untuk berdekatan, sehingga aku hanya menatap iba pada para Ustadz/ah yang saling bahu membahu membantu.

Kami di pulangkan lebih awal setelah seluruh ular itu dibereskan. Aku dan Najwa seperti biasanya pulang dengan angkot namun kali ini kami memutuskan untuk jalan jalan ke mall karena waktu luang masih tersisa banyak. Banyak santri yang juga memilih jalan jalan daripada menghabiskan waktu di pesantren.

Di mall kami berputar putar memanjakan mata, sedangkan aku mencoba melupakan kejadian tadi, dan hanya membeli minuman saja karena uang yang dibawa terlalu minim untuk berbelanja sesuatu. Kami mampir sebentar ke yoshinoya untuk beli makan dan dibawa ke pesantren. 

Tiba di pondok, aku dan Najwa pamit pada teman teman yang baru kami kenal tadi dan kembali ke kamar. Seperti agenda sore hari yang telah mutlak yakni kelas sore dan sore ini pelajarannya diajarkan oleh Ustadz Unchku jadi aku bersiap siap lebih awal dan duduk di kursi paling depan menunggu Ustadz Unch datang.

Ustadz Unch memasuki kelas kami dan mengucap salam, serentak santri yang ada di kelas menjawab salamnya termasuk aku dan pelajaran dimulai. Tidak ada insiden aneh kali ini dan aku sedikit lega karenanya tapi Ustadz Unch sering memperhatikanku diam diam, ntah mungkin saja hanya perasaanku.

Sudah 1 bulan aku di pesantren setelah kembali dari rumah dan sampai saat ini masih belum ada kabar dari Umi juga Abang mengenai kondisi Abah. Malahan mereka berdua tidak pernah mengunjungiku hanya mentransfer uang ke rekeningku. Aku mulai resah dan keresahanku disadari oleh Najwa.

" Al kamu kenapa? kok aku perhatiin belakangan ini kamu sering murung dan melamun."

" Gapapa kok Wa, agak banyak pikiran nih."

" Kalau butuh teman cerita aku bisa jadi pendengar yang baik kok, jangan malu ya" kata Najwa sambil memelukku dan akhirnya pecahlah tangisku. Dengan sesenggukan aku menceritakan masalahku yang membuatku banyak melamun dan murung.

Aku menghapus air mataku dan menarik nafas lega karena bebanku sedikit berkurang, mungkin itulah efek ketika ada teman yang bisa diajak untuk  berbagi keluh kesah. Najwa terlihat berpikir keras dan saat aku ingin bertanya dia sudah berujar.

" Al, gimana kalo kamu ke rumah sakit tempat ayahmu di rawat?"

Aku terkejut dengan ide gila Najwa, gimana caranya bisa ke sana, itu terlalu beresiko dan setelah ini ada pemilihan OSIS nggak mungkin aku kabur gitu aja. Ketika aku ingin membantah Najwa langsung bicara.

" Gak usah khawatir, kamu tahu kan habis pemilihan OSIS biasanya akan libur 2 hari untuk merayakan terpilihnya inti OSIS. Saat itu sekolah juga pesantren libur dan santri diperbolehkan kemanapun asal nggak pulang ke rumah yang artinya jam bebas tapi cuman sampai jam 8 malam. Setelah itu gerbang bakal di tutup." aku masih menyimak Najwa dengan serius lalu tiba tiba dia tertawa " Al, wajahmu kalo serius lucu banget, hahaha" aku menatapnya tajam, lalu Najwa berhenti tertawa dan nyengir " oke peace, nah gini hari pertama pagi hari kita bakal keluar dan setiap santri yang keluar itu harus bawa kartu akses fungsinya itu biar pesantren tahu kita keluar jam berapa dan pulang jam berapa. jadi saat mau keluar atau masuk udah ada rekapan jamnya. kamu nggak usah khawatir pas kartu akses selesai di bagiin kasih ke aku aja. jadi ntar aku yang tanggung jawab absenmu selama 2 hari itu." Katanya. 

lalu dia melanjutkan lagi " Buat kendaraannya malah gampang lagi, nanti bakal aku kenalin bus yang bisa bawa kamu ke abah.kalau sama Najwa mah semua bisa terselesaikan. tapi inget cuman 2 hari. setelah itu aku gabisa tolongin lagi."

Aku mengangguk  tanda setuju, apapun yang terjadi aku harus ketemu Abah jadi nggak peduli seberapa besar resiko yang diambil. Najwa tersenyum melihatku sepakat dengannya sehingga dia bisa langsung menjalankan rencananya.

H - 2 pemilihan ketua OSIS, aku sudah dari kemarin disibukkan dengan kampanye sehingga lupa menanyakan bagaimana proses rencanaku dan Najwa berjalan. Tapi sepertinya nggak ada kendala karena Najwa sama sekali nggak menunjukkan wajah suram sepertiku dulu.

Dan hari H pemilihan OSIS tiba, aku memakai pakaian seragamku yang sudah di setrika oleh teman temanku yang dengan senang hati meminta bajuku untuk disetrikakan. Keadaan lapangan masih sepi ketika aku datang, mungkin terlalu pagi. karena calon ketua OSIS diwajibkan datang lebih awal untuk arahan singkat bagaimana kami nanti ketika proses pemilihan berlangsung.

Aku dengan sengaja memutari sekolah sejenak menghilangkan rasa nervousku. Lalu samar samar aku mendengar suara seseorang.

" Jadi gimana pesananku? apa udah jadi?"

" ........."

" Gimana sih, nanti itu acaranya jadi kamu harus cepet cepet kalau nggak rencanaku bakal gagal total dan bos akan marah lagi seperti tempo lalu."

" ......"

aku penasaran dengan isi percapakan orang itu yang sepertinya menelpon seseorang, ketika langkahku hampir dekat dengan posisi masih bersembunyi, suara lain menginterupsi dari kejahuan yang membuatku bergegas menjahui posisi tadi.






Hai guys soory banget baru update soalnya nunggu kalian nge vote😶 udah aku gak banyak berharap aja sama kalian soalnya berharap itu sakit wkwk.

Yang penasaran sama lanjutannya ayo tetep stay okeh. staytune dan jangan mangkir kalo aku update lama hehe. Oke sampai ketemu next episode salam rindu dari author yg kece ni😆

Ustadzku Imamku ( Re Post )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang