50. Urusan orang

8.5K 560 51
                                    

Baru saja sampai rumah, Fabian sudah menerobos masuk mengabaikan panggilan sang ayah.

Fabian bertekad, dia tidak akan bicara dengan Arion, sebelum pria itu minta maaf dan membawa Tiara kehadapannya.

Sedangkan Theo, Arion menggendongnya naik. Pria kecil itu sudah tertidur setelah menangis hebat. Kayla menginap dirumah Shella karena malam sudah tiba dan Kayla tidak mungkin pulang sendirian semalam ini, Ayahnya bisa pingsan kalau sampai tahu Kayla balik ke Jakarta ga bilang-bilang. Lagian, Arion pasti akan mengabari Azka nanti.

Kayla juga tidak mungkin meminta Arion mengantarnya pulang mengingat suasana sedang sepanas ini. Arion juga tidak ingin membiarkan Kayla pulang dengan supir pribadinya berdua saja. Siapa yang tau hati seseorang? Apalagi Kayla masih kecil.

Selesai membaringkan Theo, Arion menatap wajah putranya yang disertai dengan matanya yang membengkak karena tangisan. Arion mengusap wajah Theo.

“Maafin papa, theo.” Gumam Arion. Pria itu menghela nafas kasar. Mengusap wajahnya frustasi.

Arion menaikkan selimut agar menutupi tubuh Theo sampai ke lehernya. Setelah itu, keluar dan mematikan lampu kamar Theo.

Kaki Arion membawanya berdiri didepan kamar Fabian.

Tangannya baru saja terulur untuk mengentuk, tapi ia menahan dirinya.

Fabian perlu waktu. Arion harus paham akan hal itu.

“Arion.” Suara itu membuat Arion memutar tubuhnya.

“iya ma..” Shella mendekati Arion. Menatap wajah putranya yang terlihat kacau. Sepertinya Arion juga terluka dengan apa yang terjadi. Shella tidak tahu akan hal lainnya, tapi ia tahu bagaimana perasaan Arion.

“Kamu tau..” Shella meraih tangan kanan Arion. Menggengamnya, dan menatap Arion dengan tatapan khawatir.

“Mama sangat menyayangi kamu. Sangat.” Arion tersenyum tipis, dan mengangguk.

“Tapi mama juga tidak bisa menyembunyikan perasaan mama, nak. Mama kecewa.” Arion terlihat terkejut.

Kecewa? Ibunya kecewa karena apa?

Bagaimana Shella bisa tahu apa yang telah terjadi?

“Mama hanya ingin kamu bahagia, apapun keputusan kamu.. mama hargai itu. Tapi lihat lagi kedalam hati kamu, arion. Lihat lagi bagaimana seharusnya perasaan kamu yang mengambil alih. Sesekali, kamu boleh egois.” Ujar Shella. Mengusap pelan tangannya Arion, sebelum berjalan berlalu melewati Arion.

Arion terdiam sesaat. Apa yang dibicarakan ibunya bukanlah Tiara?

Ponsel Arion bergetar, membuat dahi Arion berkerut bingung.

“halo?”

“Besok?”

“Baiklah.”

Arion menutup panggilannya, setelah berbicara dengan wanita yang meneleponnya tadi.

Arion menutup panggilannya, setelah berbicara dengan wanita yang meneleponnya tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mas Mahardika dan Tiara. ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang