" aku diam memang, karena diamku adalah caraku mencintaimu"
- Ustadz Unch
.
.
.
.
.
.
.
.
---------
" anda siapa kok bisa kenal istri saya"
aliya tertawa lagi, seru sekali mengerjai ustadz unchnya ini.
---------
aliya kembali mengetikkan jawaban.
" hayo tebak ganteng, kira kira siapa hayo"
aliya melebarkan senyumnya
lama pesan itu tak di jawab sampai aliya merem melek lihat hpnya lalu notif yang ditunggu datang. auto saja aliya membukanya. ternyata malah notif dari operator yang nawarin diskon diskon. aliya menggerutu kesal, satu karena salah menebak, dua karena ustadz unch lama banget jawabnya.
sekitar jam 12 an hp nya berdering. aliya terlonjak kaget lalu melirik siapakah yang menelponnya. ternyata itu adalah ustadz unch. ragu aliya mengambil hpnya menimang sebentar apakah diterima atau di tolak saja telpon itu. akhirnya ia mengangkat telpon itu dan merubah suaranya agak cempreng dan centil agar tak kelihatan.
" halo assalamualaikum"
" waalaikum salam ganteng kenapa nih?" jawab aliya
" anda siapa ya? kan saya sudah bilang saya sudah punya istri dan jangan ganggu saya apalagi istri saya." ujar suara diseberang telpon dengan ketus
" saya orang yang sayang sama si ganteng ini nih hihi." kata aliya masih dengan suaranya yang cempreng dan gaya centilnya
" jika anda macam macam dengan istri saya, saya tidak akan tinggal diam."
di tempatnya aliya menahan tawa melihat sifat protektif ustadz unch " ih ganteng blm punya istri kok, aliya kan masih tunangannya ganteng saya masih ada kesempatan dong." kata aliya
" saya hanya MILIK ALIYA dan saya tidak akan menerima wanita lain." kata ustadz unch memberi penekanan
lalu aliya memiliki sedikit ide, kalau ustadz unch nggak mau menceritakan masa lalunya coba ia korek sedikit apakah berhasil.
" ih si ganteng pede banget, aliya tuh curhat sama saya si ganteng ini tertutup banget walau aliya nih udah terima ganteng tapi dia masih ragu tuh." kata aliya dengan suara di buat sedih padahal itu keinginannya sendiri
" saya punya masa lalu kelam hanya soal waktu saja aliya akan saya beritahu. kasih tahu dia jangan khawatir. saya tidak tahu siapa anda tapi jika ada teman baik aliya maka jaga dia jangan tusuk ia dari belakang." kata ustadz unch tajam mungkin disini maksudnya jangan macam macam sama tunangan temen sendiri. dan aliya benar benar ketawa sayangnya tawa itu malah terdengar ustadz unch
" kenapa anda tertawa? anda gila?" kata ustadz unch dingin
aliya langsung terdiam kaget di bilang begitu dengan manyun dia masih dengan suara yang dibuat buat " ih dasar si ganteng jahat."
tak ada sahutan dari sana dan ternyata panggilan telah di tutup sepihak dan aliya hanya mengelus dada membatin betapa cueknya ustadz unchnya. lalu ia memandang jam yang ternyata sudah pukul 1 siang dirinya segera menunaikan ibadah sholat lalu setelah itu tergeletak tidur dikasur dengan mukena lengkap.
sorenya pintu kamarnya di ketuk, aliya segera bangun dan membukanya ternyata itu uminya.
" kenapa umi?" kata aliya smabil mengucek mata dengan mukena yang lusuh semua karena di pake tidur
" ada ustadz unchmu tuh di ruang keluarga, mau fitting katanya." kata umi
" lohh aliya belum siap siap umiii."
" yaudah sana cepet, udah nungguin dari tadi noh kamu umi panggil gak turun turun ternyata bocan ya haha." kata umi
" aliya ngantuk sih, udah ah aliya mau mandi dulu bye bye umi." lalu pintu kamar aliya tutup dan melesat ke kamar mandi
setelah mandi dan memilih pakaian ia segera ke ruang tamu. benarlah di sana ada ustadz unch yang sedang berbincang dengan abang dihampirinya mereka berdua.
" em ustadz aliya udah siap." kata aliya
abang dan ustadz unch menoleh ke arahku. lalu abang lebih dulu membuka mulut " astaga aliyaa, kamu habis nyasar ke planet mana sih lama amat turunnya."
aliya memandang wajah abangnya lalu dengans sewot berkata " kepo" lalu melirik ustadz unch " yok ustadz keburu kemaleman."
abang geleng geleng melihat tingkah adeknya lalu berkata pada ustadz unch " jar jaga dia baik baik ya terus jangan kemalaman pulangnya." kata abang
ustadz fajar mengangguk lalu berjalan beriringan denganku ke mobilnya. abang masih mengantar hingga gerbang lalu melepas kami dengan lambaian tangannya.
setelah sampai di butik ternyata sudah menunggu bundanya ustadz unch. aliya menghampiri bunda lalu salim dan cipika cipiki.
" uluhh, mantu bunda ini yang imuut. kangen bunda ih." kata bunda
" aliya juga kangen ih sama bundaa." kata aliya manja padahal itu kali kedua mereka bertemu namun sudah kompak gitu dan ustadz unch hanya geleng geleng kepla melihat dua manusia itu.
" yuk yuk kita liat baju buat kamu al, tadi sih bunda udah milih beberapa tapi barangkali kamu nggak sreg, kamu cari dulu aja gih." kata bunda smabil memberi katalog
" enggak ah bun, aliya percaya bunda lebih paham lagian pasti selera kita sama hihi." kata aliya
" ih dasar yaa pinter banget kamu muji haha." kata bunda sambil menyentil hidung aliya
aliya menggosok hidungnya yang merah karena sentilan bunda " ih bunda galak ih." kata aliya pura pura merajuk
ustadz unch yang mendengar aliya merajuk itu berkata " bunda udah deh, kasian tau istriku bunda gituin." lalu ustadz unch melirik hidung aliya dan berkata " sakit al? mau di kompres?" kata ustad unch perhatian
aliya geleng geleng " gausah ustadz, ini gak sakit beneran lagian cuma sementara doang kok hehe." cengirnya kemudian
" oh jadi gitu ya Jar, bunda aja nggak pernah diiperhatiin gitu sama kamu." kata bunda pura pura marah
ustadz unch tak goyah malah berkata "kan bunda udah gede lagian udah punya papa tuh bisa buat manja manja ngapain ke aku." kata ustadz unch dengan ekspresi datar
bunda mengelus dada " punya anak gini amat ya allah."
aliya tertawa lalu memeluk bunda " yang sabar ya bund, ustadz unch mah gitu."
lalu setelah selesai fitting baju, bunda dan ustadz unch mengantarkannya pulang karena hari sudah larut. setelah sampai dan melambaikan tangannya pada bunda dan ustadz unch aliya segera masuk rumah dan beristirahat.
hai guys...
gak banyak kata cuma VOTE n KOMEN
JANGAN JADI SILENT READER
SEE YA👋😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Ustadzku Imamku ( Re Post )
RomanceRE POST EDITION🤗🙏 FOLLOW DULU YUK UNTUK KENYAMANAN BERSAMA 😊 Apa? mondok? emang sih dulu Umi dan Abah pernah mengungkitnya, tapi kurasa itu hanya gurauan, ternyata aku harus mondok di pesantren milik temannya umi. Untung ketemu sama dia, jadi bet...