Tiara mondar mandir didepan Vano. Memusingkan adiknya itu. “Apa sih kak?! Lo duduk ngapa sih! Pusing gue!”
“Ck! Diem ah! Gue lagi mumet nih palanya.” Vano berdecak.
“Makanya kenapa?!” Tanya Vano. Tiara akhirnya mengistirahatkan bokongnya diatas sofa.
Ia sudah baikkan dengan Arion selama satu minggu lamanya, tapi ia belum sempat mengutarakan apa yang selama ini mengganggu pikirannya.
“Gimana cara gue ngomong ke mas dika ya dek?” Vano memutar malas bola matanya.
“Ngomong apa sih?!”
“Pak arya minta gue ke jerman.” Vano mengatupkan bibirnya. Tentu saja, semua ini karena dirinya.
Vano yang mengurus semua ini. Meminta pihak rumah sakit mengkompensasi kan kejadian ini dengan Tiara yang dibiarkan mencapai impiannya.
“trus? Kan emang dari dulu itu impian lo?” Vano ingin tau. Keputusan apa yang akan diambil oleh Tiara.
“Yaiya. Tapi kalau uda kaya gini, apa gue bisa ninggalin mereka?” Vano tersenyum tipis. “Ya. Ikutin kata hati lo kak,” Pria itu bangkit dari duduknya. Mencuci gelas minumnya.
“Arghh! Bisa gila gue. Uda lah, gue siap-siap dulu, mas dika mau jemput.” Tiara berhambur kedalam kamarnya.
Tiara melirik tampilan dirinya dari balik kaca. Penampilannya sudah terlihat sempurna. Hari ini, Tiara meyakinkan dirinya, bahwa ia akan menceritakan semuanya.
Jujur ke Arion bahwa sebenarnya Tiara ingin pergi. Benar-benar ingin.
“Maaf ya tante, kayla ikut-ikut.” Cicit Kayla. Tiara tertawa. “Kok minta maaf sih? Tante seneng dong, ada temen cewenya.” Ujar Tiara. Kayla terkekeh. Baru sadar bahwa memang didalam mobil ini hanya Tiara dan Kayla yang perempuan.
Hari ini mereka akan menjenguk makamnya Andria. Benar. Mendiang mantan istrinya Arion.
Arion ingin minta izin ke Andria untuk membiarkan Tiara menjadi ibu dari anak-anaknya mereka.
Sedangkan Fabian yang ada didalam mobil hanya diam sejak tadi.
Tampaknya merasa sedih mengingat Andria.
Setelah mobil sudah terparkir, Tiara turun dan menghampiri Fabian.
Mengusap sayang pucuk kepala calon putranya itu.
“Fabian kenapa?” Tanya Tiara. Fabian menggeleng. Memicingkan matanya, menatap makam Andria diujung sana.
Sedangkan Theo yang masih kecil hanya berdiam diri disisinya Kayla. Mungkin karena Andria pergi saat Theo masih kecil, Pria kecil itu tidak sesedih Fabian.
“Engga papa ma.” Jawab Fabian. Melangkah mendekati makam Andria bersama Arion.
“Halo ria. Aku datang nih, bareng anak-anak.” Hanya satu kalimat itu saja, Tiara sudah meneteskan air matanya mendengarkannya. Karena suara Arion terdengar bergetar saat mengucapkannya. Arion mencoba menahan tangisnya. Tiara bisa melihat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Mahardika dan Tiara. ✔️
Ficção Geral[[E N D !]] ❝Bian ga ngadi-ngadi sih ini, tapi mau jadi mamanya bian yang official ga sih ma? Kalau papa lama banget lamarnya, biar bian aja yang ngewakilin :)❞ Tiara. Jobless, lulus dengan IPK ngos-ngosan tapi ga gitu buruk karena dia bisa jadi...