“Theo boleh manggil mama ga?”
“EH?!”
“gabole ya tante?” Theo sudah ancang-ancang mau nangis. Tiara benar-benar heran, saat pertama kali bertemu, Theo benar-benar tampak seperti anak yang tangguh dan tidak cengeng. Tapi nyatanya, pria kecil ini suka mengambek dan menangis.
Kedua matanya yang berkilau terang membuat dilema mulai muncul didalam dirinya Tiara.
“kan tante sendiri yang bilang, tante mau jadi mamanya theo. Theo gamau yang lain ngambil tante dari theo. Apalagi ella! Gamau pokoknya! Gamau!” Teriak Theo dengan wajah marah. Tiara tersenyum gemas kearah Theo.
“yauda, terserah theo aja.”
“Yeayyy!! Theo punya mama!” Seru Theo dengan polosnya, tanpa tahu bahwa pernyataannya menyakiti hatinya Tiara.
Tiara melirik jam dinding. Pada akhirnya, Theo tertidur juga.
Jam sudah menunjukkan pukul satu. Tiara benar-benar lelah sekarang. Tiara bangkit dari tidurnya disisi Theo. Melihat wajah damai Theo saat tertidur, memunculkan sebuah senyuman diwajahnya Tiara.
Tiara mengecup kecil dahi Theo sebelum bangkit, dan menyelimuti tubuh kecilnya Theo.
Tiara keluar perlahan setelah menutup lampu kamar.
Tiara ingin berjalan kedalam kamarnya, tapi suara gresek-gresek dari kamar Fabian membuat kedua kaki Tiara berhenti. Ia menelan salivanya gugup. Jam sudah menunjukkan pukul satu, tentu saja Fabian pasti sudah tidur kan jam segini?!
Tiara memutar knop pintu kamar Fabian dan masuk kedalam kamarnya Fabian. Dengan perlahan, Tiara mencari tombol lampu, tapi sebuah tangan menyekap mulutnya dari belakang.
Tiara menutup kedua matanya, bersiap-siap ingin membanting orang yang berani-beraninya menyentuhnya ini. Tapi saat membuka kedua matanya, ia malah dikagetkan dengan wajah seorang pria tampan yang berjarak kurang dari sepuluh senti didepannya.
“Hik!” Pria didepannya ini tersenyum manis ke arah Tiara yang entah kenapa, tiba-tiba saja cegukan.
“Hik!” Arion tersenyum memunculkan segaris matanya, dan membawa Tiara keluar dari kamarnya Fabian.
Bgst! Manis bgt:''))
“Hik! Kok mas bisa ada disini?!” Tanya tiara segera setelah dirinya dan Arion sudah keluar dari dalam kamarnya Fabian.
“Apa kabar tiara?” kalimat itu yang pertama kali diucapkan oleh Arion. Tanpa tahu bahwa Tiara dibuat berdebar olehnya.
“Hik!” Arion tertawa kecil. “ayuk kita sembuhkan dulu cegukan kamu itu.” Arion menarik tangan Tiara menuju dapur bawah. Tiara hanya bisa menatap tangannya yang sedang digenggam oleh Arion. Dia ini sedang bermimpi?! Rasanya seperti Malaikat mencoba menyenangkannya sebelum membawanya pergi. Tunggu. Jangan-jangan Malaikat maut?
Arion menarik kursi, dan menyuruh Tiara untuk duduk diatasnya. Rumah sebesar ini kosong tentu saja. Jam sudah menunjukkan pukul satu. Bi Eyi sudah masuk kedalam kamarnya.
Tiara dengan sabar menunggu Arion yang tiba dengan dua cangkir kopi instant yang ia buat dari mesin kopi didapur.
“ini. Diminum dulu.” Tiara hanya mengangguk, dan sesekali mencuri pandang ke Arion yang terlihat begitu tampan dengan jasnya.
Sepertinya ini kedua kalinya ia melihat Arion dengan jas. Sangat tampan. Sangat.
“kenapa jam segini belum tidur?” tanya Arion setelah meminum seteguk kopinya.
“tunggu. Ini bener-bener mas..?” Arion mengangguk. Menyentuh tangan Tiara, dan memainkannya sekilas.
Huahh! Apa ini!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Mahardika dan Tiara. ✔️
Ficción General[[E N D !]] ❝Bian ga ngadi-ngadi sih ini, tapi mau jadi mamanya bian yang official ga sih ma? Kalau papa lama banget lamarnya, biar bian aja yang ngewakilin :)❞ Tiara. Jobless, lulus dengan IPK ngos-ngosan tapi ga gitu buruk karena dia bisa jadi...