Arion membawa Tiara ke sebuah pintu jati yang berada diujung lorong lantai dua ini.
Arion membuka pintu itu dan menunjukkan sebuah kamar yang tidak terlalu besar dengan kasur dan televisi. Dibawah kaki kasur, ada sebuah sofa panjang.
“kamu bisa beristirahat disini dulu. Lagian makanannya belum selesai dibuat..” Tiara mengangguk mengerti dan masuk kedalam kamar. Ia pikir, Arion juga akan ikut masuk kedalam, tapi rupanya Arion malah ingin menutup pintu dengan dirinya yang berdiri dibagian luar pintu.
“Eh!” Sentak Tiara, membuat Arion kembali membuka pintunya.
“kenapa Tiara? Kamu butuh sesuatu?” Tiara sontak menggeleng, dan terdiam sesaat. Berpikir apakah ia punya hak untuk mengatakan apa yang ingin ia ucapkan.
“mas mau kemana?” tanya Tiara sesaat setelah kedua matanya bertabrakan dengan tatapan mautnya Arion.
“saya mau turun, biar kamu bisa istirahat kan?” Tiara menggeleng. Lalu kembali terdiam.
“mau ditemanin?” Arion kembali bersuara. Membuat senyuman Tiara mengembang. Kemudian Gadis itu baru saja sadar, bahwa Arion sedang menatapnya sembari menahan tawanya.
Tiara mengatupkan bibirnya malu.
Arion masuk kedalam kamar. “kok ga ditutup pintunya?” tanya Tiara menatap Arion dengan tatapan bingung.
“kamu kan wanita, dan saya pria. Saya tidak ingin kamu merasa tidak nyaman.” Jawab Arion saat Tiara bertanya tentang dirinya yang membiarkan pintu memiliki sedikit celah.
Tiara membeku dalam diam. MAS DIKA IH! Bikin modar!
“ah.. benar jugaa..” respon Tiara yang langsung melemparkan dirinya keatas tempat tidur. Ia merasa sangat lelah. Tidak tahu kenapa. Mungkin karena ia bertabrakan dengan angin sejak tadi. Ditambah perutnya yang lapar.
Arion duduk disofa, dan meraih remote control televisi.
Tidak butuh waktu lama, Tiara sudah menikmati alam tidurnya.
“kamu ingin menonton sesuatu?” Tanya Arion, dan menoleh kebelakang.
Namun saat wajah damai Tiara yang tertidur mencapai pandangannya, Arion tersenyum tipis.
“dia mirip sekali dengan kamu, ria.” Entahlah, setiap kali Arion melihat Tiara. Ia selalu merasakan aura Andria—mendiang istrinya. Entah kenapa, tapi ia benar-benar merasakannya. Intinya, ia merindukan Andria. Sangat amat merindukan wanita itu.
Arion mengelus pelan kepalanya Tiara. Sama seperti hal yang sering ia lakukan untuk Andria dulu.
Tiara membuka kedua matanya saat ia merasakan ada yang menyenggol lengannya.
"Uda deh kak, kita tinggal aja.." Suara gerutuan anak kecil, membuat Tiara dengan perlahan membuka kedua matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Mahardika dan Tiara. ✔️
General Fiction[[E N D !]] ❝Bian ga ngadi-ngadi sih ini, tapi mau jadi mamanya bian yang official ga sih ma? Kalau papa lama banget lamarnya, biar bian aja yang ngewakilin :)❞ Tiara. Jobless, lulus dengan IPK ngos-ngosan tapi ga gitu buruk karena dia bisa jadi...