2. Kantor Polisi

20.2K 1K 23
                                    

Isi gelas diatas meja itu dikosongkan dengan cara membuangnya untuk membasahi lawan bicara. Tiara jadi speechless saat ini.

“JAGA BICARA KAMU!” Wanita paruh baya dihadapannya Tiara ini menatap Tiara dengan tatapan marah. Ia menunjuk-nunjuk Tiara dengan telunjuknya seolah-olah semua yang diadukan oleh Tiara hanya omong kosong dan fitnah belaka.

“Jangan pernah fitnah mas anton dan sena lagi dihadapan saya! Saya tau kamu seperti ini karena mas anton mau memindahkan kamu kan!” Tiara mengusap wajahnya yang basah karena air. Rupanya si tua bangka itu sudah memfitnahnya terlebih dahulu didepan istrinya.

Bu Gyra—istri dari Anton—direktur rumah sakit yang menjadi tempat kerjanya Tiara ini menatap Tiara dengan ekspresi jijik. Astaga!

Tiara menatap datar wajah Gyra. Bodoh sekali dia karena mempercayai omongan suaminya, padahal di hadapannya, lembar-lembar foto yang ditunjukkan Tiara itu sudah menunjukkan betapa bejatnya tingkah sang suami dibelakangnya.

“saya juga dengar dari sena bahwa kamu yang ganjen ingin mendekati suami saya, saya juga dengar bahwa kamu memang tidak suka dengan sena dari awal dia bekerja dirumah sakit! gila kamu ya sampai edit-edit seperti ini! Menjijikkan! Sekali lagi kamu datang ke saya, saya laporkan kamu ke polisi atas kasus pencemaran nama baik!” Didalam foto itu menunjukkan Anton yang tidur dan memeluk Sena—salah satu rekan kerjanya Tiara, dalam keadaan telanjang. Padahal sudah berumur, masih aja main serong.

Tiara menggepalkan kedua tangannya dengan erat.

Bagaimana ia bisa dipecat?

Kala itu, Tiara bertemu dengan Anton yang sedang berciuman dengan Sena diruangannya.

Anton sudah mencoba untuk menutup mulutnya Tiara dengan cara memberikan bonus yang banyak untuk gadis itu, namun tampaknya ia masih takut Tiara akan membeberkan perbuatannya, sehingga ia memilih untuk memindahkan wilayah kerjanya Tiara.

“auh brengsek!” Tiara memukul keras meja kafe ini setelah kepergian Gyra, kuku tangannya memutih karena rasa marahnya yang memuncak. Wajahnya memerah bagaikan bom yang siap meledak kapan saja,
membuat orang-orang yang tadinya memusatkan pandangannya ke arahnya, langsung mengalihkan pandangan mereka.

Tiara mengusap wajahnya, dan menarik nafasnya panjang. Apa yang harus ia lakukan sekarang?

Tamat sudah Tiara si Dokter bohay nan Cantik yang selalu disegani setiap pasien.

“Hah!” Gadis itu mengangkat bokongnya, dan pergi dari kafe itu.

Sial sekali mobilnya mogok dan masih dibengkel. Ia harus pulang dengan taksi atau tidak jalan kaki.

Tiara menatap trotoar dengan tatapan senang bertemu denganmu. Tampaknya berjalan akan lebih bagus untuknya. Bagus untuk menetralkan rasa marahnya.

Namun tampaknya tuhan memang ingin menguji kesabarannya hari ini, segerombolan remaja-remaja pria dan wanita melewatinya dengan cepat sehingga becek yang tersebar dijalanan—sisa dari hujan semalam menyembur tanpa rasa iba ke sisi kanan pakaiannya.

“Breng..sekkkk!!! BERHENTI KALIAN!” teriak Tiara marah. Ia menoleh kebelakang dengan tatapan tajamnya. Segerombolan remaja itu menghentikan sepeda motor mereka, dan turun dari sana.

“Ooopppss!! Jadi kotor tuh hahahahahahaha!” seru salah satu gadis yang turun dari boncengan salah satu pria remaja pemilik sepeda motor kawasaki ninja dengan warna merah terang layaknya sepeda motor yang dipakai Doy di film Anak trotoar.

“Ih anjing. Minta maaf tau kalau uda salah! Ga pernah diajarin ya!” umpat Tiara kesal, remaja-remaja perempuan dengan rok-rok super mini itu terlihat mendengus sebal mendengar ucapannya Tiara.

Mas Mahardika dan Tiara. ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang