Tiara melirik Arion yang terduduk disisinya dengan segala berkas yang menjadi perhatiannya.
Jam tadinya menunjukkan pukul dua belas malam. Terakhir kali Tiara lihat masih jam dua belas, dan mereka sudah berdiam diri selama tiga puluh menit.
Tiara jadi merasa bersalah ke Arion. “Mas tidur saja mas, ini sudah jam satu. Besok kan mas harus kerja.” Tiara tau bahwa ia yang meminta Arion untuk pergi meninggalkannya tenggelam dalam kesendirian dan pikirannya, Tapi disaat yang sama, ia juga tidak ingin Arion pergi meninggalkannya.
“Tidak tiara. Saya akan menemani kamu disini. Lagipula saya belum mengantuk kok.” Keukeuh Arion pada pendiriannya. Tadi sekitar jam dua belas malam, Tiara benar-benar tidak bisa menutup kedua matanya. Mau bagaimanapun ia berbaring kesana dan kemari, tetap saja ia tidak bisa tidur. Tiara tau-tau sudah berdiri didepan kamar yang ditempati Arion malam ini. Benar-benar tidak sengaja, Tiara tidak tau bagaimana bisa ia mendadak berdiri didepan kamar Arion. Tiara juga tidak tau dari mana keberaniannya muncul untuk mengetuk pintu kamarnya Arion.
Awal-awalnya, Arion kaget dengan kemunculan tiba-tibanya Tiara didepan pintu kamarnya.
Pas sekali, Arion belum tidur karena banyak berkas yang harus ia kerjakan.
Arion menutup pintu kamarnya, dan menatap Tiara yang mendadak terlihat gugup.
“Maaf mengganggu tidur mas.” Arion menggeleng. “Ada yang ingin kamu bicarakan?” Tanya Arion. Sedikit bingung. Tidak. Tentu saja sangat bingung dengan kemunculan Tiara didepan kamarnya pada jam dua belas malam lewat tiga puluh dua menit lebih tepatnya.
“Tidak.” Tiara menundukkan kepalanya. Mendadak merasa tenggorokannya sangat kering, dan matanya terasa sakit. “Ada apa, tiara?” Arion menyentuh kedua sisi bahunya Tiara. Membuat Tiara mendongakkan kepalanya menatap wajah tampannya Arion. Bisa Arion lihat, Tiara sedang berusaha sekuat tenaga untuk menahan tangisnya.
“Saya juga belum bisa tidur kok, kamu mau minum susu hangat? biar saya buatkan.” Ujar Arion membuat Tiara mengangguk ragu. “Yasudah, ayuk turun.” Arion kembali membuka pintunya, masuk kedalam kamarnya dan membawa laptop serta berkas-berkas kerjanya keluar dari kamar. Tiara jarang sekali bangun di tengah malam seperti ini, Tapi saat ia banyak pikiran, Tiara bisa mengalami insomnia. Lalu rasa pusing akan menghantamnya seolah-olah berusaha membuatnya gila.
“Kamu tunggu sebentar ya. Sebentar saja, duduk dulu di ruang tamu.” Ujar Arion. Tiara mengangguk, dan menuruti Arion.
Arion tidak tahu, sebesar apa pikiran Tiara mengganggunya sampai-sampai ia mendatangi Arion dijam dua belas malam.
“Maaf mas,” Cicit Tiara saat Arion meletakkan dua gelas susu putih hangat diatas meja. Arion menggeleng.
“Berhenti mengucapkan maaf tiara. Kamu tidak melakukan apapun yang membuat saya merasa rugi kan?” Tiara terdiam, dan meraih gelas susu yang dibuatkan Arion.
“Terima kasih mas.” Arion tersenyum. “sama-sama.” Pria itu mengambil tempat disisi Tiara, dan kembali berkutat pada pekerjannya.
Sedangkan Tiara hanya terdiam mengamati Arion bekerja. Walaupun Arion tidak mengatakan apapun, ada seseorang disisinya saja, Tiara sudah sangat bersyukur.
Tiga puluh menit berlalu tanpa ada yang berbicara.
“Mas tidur saja mas, ini sudah jam satu. Besok kan mas harus kerja.”
“Tidak tiara. Saya akan menemani kamu disini. Lagipula saya belum mengantuk kok.” Ujar Arion tanpa mengalihkan pandangannya dari pekerjaannya.
“Mas,” Panggil Tiara. Arion berdehem, dan menoleh sekilas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Mahardika dan Tiara. ✔️
Fiction générale[[E N D !]] ❝Bian ga ngadi-ngadi sih ini, tapi mau jadi mamanya bian yang official ga sih ma? Kalau papa lama banget lamarnya, biar bian aja yang ngewakilin :)❞ Tiara. Jobless, lulus dengan IPK ngos-ngosan tapi ga gitu buruk karena dia bisa jadi...