Bab 41 (Repost)

2.1K 152 19
                                    

Untuk apa aku larut terlalu dalam dengan patah hati ini ketika diluar sana banyak yang lebih baik dari beliau dan bersedia melindungiku bak permata paling mulia.

- Aliya

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Aliya POV

hari beranjak sore dan abangnya sudah siap membalikkannya dan najwa ke pesantren. dua minggu lagi masa sekolahku akan usai karena minggu ini minggu ujian. aku akan bersiap mendaftar ke perguruan tinggi negeri. setelah pamit ke abah dan umi, kami berjalan beriringan ke parkiran lalu segera menancapkan gas meninggalkan kawasan rumah sakit dan kembali ke pesantren. 

" Al, abang tahu ada yang kamu sembunyikan kan dari abah dan umi? sepertinya kamu habis mengalami hal buruk ya?" tanya Abang tiba tiba

aku syok sebentar lalu beradu pandang dengan najwa, lalu dengan santai kujawab" apasih bang, orang Aliya baik baik aja dan kelihatan sehat gini loh." kataku

" itu" lirik abang pada pergelangan tanganku yang sengaja kututupi karena terdapat bekas tali saat penculikan lalu

aku terdiam tak bisa menyangkal, namun najwa menolongku dan berkata "ohh itu bangg, aliya habis main ke rumah najwa kemarin terus dia kelilit tali pas kita benerin jemuran"  

abang masih tidak percaya, secara itu tidak logis bahkan aku mau ketawa mendengar jawaban najwa, lalu abang berkata " kamu habis kenapa sih Al? apa hal buruk terjadi? kenapa nggak bilang sama abang kalau takut abah sama umi khawatir? abang kan selalu hadir kalau Aliya butuh abang" kata abang lembut.

" terus kamu juga, gausa sok sok bisa bohong deh wa, jawabanmu loh aneh banget masa iya benerin jemuran bisa kelilit di tangan" jawab abang sambil melotot ke najwa yang di jawab najwa dengan cengengesannya.

aku menunduk merasa bersalah, bagaimana aku bisa menceritakan pada abang apa yang terjadi kemarin serta fakta fakta yang membuatku terkejut? cukup sudah abang memikirkan perusahaan abah dan aku tak mau menambah beban pikirannya lagi.

abang mengelus kepalaku lembut " Al, kalau ada sesuatu yang buruk terjadi denganmu jangan takut untuk bilang pada abang, sudah sebuah kewjiban bagi abang untuk melindungimu ketika kamu dalam bahaya. jangan takut menambah beban abang justru ketika kamu tak mau bicara abang akan semakin kepikiran apa yang membuatmu jadi seperti itu." kata abang

aku merasakan elusan lembut abang dikepalaku seolah olah akan melindungiku apapun bahaya yang datang, kulihat raut wajahnya dari samping. raut yang lama lama semakin dewasa seiring dengan pelajaran kehidupan yang selalu menempanya. dan wajah yang menyimpan keteduhan yang selalu membuatku merasa dilindungi olehnya.

lalu tanpa sadar mengalirlah seluruh kejadian yang menimpaku serta dalang dari kejadian ini juga abah. abang mendengarkannya dengan seksama sambil menyetir. sorot matanya tenang ketika aku menyebut om bagas sebagai dalang diikuti oleh orang orang yang membantunya.

Ustadzku Imamku ( Re Post )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang