26. Bekal untuknya

11.3K 748 72
                                    

“Tante punya pacar?” Kedua mata Theo menyelisik penuh curiga terhadap Tiara.

Tiara menatap bingung Theo, lalu senyuman licik gadis itu terbentuk bersama dengan pikiran jailnya.

“Punya. Sayang uda makan?” Tiara melembutkan suaranya. Spekulasinya saat ini adalah, tampaknya Theo cemburu terhadapnya. hal ini membuat Tiara menyadari bahwa Theo tidak sepenuhnya membencinya.

Fabian terdiam sesaat. tampaknya kaget dengan Tiara yang secara tiba-tiba berbicara dengan nada yang lebih lembut dan memanggilnya dengan sebutan sayang, tapi jujur Fabian tidak keberatan. Dulu ibunya sering memanggilnya seperti itu. Membuatnya sedikit bernostalgia melakukan perjalanan kenangan.

Punya apa? soal makan tadi kan uda tante tanyain. uda dibawain suster sih, tapi gamau. bian gamau bubur. tuh buburnya, masih ga bian sentuh.  tante, masakkin sesuatu buat bian dong, trus anter kesini. Plus martabak ya tante. maunya yang manis.” Ujar Bian. Auh bocah ini benar-benar!

“Gabisa dong, harus jaga theo.” Jawab Tiara. Theo berdecak kesal. “Eh?! jangan bilang pacar tante mau ngajak tante jalan?!” Theo benar-benar kesal tampaknya, karena kali ini, dia berkacak pinggang dengan bibir yang ia kerucutkan ke depan. Gemas sekali membuat Tiara semakin ingin menggodanya.

Yaudah jagain aja. Pulang sekolah kan ga kemana-mana! bian sendirian nih tante.. kesepian banget.” Melas Fabian dengan suara sedih.

“ck! ga bisa dibiarin!” gumam Theo namun lucunya, bisa didengarkan oleh Tiara. karena sejak tadi, ia hanya memperhatikan reaksinya Theo.

“Sini!”

“Eh!” Theo merampas ponselnya Tiara dari genggaman gadis itu.

“OM! SORRY YA! TANTE TIARA LAGI KERJA TAU! GANGGU AJA SI GA SOPA--” Theo memberhentikan gerak bibirnya saat suara dari seberang menyahut.

Theo?”

“EHH! Kakak!” Tiara mencoba menahan tawanya, saat Theo menatap kearahnya dengan tatapan bingung. 

“Kakak pacaran sama tante tiara?” Tanya Theo dengan tatapan polos. Karena kalau memang benar, Theo tidak punya pilihan lain selain merelakan Tiara untuk Fabian, karena ia menyayangi Fabian. Dan hanya ingin Fabian bahagia.

hah? ngomong apasih kamu. Papa kali, eh kayanya belum sampe pacaran deh. Emang papa uda jadi sama tante tiara?” Tanya Fabian balik. Membuat Theo dengan polosnya bertanya ke Tiara. “Bukan pacar tante kok ini, pacar tante ternyata papa ya? sebenarnya theo ga suka, tapi ya kalau papa baha—” Tiara menggeleng.

Stop. Kalian kejauhan. mundur! Sini hpnya balikkin. halo fabian.”

iya tante.”

“Kamu bilang , kamu sendirian?”

iya tante. Hah... bian kesepian!”

“Emang papa kemana?” Suara helaan nafas terdengar dari seberang, membuat Tiara akhirnya sadar bahwa Arion pasti pergi, dan meninggalkan Fabian karena masalah pekerjaan.

kemana lagi. kali ini Singapura.” Jawab Fabian terdengar ogah-ogahan.

“Yauda, nanti tante kesana. Bawa makanan enak deh, martabak juga.” Fabian bersorak girang dari balik ponsel, membuat Tiara tersadar bahwa Fabian yang pertama kali ia jumpai sebenarnya hanya sosok buatan. Fabian sama sekali tidak pendiam. Walaupun kadang ia bisa jadi sangat cuek kepada sekitar. Tapi entahlah, setelah kenal semakin dalam dengan Fabian, Tiara bisa tahu bahwa sebenarnya Fabian adalah anak yang ceria.

“yauda, kamu istirahat dulu. Tante sejam lagi kesana, habis theo selesai. Kamu kalau laper, makan aja dulu buburnya. Ga kasian kamu, susternya uda capek-capek bawain sampe kamar rawat kamu.” Fabian hanya meng-iyakan setiap ucapan Tiara.

Mas Mahardika dan Tiara. ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang